Bab II

20 1 0
                                    

Jam 10 kurang 15 menit aku tiba di bandara ngurah rai. Jalan raya sudah sepenuhnya sepi. Hanya tinggal sebagian orang yang baru keluar dari bandara. Aku memesan taxi online untuk langsung mencapi penginapanku. Hanya butuh beberapa menit untuk sampai ke salah satu hotel di pantai kuta. Tempat aku memutuskan menghabiskan 2 minggu ku. Taxi onlineku sudah tiba di depan pintu keluar bandara. Aku menaikkan koperku ke bagasi lalu melaju ke penginapan.

Pantai dan patah hati memang dua paket komplit. Tidak salah aku memutuskan untuk kemari sebagai pelarian. Bahkan saat tengah malampun aku masih bisa melihat garis batas cakrawala langit dan laut. Benar benar hal yang sempurna.

Aku belum benar benar masuk ke dalam penginapan dan melakukan check in. Malam ini terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja. Aku masih berdiri di gatis tepi pantai. Memeluk diriuku sendiri. Koperku masih berada disampingku.

'miss aeleasha' seseorang memanggil namaku dengan tergagap.

'yaa' aku mengalihkan pandanganku ke lelaki di sebelahku. Dia menggunakan pakaian khas lelaki bali. Aku yakin ini salah satu pegawai hotel.

'kamar miss sudah selesai' ucapnya sambil membungkukan badan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'kamar miss sudah selesai' ucapnya sambil membungkukan badan.

'ada yang bisa saya bantu?' lanjutnya lagi.

'terima kasih, tapi saya masih ingin disini. Mungkin kamu bisa membantu membawakan koper saya saja' ucapku penuh sopan.

'baik miss, kalau butuh apa apa silahkan ke resepssionis'

'terima kasih'

Dia berlalu membawa koperku masuk. Aku masih heran, kenapa semua pegawai hotel dapat mengenali customernya padahal tidak pernah berjumpa. Dan oh ya, apakah namaku sesusah itu disebut sampai dia tergagap mengucapkan namaku?

Jam 12 malam tepat aku akhirnya memutuskan berhenti memandangi garis pantai. Aku masuk disambut dua lelaki di depan pintu hotel. Resepsionis segera berdiri ikut menyambut begitu melihatku masuk. Apa mereka tidak pernah bosan dengan rutinitas mereka? Ucapku tentu saja dalam hati.

Aku segera meminta kunci kamarku dan naik ke atas. Kamar yang kupesan cukup besar, namun tidak sebesar apartemen. Fasilitasnya juga cukup lengkap. Ruang berac, televisi layar lebar, kamar mandi luas dan tak lupa pantry. Kurasa bali merupakan tempat yang sangat pas untuk menghabiskan waktu.

Aku memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum membereskan koperku. Tentu saja badanku sangat lengket saat ini.

***

Pagiku disambut matahari menyilaukan dari balik gorden putih tepat di sebelah tempat tidurku.

Tak berapa lama pintu kamarku diketuk dua kali. Aku berjalan gontai membuka pintu kamar. Lelaki yang semalam tergagap memanggil namaku menampilakn senyum manisnya pagi ini.

'selamat pagi miss aeleasha' sapanya mulai terbiasa dengan namaku.

'maaf mengganggu sebelumnya, kami ingin menyajikan sarapan anda. Dan jika tidak keberatan, kami selalu memasang nama pengunjung di setiap pintu. Apakah miss aeleasha keberatan?' jelasnya panjang lebar di depan pintu. Aku mempersilahkannya masuk untuk meletakkan sarapanku.

'terimakasih, dan silahkan lakukan sesuai prosedur saja' balasku menanggapi ucapannya tadi.

'oh ya, kau bisa memanggilku alea saja jika namaku kedengaran susah disebut' aku mengoreksi caranya memanggil namaku. Kurasa panggilan yang bagus juga. Toh aku hanya baru kepikiran saja untuk nama itu, selama ini orang orang baru selalu kesusahan memanggil namaku.

'tapi aku suka nama itu. Sepertinya kau sangat dicintai, orang yang membuat namamu pasti memikirkan nama itu dengan sangat lama' ucapnya sambil berjalan ke arah pintu kembali.

'oh ya namaku cean, oceanna. Pakai c bukan s' dia memperkenalkan dirinya tepat didepanku. Hilang sudah dia yang tadi penuh kecanggungan.

'laut?' tanyaku. Bodoh, ngapai juga aku mengartikan namanya.

'hahaha, ya laut. Silahkan dinikmati' dia berlalu keluar. Dulu kupikir namaku sudah nama paling aneh dan unik. Ternyata ada lagi yang lebih unik dari namaku. Oceanna.

Siang ini aku akhirnya memutuskan untuk berjemur. Di pinggiran pantai. Menikmati panas matahari yang menghangatkan. Dulu aku pernah menikmati ini juga, tidak sendirian. Dulu aku disini bersama Agam, Agam yang sangat kucintai. Bukan tanpa alasan aku memutuskan untuk berlibur ke pantai kuta. Aku masih ingin mengenang ngenang Agam. Entah sampai kapan. Rasanya yang terjadi antara aku dan Agam aku ingin semuanya hanya mimpi buruk ku saja. Tapi mengetahui bahwa aku kini tengah berada di sini, seolah olah memberi tahuku bahwa ini semua nyata. Rasa sakit yang kualami pun begitu nyata. Sesak rasanya mengingat hari dimana dia mengkhianatiku. Agam, aku selalu berharap kau kembali kesini. Sekali saja menjelaskan kepadaku apa yang telah terjadi. Tapi, kau tidak pernah melakukan itu. Kau bertingkah seolah olah itulah yang kau mau. Agam.

Air mataku jatuh kembali. Mengingat betapa aku mencintai Agam. Agam yang selalu ada. Agam dengan tawa riangnya. Agam dengan senyuman hangatnya. Agam dengan segala hal yang ada padanya sangat aku suka. Kenapa sesakit ini gam? Memikirkanmu saja membuat hatiku remuk.

'lea, are you okay?' aku hampir tidak tau bahwa dia berbicara padaku. Sukurnya dia menepuk pundakku. Aku menatapnya dengan mata merah dan air mata masih dipipiku.

'I'm okay.' ucapku menyeka air mataku dan mengalihkan pandangan darinya.

'le, kalau butuh apa apa kau bisa minta tolong pada orang orang di sini.' ucapnya menenangkanku.

'aku butuh obat, sean'

'obat untuk menyembuhkan luka yang tidak berdarah. Sean, rasanya sakit sekali. Di dalam sini. Sakit sekali sean.' aku berkali kali menunjuk dadaku. Memberitahunya dimana letak luka yang membuat air mataku terus mengalir ini.

'patah hati rupanya. Kau tau le, obat dari patah hati adalah hati yang baru'
Dia duduk di sebelahku. Mungkin sudah tidak ada pekerjaan yang akan dia lakukan. Atau mungkin memang satu pelayan untuk satu pengunjung. Entahla. Aku hanya butuh teman cerita.

'tidak semudah itu sean, kau tau. Hati perempuan tidak semudah itu berganti ganti. Kau tau bagian paling rapuh dari perempuan itu, hatinya'
Aku menatap tepat dimatanya. Lalu kembali membuang pandangan. Sean cukup menarik, matanya coklat menyala. Kurasa diameter matanya pun cukup besar. Mata yang diidam idamkan kaum perempuan. Rasanya aku ingin segera jatuh cinta ke hati lain saja. Bagaimana caranya?

'le, kalau butuh apa apa selama disini, kamu bisa kasi tau aku, kami selalu stay di dalam sana. Jangan pernah sendiri selama disini le' sean membuang pandangan dariku. Menatap kearah pantai. Sean cukup tampan jika dibandingkan dengan lakilaki lain. Rambutnya yang tertata rapi seolah menggambarkan betapa maskulinnya dia. Badannya tegap. Tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus. Proporsi yang pas untuk tubuh laki laki. Sama seperti Agam.

Sialan. Otak ini susah sekali membuang nama itu. Kenapa selama disini aku harus terus kembali teringat ingat dia. Agam, musnahlah Agam.

---------------------------------------------------------

How about capture II?
I will always wait you to read my story.
Janganla vote dan saranya ya ❤❤❤

Big hug for all readers ❤❤❤❤❤

ACASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang