5. Ungkap

70 43 5
                                    

"Sebaiknya setelah ini aku akan melindungimu."

*********

"Dia mengadu lagi ke Ibu? Suruh anak itu pulang atau aku akan menjemputnya Bu! Dasar anak tidak tahu diri! Bisanya cuma nyusahin!" geram Mama Sella.

Sella hampir tidak bisa menahan air matanya. Hari ini, sudah berapa kali Sella menangis? Dan kenapa semuanya harus disaksikan oleh Fano? Lelaki yang baru ia kenal saat pulang sekolah. Dan saat tragedi itu terjadi.

Fano menatap Sella khawatir. Apa yang dialami Sella? Bagaimana keadaan keluarga Sella yang sebenarnya? Banyak sekali pertanyaan pertanyaan yang bersarang di fikiran Fano.

Sella sudah tidak tahan. Sella menarik Fano untuk ikut ke taman belakang rumah Oma. Sella tidak ingin mendengar percakapan Oma dan Mamanya lebih lama. Di tempat duduk yang berada di taman itu, Sella menangis, lagi. Fano hanya diam membisu.

"Sella? Lo gapapa?"

Sejak kapan Fano bisa bertanya hal itu kepada seseorang? Mengapa ia terus merasa dirinya yang dulu kembali jika dihadapkan dengan Sella? Ia tak mengerti, seperti kata Revan, ia akan menuruti kata hatinya untuk Sella.

"Sella gapapa" lirih Sella.

"Hm, kalau lo butuh tempat cerita, lo bisa cerita ke gue Sell."

"Fano mau? Fano mau denger ceritanya Sella?"

Sella menatap Fano harap harap cemas.

"Iya, itupun kalau lo mau cerita ke gue"

"Sella itu anak yang gak pernah diinginkan. Mama selalu benci Sella. Sella punya kakak, namanya Kak Sandra. Tapi Kak Sandra pergi ninggalin rumah. Sella gak tau kenapa, tapi kata Oma Kak Sandra itu pergi karena Kak Sandra mau mandiri. Kak Sandra juga udah dapat kerja disana. Udah lima tahun Kak Sandra gak pulang. Mama sering banget marahin Sella. Sella selalu berpikir itu karena kesalahannya Sella. Papa? Papa jarang banget pulang. Sekalinya Papa pulang, Sella pasti kena marah lagi. Papa dingin banget sama Sella. Sella gak tau kenapa." jelas Sella.

Sella menangis lebih kencang, Fano dengan sigap memeluk Sella dan menenangkan Sella. Merasa kasihan pada Sella dan juga merasa ingin melindungi Sella bersamaan.

"Sella gak pernah ngerasain hangatnya keluarga Fan..." isak Sella.

"Gue juga Sell. Kita sama."

Sella menatap Fano dengan tatapan bersalah. Ia juga penasaran kenapa Fano berbicara seperti itu.

"Gue dibesarin bukan dari keluarga yang hangat. Gue bahkan benci sama keluarga gue sendiri. Gue cuma dijadiin alat pewaris. Sella, udah dong. Lo daritadi nangis mulu, kata temen gue kalau cewek nangis itu dikasih seblak sama coklat. Lo mau? Yuk kita cari bareng." bujuk Fano

Ntah dorongan darimana Sella tertawa. Nangis yang terisak isak tadi seolah naik kepermukaan dan menghilang. Mereka tertawa layaknya tidak terjadi apa apa. Oma yang sedari tadi memperhatikan mereka pun tersenyum. Oma berdoa, Sella akan terus bahagia bersama Fano.

"Gausah deh. Fano pulang aja ya. Udah malem, nanti kalau dijalan ada apa apa kan gak lucu. Sella beneran gapapa kalau gak dibeliin seblak sama coklatnya" ucap Sella setelah berhenti tertawa.

Fano mengahapus air mata Sella yang hampir mengering. Semakin lama, Fano merasa Sella adalah alasannya untuk tersenyum.

"Yaudah kalau gitu. Besok gue jemput ya Sell" ajak Fano

"Sella bisa berangkat sendiri kok. Fano gak perlu jemput Sella"

"Nggak. Lo gak perlu takut, mereka gak bakal ganggu lo kalau ada gue Sell. Lagipula ini bukan ajakan. Ini perintah!" tegas Fano

KELAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang