🌴Happy Reading🌴
Terkadang, seseorang perlu ditinggalkan terlebih dulu baru ia akan mengerti makna kehilangan.
Itu benar. Ya, Jennie kini mengakuinya.
Gadis bermata kucing itu memeluk erat foto sang sahabat yang sekarang telah tiada. Ia menangis tersedu-sedu, membayangkan betapa baiknya Lisa selama ini, tapi selalu ia salah artikan.
"Lis, maafkan aku. Aku sudah terlalu jahat padamu," ucap Jennie sambil sesekali terisak.
Jisoo menatapnya sendu. Ia juga sedih, sama seperti Jennie. Namun ia berusaha untuk terlihat tegar. Meski nampak sekali kehancuran itu dari mata sembabnya. Ia menaburi bunga pada tanah merah di hadapannya. Jisoo menggigit bibir, mati-matian menahan agar tidak ikut bergabung dengan Jennie.
Sedangkan di seberang dua gadis tersebut, ada Chaeyoung yang meraung-raung mengatakan maaf. Ia mengungkapkan rasa penyesalan yang teramat dalam. Gadis itu mengusap lembut nisan yang mengukir indah nama Jung Lisa. Chaeyoung benci dirinya sendiri saat ini. Benar-benar benci.
Irene. Dialah yang memberitahukan kebenarannya pada Jisoo, Jennie, dan Chaeyoung. Kata demi kata yang ia ucapkan, berhasil mencubit hati ketiga gadis tersebut. Mereka sontak merasa sangat bersalah. Mereka kecewa pada diri mereka sendiri yang enggan mendengarkan penjelasan Lisa saat itu.
Sekarang, tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan untuk Lisa. Semuanya sudah terlambat.
Dan... Dari kejauhan, ada seorang pemuda yang menyaksikan itu dengan pandangan tak terartikan. Ia, Sehun.
Pemuda tinggi tersebut tak berani untuk menghampiri mereka. Ia tak memiliki cukup nyali untuk bertemu dengan para sahabat sang mantan kekasih. Mereka pasti akan murka pada Sehun. Pasti.
Lantas, Sehun beralih pada buku bersampul putih dalam genggamannya. Buku itulah yang ia dapatkan saat menemukan Lisa tergantung pucat di kamarnya.
Dari sekian banyak halaman, hanya satu yang terisi dengan tulisan manis si gadis. Sehun membacanya...
Hai, malam. Aku ingin bercerita padamu, tentang apa yang tidak bisa kuceritakan pada orang lain.
Mungkin terlalu berlebihan untuk dikatakan badai. Tetapi ketika angin musim panas berhembus kencang, dia datang.
Oh Sehun, nama pemuda itu. Pemuda, yang berhasil membuatku jatuh cinta.
Dia sama sepertimu, malam. Gelap, tapi bersinar di mataku. Dingin, tapi terasa hangat menurutku.
Aku ingin kembali pada saat itu---saat dia menyatakan cinta padaku. Aku ingin memutar waktu, tapi aku tak bisa.
Sebenarnya, aku berharap kisah kita seindah cerita dongeng. Sang pengeran mencium sang putri, atau mereka menikah dan hidup damai.
Namun itu mustahil.
Aku masih ingat semua kenangan kita. Bahkan yang baru saja terjadi. Dia... Meninggalkanku sendiri di jalan berliku. Kkk~
Sehun-ssi, apa kau tidak ingin menciptakan kenangan lain bersamaku? Setidaknya untuk yang terakhir kali.
Huft~ tak apa. Karena mungkin akhir yang menyedihkan bagiku ini, adalah akhir yang bahagia bagi orang lain.
Aku pergi.
Jung Lisa, yang selamanya mencintai Oh Sehun.
Sehun menunduk. Menangis terisak di sana.
"Lis, aku menyesal. Aku akan menarik ucapanku waktu itu. Aku tidak ingin kau pergi. Tidak sama sekali. Aku hanya ingin kau kembali. Bisakah?"
•••
THE REALLY END.
Sumpah gak nge feel banget. Maafkan aku gaes. Huhu😭
Makasih buat yang udah ngikutin Summer Storm sampe sejauh ini. Makasih juga yang udah komen "semangat". Aku terharu, loh. Hehe
Dan... Berhubung Summer Storm udah tamat, aku publish story baru. Dicek yaaa. Love you😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Storm || Hunlice ✓
Fiksi Penggemar"Aku hanya ingin kembali pada badai musim panas saat itu---saat kau menyatakan cinta padaku." ~ Jung Lisa "Tapi aku, hanya ingin kau pergi." ~ Oh Sehun