Barsha merapikan duduknya yang dari tadi terlihat sangat berantakan. Kenapa tuhan tidak menciptakan celah untuk barsha tidak terlihat menawan kapanpun.
'pekerjaanmu sudah selesai?' tanyanya menatapku.
'ada beberapa lagi yang belum kuselesaikan pak'
'pulanglah lebih awal hari ini, dan bersiap lah. Aku ingin mengajakmu makan malam dengan beberapa klien'
'bukanya ada mey sekretaris bapak?'
'kau lebih handal dibanding mey, dalam membujuk klien. Kali ini saja ini adalah perintah sha' dia menatapku tajam. Ini pertama kalinya dia memujiku dan memintaku menemaninya makan malam. Yang benar saja. Sekretarisnya terkenal sangat profesional. Kenapa juga dia harus mengajakku.
'baiklah pak. Saya akan bersiap. Boleh saya tau profil klien yang akan bekerja sama dengan kita nntinya?'
'aku akan mengirimimu email'
Aku mengangguk lalu pamit pergi meninggalkan ruanganya. Jujur saja aku sedikit gugup. Bagaimanapun ini kali pertama dia mengajakku ikut acara seperti ini. Aku bersiap untuk kembali ke rumah. Menyiapkan diri seperti yang dimaunya.
Aku memutuskan menggunakan gaun hitam selutut di dampingi heells 5 cm berwarna senada. Aku sengaja menggerai rambutku. Beberapa orang pernah berkata rambutku indah.
Jam menunjukkan Pukul 19.35 barsha bilang dia akan menungguku diluar dari 5 menit yang lalu. Aku keluar dari kamar kostku. Melihat mobil barsha terpakir di pinggir jalan. Dan tentu saja si empunya ada didalamnya. Aku mengetuk jendela mobilnya. Melambaikan tanganku padanya. Dia langsung membuka pintu mobil dan kalian tau hal pertama yang dilakukannya setelah melihatku. Dia terlihat terheran heran. Apa dandananku seaneh itu.
'ada yang salah pak?' tanyaku sebelum menaikkan kakiku ke mobilnya.
'ehm, tidak. Masuklah' aku masuk dengan diam. Memperhatikan keluar jendela. Gugup sekali berada disampingnya seperti ini. Benar benar hal yang tak pernah terpikir di pikiranku. Ya walaupun aku sudah pernah menumpang dengannya. Tapi kali ini suasananya berbeda. Kami tidak sedang memakai pakaian kerja. Ya walaupun tak ada bedanya pakaian nya saat ini dan saat dia kerja.
'kau tidak berencana ingin bicara?' tanyanya menoleh padaku.
Aku menatap matanya heran. Sekilas mata kami beradu lalu dia kembali fokus pada jalan didepannya.
'ehh, tidak. Maksudku, aku sedikit gugup' jawabku terbata. Sejujurnya aku memang gugup sekali. Bukan tentang seperti apa klien yang akan aku hadapi. Namun tentang bagaimana bisa lelaki ini sekarang duduk di sebelahku dengan tenang.
'tidak perlu terlalu khawatir sha, makan malam ini tidak formal formal sekali' dia menatapku, mencoba menenangkanku. Padahal bukan itu yang membuatku gugup. Dia yang seperti ini lebih mampu membuatku gugup.
'ohhh, okke' jawabku singkat. Rasanya lututku saat ini lemas sekali. Aku benar benar gelisah saat ini. Kegugupan ku benar benar menghantui ku.
'gaunmu bagus sha' dia melirik kearahku sekilas lalu kembali fokus kejalanan di depannya. Aku merasakan tubuhku menegang. Terang saja aku senang dia memuji penampilanku, tapi maksudku ini menjadi sangat awkward. Liatlah aku tidak bisa bereaksi apapun, bahkan mengucapkan terima kasih pun lidahku keluh sekali. Barsha sialan.
Akhirnya kami tiba di sebuah hotel berbintang mungkin, jujur saja aku tidak pernah benar benar bisa membedakan mana hotel bagus dan tidak bagus. Rasaku semua sama saja. Tergantung kenyamanan masing masing individunya saja.
Barsha turun dari mobilnya setelah berhasil dengan mulus memarkirkan mobilnya yang langsung kususul. Aku merapikan sedikit gaunku dan rambutku. Dengan tergesa aku masih berusaha mengimbangi jalannya. Langkah kakinya besar sekali, berbanding terbalik denganku, membuatku sedikit terburu buru.
'bisakah berjalan sedikit pelan pak, saya sedikit kesusahan menyesuaikan langkah' ucapku pelan berbisik di belakangnya. Sial, kenapa restoran hotel ini jauh sekali dari parkiran. Aku benar benar sudah kualahan. Barsha berhenti sejenak memperhatikanku. Sebentar, matanya tajam sekali menatapku. Apakah dia marah karena aku meminta berjalan sedikit lambat?
Tanpa kuminta dia tiba tiba menarik tanganku. Mengenggam lembut namun tegas telapak tanganku. Hangat sekali. Dia tidak berbicata apapun. Hanya mengenggam tanganku lalu melanjutkan berjalan sedikit lebih pelan. Ingat. Tidak berbicara sama sekali.
Kami memasuki restoran yang sepertinya sudah disulap untuk acara khusus. Banyak sekali ornag orang yang kutemui. Dan semua berpenampilan seperti barsha. Barsha sama sekali tidak melepas genggaman tangannya di tanganku. Kami berjalan masuk sambil berpegangan tangan. Beberapa kali barsha tersenyum menyapa kliennya. Aku masih setia membuntutinya dnegan tangan yang mulai sedikit keram. Tapi rasanya aku tidak ingin cepat cepat melepas genggaman tangan ini.
'duduk sha' aku tersadar dari lamunanku, ternyata kami sudah ada di tengah tengah meja bulat dengan banyak sekali orang ini. Ohhh acaranya ternyata sudah akan mulai. Aku refleks menarik tanganku dari genggamannya dan langsung duduk. Aku memperhatikan satu satu orang orang di sekitarku. Tunggu dulu, orang orang disini ternyata memang hampir rata rata seusia Barsha dan sebentar, kenapa semuanya berpasang pasangan. Bukankah barsha bilang ini acara temu klien.
'temu klien seperti apa yang berpasang pasangan seperti ini bapak Barsha terhormat' bisikku penuh penekanan tepat di samping telinganya. Aku melihat dia sedikit tersenyum mendengar ocehanku. Sedikit. Sedikit bahkan sampai aku tidak sadar melihatnya.
'nikmati sampai acara ini selesai sha, dan berhenti memanggilku bapak untuk malam ini saja'dia kembali berbisik tepat di telingaku. Jujur saja posisi seperti itu membuatku dapat menghirup dengan jelas aroma tubuhnya. Maskulin sekali.
Semua orang mulai berbincang bincang satu sama lain. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, saham, profit dan segala hal yang menyangkut paut urusan bisnis. Benar benar tipe masalah yang dihadapi pebisnis. Benci sekali. Dan barsha dari tadi tidak pernah memperhatikanku. Dia asik berbincang dengan orang orang di sekitarku. Menyebalkan sekali.
'hii' sampai akhirnya seseorang menyapaku.
'ohh hii'
'apakah ini sosok pacar baru tn. Barsha yang sangat dingin tapi perhatian sekali itu' ucapnya sedikit tertawa bercanda kepadaku.
Aku hanya tertawa ringan lalu menawarkannnya minuman.
'terimakasih, jadi sudah berapa lama kalian berhubungan?' senyum gadis ini cantik sekali. Dia benar benar definisi cantik versiku. Kulitnya putih bersih, matanya hitam legam serta rambut pirang keemasannya yang ikal menggemaskan. Astaga gadis kecil ini benar benar menggemaskan.
'sebenarnya tidak seperti itu, aku dan barsha hanya hubungan kerja' jelasku.
'oh ya? Hubungan kerja seperti apa yang bergandengan tangan dari pintu masuk sampai duduk di kursi?' lagi lagi dia tertawa menyindirku. Tawanya khas sekali.
'aku olivia, aku dan Barsha masih memiliki hubungan keluarga. Kakek kami masih kakak beradik' jelasnya menjulurkan tangan padaku.
'ohh, aku aeleasha' aku menyambut uluran tangannya sambil tersenyum.
'olivia' aku berbalik dan menemjkan barsha dibelakangku.
'hii' olivia melambaikan tanganya. Dia ceria sekali. Auranya sanagt positif.
'aku suka gadis ini, kau bisa membawanya kerumah sesekali. Lebih baik dari mantanmu yang seperti penyihir bulan purnama kemarin' olivia berbicara lantang pada barsha.
'stop oliv. Suaramu cempreng sekali' Barsha menepuk puncak kepala olivia lembut. Benar benar tipe sepupu idaman semua perempuan.
'berhentilah selalu menyentuh rambutku barsha. Aku bukan anak kecil lagi' olivia memekik. Aku tertawa melihat tingkah kedua sepupu ini. Astaga mereka membuatku rindu keluargaku.
'sha, ayo pulang' barsha berganti menatapku. Aku hanya mengangguk lalu pamitan dengan olivia. Kami berjalan beriringan keluar dari ruangan ini. Jujur saja rasanya aku ingin sekali dia menggenggam tanganku lagi, seperti tadi.
'memikirkan apa?' dia berhenti di depan mobilnya lalu berbalik menatapku yang masik asik mengamati kuku kuku tanganku.
'eh, tidak ada, kukuku indah sekali' alibiku lalu menunjukkan kukuku padanya.
Dia terkekeh lalu berlalu masuk kemobilnya. Aku mengikuti masuk kedalam mobilnya dan kembali asik dengan lamunanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACASHA
RomanceKehilangan? Apa satu hal yang ada di pikiran kalian ketika mendengar kata kehilangan? Semoga cerita ini dapat menggambarkan apa yang kalian rasakan. Semoga dengan cerita ini, kalian tidak akan pernah takut untuk memulai kembali. Welcome to Aeleas...