8. Hari Libur

19 12 0
                                    

"Apa boleh jika aku pergi saja? Mengikuti langkahnya dan menghilang tanpa jejak?"

********

"Sella! Apa kamu tuli?!" teriakan demi teriakan terus menerus terdengar sepenjuru rumah. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Mama Sella, Rossa.

Pagi ini, Sella menanyakan apa yang sudah lama ingin ia tanyakan. Tapi tidak terjawab satu pun. Yang Sella dapat adalah cacian dan makian dari Mamanya. Sella ingin menangis kala itu, tapi ia cukup sadar. Mamanya akan lebih marah jika Sella menangis.

Setelah puas memaki, akhirnya Rossa pergi meninggalkan Sella yang mematung. Sella mematung kala mendengar ucapan terakhir Mamanya.

"Jangan pernah bertanya apapun kepada Papa! Karena kamu bukan anaknya!"

Apa maksudnya? Sella sama sekali tidak mengerti. Sella berlari keluar rumah, berlari saja mengikuti kata hatinya. Sella tak tau ia dimana. Ia hanya ingin pergi sejauh jauhnya agar ia mendapat jawaban.

*******

"Kalau taunya kayak gini ngapain gue pulang," gumam Fano.

Di hari libur seperti ini, seharusnya orang tuanya berada di rumah. Tapi ini? Mereka tidak terlihat sama sekali. Bekerja? Di jari libur seperti ini? Fano tersenyum miring, jelas mereka tidak sedang bekerja.

Berpacaran? Selingkuh? Bersama selingkuhannya? Mungkin kalimat terakhir dari pertanyaan tadi lebih cocok. Itulah alasan Fano untuk tinggal sendiri di apartemennya. Ia lebih bebas walaupun ia tak mendapatkan kasih sayang.

Kebebasan itu pula yang mengakibatkan terjerumusnya Fano ke lubang hitam. Lubang dimana penuh dengan kebencian. Kekerasan penuh dengan segala taktik.

Fano tersenyum miris jika mengingat masa kelamnya menjadi seorang mafia. Dengan nama besar di dunia itu, membuat Fano enggan untuk meninggalkannya. Tapi apa boleh buat, bagaimana pun caranya, Fano akan terus berusaha agar terbebas dari itu.

Fano tak tahan dengan kesunyian di rumah ini. Fano memutuskan untuk pergi ke rumah Sella. Ditengah perjalanan, Fano melihat Sella sedang menangis sesenggukan.

Fano mendatangi Sella dan langsung saja memeluk Sella. Sella yang merasa shock pun hanya diam. Diam tak merespon. Setelah sadar, Sella memberontak namun tenaganya tak sampai. Sella pasrah, ia mengeluarkan semua keluh kesahnya dengan ringan. Karena Sella merasa aman jika berada di dekat Fano.

Setelah Sella tenang, Fano menuntun Sella untuk duduk di bangku jalan. Fano hendak pergi untuk membelikan Sella air minum. Tetapi tangannya dicekal oleh Sella. Sella menggeleng.

"Jangan tinggalin Sella," ucap Sella sesenggukan.

Fano mengelus puncak kepala Sella dan menatapnya seolah mengatakan

"Jangan takut, gue disini buat lo Sella"

Fano duduk dan kembali memeluk Sella dengan erat. Seolah ingin menenangkan Sella dan mengatakan bahwa Sella miliknya.

"Kenapa kita bisa ketemu disini ya Sell?" tanya Fano sambil tersenyum manis kepada Sella, berniat untuk bercanda.

Sella bingung, ia menatap Fano dengan lugu. Fano tertawa gemas melihat Sella seperti ini. Seperti anak kecil yang meminta penjelasan ketika permennya diambil begitu saja.

"Jangan jangan kita jodoh kali, ya?"

Fano tertawa dengan keras melihat wajah Sella yang memerah karena perkataannya. Ya ampun, sebegitu cepatnya mood Fano berubah. Ini dikarenakan Fano selalu dekat dengan Sella. Sekarang Fano merasakan jika Sella adalah segalanya untuk Fano. Sella segalanya. Fano tersenyum kalimat itu terlintas dipikirannya.

"Tuan putri habis nangis. Pangeran mau ngajakin jalan jalan nih. Mau nggak?" tanya Fano setelah tawanya mereda.

Sella menggangguk antusias layaknya anak kecil yang bersemangat diajak berbelanja mainan. Sangat lucu, batin Fano. Fano tersenyum, menggenggam lembut tangan Sella dan membawanya ke dalam mobil.

Hari ini, hari libur yang sangat indah menurut Fano. Hari dimana akan ia habiskan bersama Sella. Fano menci. ntai Sellanya. Fano sadar, tak ada seorang pun yang bisa membuatnya tertawa hanya karena hal kecil. Tapi Sella? Bahkan saat Sella hanya menatapnya dengan kebingungan saja sudah membuat Fano tertawa.

"Fan? Ini Sella gapapa pakai baju kayak gini aja?" tanya Sella khawatir.

"Ya gapapa lah. Emangnya kalau pakai baju itu kenapa? Tetep cantik kok."

Sella mengangguk. Ya tapi tetap aja, Sella minder jalan sama Fano pakai baju rumahan kayak gini. Fano pakaiannya modis, ganteng pula. Kan gak adil. Fano tersenyum, ia sadar apa yang Sella pikirkan.

"Yaudah kalau gitu, kita beli baju nih?" tawar Fano.

Sella menatap Fano dengan tatapan yang sulit diartikan. Fano sakit? Mungkin itu yang ada di pikiran nya Sella.

"Sella kenapa sih?"

"Fan, kamu gapapa? Aku gak minta dibeliin baju lho."

"Ya kali aja lo mau gitu kan. Lo gak mau pulang ke rumah kan Sell? Yaudah kita beli baju aja. Lo nangis pasti karena orang tua lo kan?"

Sella mengangguk,
"Iya sih, tapi kan gak harus beli baju jugaa."

"Ya terus? Gimana dong?"

"Kerumah Oma aja deh. Baju Sella banyak kok disana."

Fano memutar balik setir mobilnya. Fano bingung, jika Sella tidak nyaman dikeluarganya, kenapa ia tidak tinggal dirumah Omanya saja? Kelihatannya Sella lebih disayang jika bersama Omanya. Fano tidak berani bertanya ia takut Sella tak nyaman.

"Fan, serius deh. Kenapa tadi kita bisa ketemu?" bingung Sella.

"Ya karena gue mau ke rumah lo tadi. Kangen gue, hehe" Fano terkekeh

Sella hanya menatap Fano dengan bingung. Fano kenapa sih, bikin bingung Sella aja.

"Kenapa mukanya kayak gitu? Gak seneng? Seharusnya lo seneng dong, cowok ganteng kayak gue kangenin lo."

Sella tersenyum maklum, Dista benar, Fano gila jika sedang bersama Sella. Perlakuan Fano kepada Sella berbanding terbalik dengan Fano yang di sekolah. Benar benar berbeda, Fano seperti memiliki kepribadian ganda.

*******

Seharian penuh sudah Fano dan Sella berjalan jalan. Canda tawa membuat mereka berbahagia untuk hari ini. Mungkin hari ini adalah hari yang paling Sella suka. Tidak hanya Sella, menurut Fano, ia sudah lebih mengenal Sella yang lumayan tertutup padanya.

Hari ini, momen ini, sangat cocok untuk menyatakan perasaan Fano. Tapi, Fano takut jika pernyataan itu hanya membuat Sella tak nyaman dan menjauh darinya.

Dulu, sebelum bertemu Sella, tak ada satupun yang Fano takuti di dunia ini kecuali kematian. Tapi setelah bertemu Sella, bahkan untuk menyatakan perasaannya saja Fano bimbang.

Mungkin lain kali? Pikir Fano. Fano akan mencari cara agar membuat Sella berkesan dan akan selalu mengingat dikala momen itu terjadi. Tunggu saja.

*******

happy reading!
jangan lupa vote+comment ya guys!
satu vote dari kalian ada arti tersendiri dari aku:)

KELAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang