Bab IX

10 0 0
                                    

Hening cukup lama menyelimuti perjalanan pulang kami. Barsha masih fokus ke jalanan di depannya.

'aku masih ingat, aku berutang padamu untuk biaya perbaikan mobilku kemarin' aku memecah keheningan.

'seingatku aku tidak pernah meminjamkan nya padamu sha' dia menatapku sekilas lalu kembali fokus ke jalanan.

'seperti ini saja, sudah cukup. Tidak ada hang perlu dibayar' lanjutnya lalu tersenyum, senyumnya manis sekali malam itu. Aku terkaku oleh tatapan itu. Tuhannn, boleh kalau hanya malam ini saja, izinkan berjalan lebih lambat dari biasanya. Aku masih ingin disini saja malam ini. Aku memejamkan mataku, sungguh berharap.

'sha' aku menoleh, tangannya mendadak mengenggam tanganku hangat. Membuat kupu kupu bertebaran di perutku, jantungku seakan ingin melompat dari tempatnya saat ini juga. Aku refleks menarik kembali tanganku dari genggamannnya.

'malam ini saja, seperti ini, sebentar saja sha' ucapnya kembali menarik tanganku di genggamannya.

'apa yang kamu rasakan sekarang sha?' dia bertanya tanpa menatapku, aku diam menunduk, antara malu dan senang menjadi satu.

'seperti ini rasanya nyaman sekali sha, rasanya seperti aku ingin waktu berhenti saat ini saja' lanjutnya menatapku sekilas.

'pakk' aku memberanikan diri menatapnya, entah kenapa malam ini dia terlihat tampan sekali. Bulu bulu halus di sekitar rahangnya menambah kesan maskulin pada wajah barsha. Keberanianku bicara mendadak menurun. Aku kembali diam dan membiarkan semua seperti ini saja, hanya untuk malam ini saja.

***
'pagi sha'

'sha' seseorang menepuk pundakku, menyadarkanku dari lamunan pagiku.

'masih pagi sha, mikirin siapa sih sha'

'eh bukan siapa siapa, ada apa ser?' tanyaku lagi.

'cuman mau ngucapi selamat pagi aeleashaaaa' ucapnya lalu berlalu dari kubikelku. Aku hanya diam tidak terlalu mengerti, ada apa dengan serena pagi ini.

beberapa urusan pekerjaanku dengan agam hampir selesai. semua yang diminta barsha sudah aku dapatkan dari Agam. setelah ini, mungkin aku tidak akan ada urusan lagi dengan Agam sampai laporan bulan depan, mungkin.

'mau makan siang mbak sha?' tanya kevin melihat ke arah kubikelku.

'ehmm boleh. serena?' aku membereskan meja. menutup note book ku.

'dia sudah di kafetaria bawah dari tadi, salah satu klien nya meminta bertemu disana' kevin berjalan menduluiku, aku terburu buru menyusulnya sampai ke ambang pintu.

'gimana hubunganmu dengan agam?' tanyanya selama kami berjalan.

'hubungan apa? aku sudah selesai kev' aku berjalan masuk ke dalam lift.

'jadi kalian sungguh sudah putus?'

'ya bahkan dari awal dia selingkuh aku telah menganggap itu putus'

lift berdenting, kami sudah di lantai satu.

'siang pakk' kevin menyapa orang yang akan menaiki lift ini tepat di depan kami. lelaki yang dari tadi asik dengan sesuatu di handphonenya.

'eh siang' dia balik menyapa melirik sekilas kedepan lalu kembali asik dengan handphone. seperti sesuatu disana lebih menarik dibanding perempuan yang tidak bisa tidur semalaman dibuatnya.

aku keluar dari lift tanpa menyapanya. enak sekali mencuekin ku begitu saja. dikiranya semalam sangat berarti untuku? hah? jelas tidak ada apa apanya.

'wahhh, kau hebat sekali mbak, bisa bisanya kau tidak menyapa pak barsha' kevin berseru heboh di sebelahku.

ACASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang