6. Kedekatan

60 32 10
                                    

"Akankah kedekatan ini terus berlangsung lama? Atau hanya sementara saja? Tuhan, tolong beri aku jawaban,"

********

Mobil Fano memasuki perkarangan sekolah. Tak ada satupun percakapan antara mereka diperjalanan tadi. Sella yang biasanya cerewet pun hanya bisa terdiam.

Sella hendak membuka pintu mobil, tapi terhenti karena Fano menahannya. Sella kembali duduk dan terdiam. Sebegitu besar kah kejadian tadi pagi? Sella menahan malunya jika mengingat kejadian itu. Sungguh, Sella tak sadar saat itu.

"Barengan. Biar gue yang anter lo ke kelas." ucap Fano santai.

Mungkin Fano sudah melupakannya, pikir Sella.

"Gak perlu"

Fano langsung keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Sella. Sella keluar dan semua siswa yang berada tak jauh dari situ pun melihat kearah mereka.

Sella yang tak suka menjadi pusat perhatian, menatap Fano untuk meminta pertolongan. Fano hanya bisa menatap Sella dengan penuh penenangan.

Fano membawa Sella memasuki sekolah. Menggenggam Sella dengan lembut, membuat semua pasang mata iri jika melihatnya. Fano hanya tersenyum tipis. Sella setengah mati menahan malunya. Sella tersenyum senang saat melihat kelasnya tak jauh lagi, dan melihat Dista memasuki kelasnya.

"Nanti pulang bareng gue lagi ya" ajak Fano dan tersenyum tulus kepada Sella.

"Gak usah, Sella gapapa kok. Yaudah Sella masuk ya?"

"Sella, itu perintah." tegas Fano

Sella cemberut, sangat menggemaskan bagi Fano.

"Fano maunya apasih? Sella gak mau dilihatin terus sama orang kayak tadi. Sella gak pernah suka" rajuknya

Fabo tak tahan, ia mengelus puncak kepala Sella dan tertawa.

"Gue tunggu didepan pagar ya. Kalau lo telat satu menit, gue bakal jemput lo disini." ucap Fano saat tawanya mereda.

Fano pergi begitu saja meninggalkan Sella yang mematung. Fano pemaksa, batin Sella. Sella masuk kedalam kelasnya dan melihat tatapan menusuk dari semua teman sekelasnya, terkecuali Dista yang hanya diam membaca buku.

Sella menunduk, merasa tak enak hati. Padahal ia tak bersalah sama sekali. Sella duduk di sebelah Dista. Dista yang merasa ada pergerakan di sebelahnya pun, hanya melirik sekilas dan melanjutkan membaca bukunya.

"Dis ... Kamu baca apa?" tanya Sella yang tak nyaman dengan keadaan ini.

Dista tak menjawab. Ia menunjukkan cover buku itu kepada Sella dan menatap Sella dengan wajah datar. Sella tertunduk, menahan tangis. Sebegitu tak pantaskah ia mempunyai teman?

"Dista gak nyaman ya? Dista benci Sella juga kayak yang lainnya?" tanya Sella lirih

"Maksudnya?" bingung Dista

Dista tak mengerti apa yang dibicarakan Sella. Ah, mungkin karena ia tak menjawab? Hey, menurut Dista itu sudah cukup daripada berbicara. Atau karena Fano tadi? Apa hubungannya dengan Dista?

"Dista kayak gak suka gitu sama Sella, Sella ada salah ya?" tanya Sella hati hati

"Lo ngomong apa sih? Kalau gue gak suka sama lo, ya gak mungkin lah gue mau duduk sama lo. Mendingan sendiri kalau gitu"

Dista tak mengerti kemana arah bicara Sella. Kenapa dengan Sella? Dista bingung.

"Sella pernah bilang, Sella gak kenal sama Fano. Sella takut Dista marah sama Sella karena mungkin Dista pikir Sella bohong waktu itu. Sella gak bohong kok Dis. Sella beneran gak kenal sama Fano waktu itu. Dis, jangan marah ya?"

Sella mengaku, tapi untuk apa? pikir Dista. Dista tertawa pelan tapi masih bisa didengar oleh Sella. Dista tau kejadian semalam, bahkan Dista yang memberi tau Fano agar menyelamatkan Sella.

Jika Dista yang menyelamatkan Sella, bisa saja Dista juga akan disekap oleh mereka. Dan cara satu satunya yaitu, Fano yang menghentikannya. Jika ada Fano, maka mereka tak akan pernah berani untuk membully Sella lagi.

"Nggak ada yang lucu Dis..." rengek Sella

"Lo yang lucu bego" ucap Dista saat tawanya mereda.

Sella mengerucutkan bibirnya, menggemaskan, jika itu dilihat Fano. Tapi tidak dengan Dista ingin sekali Dista tampar bibir Sella, nggak deh bercanda.

"Bibir lo najis" desis Dista

"Ya lagian, Sella lagi gak ngelawak, Dista malah ketawa"

"Gini ya, lo lucu. Gue gak ada permasalahin itu lo tiba tiba ngomong itu. Gak guna sama gue. Oh gue tau, lo pasti berfikiran gue suka sama Fano kayak semua cewek kan? Lo mau tau nggak, kenapa gue mau berteman sama lo terus duduk sebangku sama lo?" Dista terkekeh.

"Nggak" polos Sella.

"Karena lo gak kenal Fano. Males gue kalau duduk terus berteman sama fans nya si Fano" bisik Dista sambil tertawa.

Tak lama, bel berbunyi. Sella dan Dista pun mengakhiri percakapan mereka. Dista tersenyum, mungkin ia akan mulai sedikit terbuka kepada Sella. Sella tulus menjadi temannya. Sella pun begitu, ia berjanji, ia tidak akan mengecewakan temannya, Dista.

*********

Dua minggu berlalu. Tak terasa, Sella dan Dista sudah sangat dekat. Bercanda dan tertawa bersama, bahkan mereka sudah seperti saudara kandung. Sella sangat bahagia.

Begitu pula dengan Fano, Sela dan Fano pun sudah sering pulang dan berangkat bersama. Sangat dekat, sehingga Fano mengakui ia menyukai Sella kepada Revan. Tapi sampai sekarang, Fano masih menyimpan perasaannya. Ia tak mau Sella menghindar darinya cuma karena ia ingin memiliki Sella.

"Boleh ya Fan? Ya?" tanya Sella dengan mata puppy eyes nya.

"Boleh, tapi gue yang anter." tegas Fano

"Ih kok gitu? Sella gak mau. Nanti kalau Dista gak nyaman gimana? Kan ada Dista, lagian Sella juga perginya ke rumah Dista. Masa gak boleh" rajuk Sella.

"Gue kan juga cuma minta nganter sama jemput lo Sella. Gue gak minta ikutan kerumah Dista"

"Ih terserah. Sella gak perlu izinnya Fano. Sella cuma mau bilang supaya Fano gak nungguin Sella nanti sepulang sekolah. Udah ah. Sella mau masuk kelas dulu. Kesel Sella sama Fano"

Sella berjalan ke arah kelasnya, meninggalkan Fano yang tersenyum penuh arti ke arahnya. Perdebatan kecil di koridor sekolah tadi sukses membuat mereka menjadi pusat perhatian untuk kesekian kalinya. Revan yang memandang dari lantai dua pun hanya bisa tertawa melihat temannya.

"Kelihatannya tuh anak emang tergila gila" gumam Revan seraya tersenyum

********

"Sell, nanti bisa kan?"

Kedekatan mereka, membuat Dista untuk sedikit terbuka kepada Sella. Ia berharap, jika Sella tidak sama seperti yang lainnya. Dan Dista sudah yakin untuk memberi tahu Sella semuanya. Tentang apa yang Dista alami saat ini.

"Jadi kok Dis. Tadi Sella udah minta izin ke Mama,"

"Kalau Fano? Ngebolehin nggak?" goda Dista

"Hm, kalau dia sih maunya nganterin kita, tapi kalau kamu gak nyaman gapapa kok Dis,"

Sella menunduk, dan itu membuat tawa Dista pecah. Bagaimana tidak, Dista hanya ingin menggoda Sella yang sedang dekat dengan Fano, tapi Sella menganggap hal itu seakan akan hal yang memicu kemarahan Dista.

"Ya ampun Sella! Yaudah sih kalau dia mau nganterin lo. Gapapa, kan hemat ongkos hahaha" ucap Dista disela sela tawanya.

Sella tersenyum melihat Dista tertawa seperti itu. Membuat Sella ingin sekali menjadi orang yang bisa membuat orang lain tertawa, ya walaupun ia sering menangis.

**********

kritik dan sarannya jangan lupa yaaa! vote nya juga.



KELAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang