3. Pertolongan

84 49 8
                                    

"Semuanya egois. Apa aku memang ditakdirkan seperti ini?"

*******

"Pergi lo semua!" dingin Fano.

"Fan, percaya, ini gak seperti apa yang kamu lihat." bela Hanna.

"Gue suruh lo pergi!"

"Fan, yang dibilang sama Hanna itu bener. Nih cewek aja nih yang bikin kita kayak gini. Percaya deh Fan." bela Gea yang tidak tega melihat Hanna menangis terisak.

Fano tidak memikirkan ucapan para iblis itu dan segera membuka kemejanya untuk melindungi bagian perut Sella. Fano segera menggendong Sella dan membawanya menjauh.

"Lihat aja nanti. Gue bakal balas lo! Tanpa sepengetahuan Fano!" geram Hanna.

"Nih Na. Yakali lo nangis cuma karena masalah ginian. Hapus tu air mata palsu lo haha." ucap Gea seraya menyodorkan tisu.

Siren diam. Ia sudah sering melakukan ini, tapi mengapa sekarang rasanya tidak enak? Aneh.

*******

Fano membawa Sella kemobilnya dan mengantarkan Sella pulang. Tanpa sepatah kata pun.

"Rumah lo dimana?" tanya Fano to the point.

Sella masih terisak. Meratapi nasibnya yang kini kian memburuk. Sella benci hidup. Kenapa hidup Sella bisa semenyedihkan ini?

"Hey?"

Fano mengelus pundak Sella untuk menenangkan. Bukannya semakin tenang, malah semakin bergetar. Sella semakin terisak.

"Sella gak mungkin pulang kayak gini." isaknya

"Gue bakal ceritain ke orang tua lo. Lo gak perlu khawatir."

"Kenapa mereka ngelakuin ini ke Sella? Kenapa?" tangis Sella semakin menjadi jadi.

"Mereka bilang karena Fano sering merhatiin Sella. Sella gak tau siapa Fano. Sella gak kenal sama Fano." isak Sella tak kalah kuat.

"Lo emang beneran gak tau sama Fano?" tanya Fano penasaran

Sella mengangguk. Perlahan, tangisnya mereda. Sella ingin beranjak. Tapi langsung ditahan oleh Fano. Sella kaget, tangan Fano yang menggenggam pergelangan tangan Sella pun, dihempasnya begitu saja.

"Maaf. Gue gak bermaksud buat ngelakuin itu Sell. Gue minta maaf. Gue minta maaf sama lo. Mereka kayak gitu karena gue. Sekali lagi gue minta maaf."

Percayalah, ini pertama kalinya Fano meminta maaf kepada seseorang. Tapi kenapa semudah itu? Dan Fano, ia merasa sangat ingin menenangkan Sella sekarang.

"Kamu Fano?" Sella bertanya dengan polosnya

"Iya. Mereka ngelakuin itu karena kejadian lo nabrak gue." jelas Fano.

"Sella paham sekarang. Mereka ngebully Sella karena Fano sering ngelihatin Sella. Dan karena kejadian waktu itu. Jadi mereka cemburu kan? Hanna itu pacar Fano?" ucap Sella seakan dia mengerti.

"Bukan! Dia bukan pacar gue. Dia cuma ngaku ngaku."

"Kenapa sih, kenapa semua orang itu egois? Sella gak tau apa apa. Apa Sella memang ditakdirkan seperti ini? Sella bahkan gak kenal sama Fano."

Isak tangis Sella kembali terdengar. Sella menangis lagi, lagi dan lagi. Merasa jika bebannya akan hilang setelah menangis. Tapi tidak, tidak akan pernah.

Fano melihat Sella miris. Fano kasihan pada Sella. Semua ini karena Fano. Ternyata bener apa kata Revan tadi. Temannya itu benar benar bisa menganalisa. Tidak salah jika Revan adalah ketua mafia setelah Fano memutuskan untuk menjalani hidup normal.

KELAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang