aku terbangun dengan perasaan tidak senang, entahlah perasaanku aneh sekali, aku ingin senang tapi aku takut jika semua ini hanyalah ilusi ku saja. segala hal yang sedang aku coba cari kesamaannya bagaimana jika hanya kebetulan saja.
bagaimana jika aku ingin kedekatan kami lebih dari ini?
bagaimana jika dia berhasil menyembuhkan aku sebelumnya?
aku tidak ingin kemungkinan kemungkinan yang aku harap bukan sekedar kebetulan itu ternyata hanya hal hal yang ada dalam kepalaku saja. ini membuatku semakin gila.
handphoneku berdering, menganggu lamunanku.
'hallo'
'aku di luar, sudah siap beberes?' suara bariton itu mengejutkanku, membuat aku refleks menjauhkan handphone dari telingaku. mengecek sekali lagi nama dalam panggilan itu. apa sebenarnya yang sedang dilakukan laki laki ini. kenapa gemar sekali membuat tanda tanya di pikiranku.
'maksudnya?' aku bertanya bagai orang bodoh yang kehilangan kesadaran. jujur saja aku baru bangun 20 menit yang lalu dan melamun selama itu. melamunkan orang yang tiba tiba menelponku ini. sepertinya dia yang tidak waras.
'kau baru bangun jam segini sha?' dia bertanya dari seberang telephone. aku mengangguk, hal bodoh lainnya padahal dia tidak akan bisa melihat.
'astaga sha, aku di depan kamar kost mu. menunggumu keluar dalam mobilku. bisa bisanya kau baru bangun'
'aku tidak ingat pernah menyuruhmu menjemputku pak' aku menekan kata pak dalam kalimatku. iseng saja ingin membuatnya kesal.
'sha, kutunggu 10 menit lagi atau aku masuk kedalam kamarmu' kalimatnya penuh pengancaman. aku tau itu tidak sekedar ancaman. bisa jadi dia mengetuk pintu kamarku sebentar lagi. bukan tidak ingin dia masuk karena hal lain lain tetapi kamarku benar benar sedang tidak enak dipandang mata. aku belum sempat membereskannya.
'diamlah. dan matikan telepon ini. aku akan segera keluar dan jangan coba coba mengetuk pintu membut keributan. aku tidak ingin diusir pemiliki rumah karena menganggu ketenangan lingkungan'
aku ballik mengancamnya, mencoba menakut nakuti nya kembali. kamar kost ini cukup nyaman untukku. walau tidak sebebas kelihatannya, tapi para penghuninya benar benar mengerti batasan privasi, dan memang banyak dihuni para karyawan juga sehingga tidak punya waktu mengurusi urusan orang lain.aku mematikan telepon sepihak berusaha secepat mungkin menuju kamar mandi dan beberes. tapi ini memang tidak cukup jika hanya 10 menit. yang benar saja perempuan berkemas dalam 10 menit. mau mati dia.
aku keluar kamar setelah merasa persiapanku sudah cukup. menenteng tas laptopku ke arah mobil barsha. aku mengetuk jendelanya, membuka pintu penumpang di sebelahnya. wajahnya terlihat bosan sekali tapi malah membuat aku semakin ingin menggoda nya.
'pagi pak' ucapku tanpa rasa bersalah menyapanya. tatapannya tidak percaya kearahku. benar benar tatapan yang sangat menyenangkan jika dilihat lihat.
'aku tidak tau jika 10 menit mu selama ini sha'
'hei. mana ada perempuan yang berkemas dalam waktu 10 menit. untuk bersabun pun kurang' aku menjawab dengan nada lebih tinggi darinya, tentu saja aku tidak mau kalah. lagian ini karena salahnya, tiba tiba muncul tanpa mengabari.
'kalau kau setiap hari datang seperti ini aku akan memindahkanmu besok'
'hei, aku tidak setiap hari seperti ini, dan aku memang sudha berencana telat hari ini' aku mengamuk tidak terima, enak saja menggunakan perasaan pribadi dalam pekerjaan.
'sudahlah sha. tadinya aku ingin mengajak sarapan, tapi selera makanku mendadak hilang karena menunggumu satu jam'
'barsha, kau punya nomor teleponku kan? apa susahnya menelpon sebelum menjemput. atau kabari aku malam harinya. salahmu datang tiba tiba. kenapa menyalahkanku'

KAMU SEDANG MEMBACA
ACASHA
RomanceKehilangan? Apa satu hal yang ada di pikiran kalian ketika mendengar kata kehilangan? Semoga cerita ini dapat menggambarkan apa yang kalian rasakan. Semoga dengan cerita ini, kalian tidak akan pernah takut untuk memulai kembali. Welcome to Aeleas...