14. Sungguh Miris

26 6 2
                                    


Duduk disebuah lambaian pohon yang pernah kita singgahi bersama

Melihat indahnya sang rembulan tanpa hiasan bintang disana

Awan menari nari yang tak pasti menunggu kedatangannya

Akankah kau kan kembali seperti sediakala?

Perasaan tak pasti menoreh gerimisnya air berjatuh dari mata yang tak sempat terbendung

Membasahi pipi tak pernah lagi kau usap seperti dahulu

Mencoba menyakinkan segalanya bahwa ini tak mungkin kembali

Semakin lama disana kilat menerka

Sayup sayup mata ingin tertidur

Air hujan dari langit membasahi segalanya

Lihatlah bintang itu berjatuhan bersama hujan

Mengadilinya yang tak pernah kembali

Apa kita dipertemukan hanya sebatas kenal dan ucap salam?

Sungguh miris

Jangan dibaca.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang