Bab VII

22 0 0
                                    

Pagi ini aku merasa tidak seperti biasanya. Entah hal hal apa yang membuatku merasa secerah ini. Aku bangun dengan senyum diwajah dan mungkin hatiku. Yaampun aeleasha. Masih terlalu pagi untuk terlalu berbunga bunga seperti ini. Dan kalian tau. Aku tidak telat bangun hari ini. Rasanya seperti masa masa pertama kali berpacaran dengan Agam. Aku terlalu merindukan perasaan perasaan kecil seperti ini.

Jam 8 kurang 10 menit aku sudah tiba diparkiran kantor. Rasanya mobilku seperti baru lagi saat kukendarai. Benar benar halus. Aku benar benar masih sendiri di dalam ruangan blim ada satupun yang datang. Aku memutuskan untuk ke pantry. Membuat kopi dan beberapa cemilan.

'mbak sha. Tumben sekali sepagi ini sudah menyeduh kopi' aku melirik ke arah pintu dan mendapati kevin di depan pintu.

'kau mau?' tanyaku mengangkat gelas kearahnya.

'kau yakin bisa menyeduhnya mbak, aku tak pernah melihatmu menyeduh kopi sebelumnya' dia melangkah masuk menuju kubikelnya.

'aku adalah calon ibu rumah tangga yang baik vin, bukan hanya pekerja keras. Aku juga idaman semua laki laki' ucapku menyiapkan satu lagi gelas untuk kevin.

'wah, aku baru tau kalau kau ternyata hebat juga' ucapnya. Aku memberikan segelas kopi kepadanya.

'terima kasih' aku mengesap kopiku sedikit demi sedikit. Ternya tidak buruk buruk sekali.

'vin. Kau mau membantuku?'

'kau menyogokku dengan kopi?'

'ini berhubungan dengan pekerjaan vin. Kau pikir aku sudi memanfaatkanmu?' ucapku menatapnya sarkas. Dia hanya tertawa.

'kau ingin apa mbak?'

'barsha meminta bukti perjalanan bagian pemasaran. Terlalu banyak biaya untuk bahan bakar. Sementara aku masih hatus menyesuaikan pajak'

'ohhh masalah pemasaran. Pantas saja kau menyuruhku. Biasanya kau yang paling suka hal hal begini. Menegur kesalahan kesalahan yang menganggu pekerjaanmu'

'vin, bukan begitu. Aku hanya minta kau memberi tau mereka aku ingin rapat dengan mereka. Sesuaikan waktu secepatnya. Pastikan Agam ikut hadir disana' aku memutar badan menuju kubikel ku. Melanjutkan pekerjaanku. Melihat kembali laporan keuanganku. Memastikan hal hal lainnya yang harus kesesuaikan sebelum kuserahkan kembali ke Barsha. Bukan aku sekali jika harus dua kali melakukan revisi.

'pagi aeleasha' serena menegurku sambil berjalan ke arah kubikelnya.

'ser, kau ada melihat bagian pajak?'

'kurasa mereka sedang sarapan di kantin bawah. Ada yang ingin kau sampaikan?'

'barsha sudah meminta laporan penyesuaian pajak bulan ini secepatnya. Ahhh kenapa akhir bulan datang terlalu cepat. Aku pusing sekali' aku mengacak rambutku pelan.

'masih terlalu pagi untuk memusingkan banyak hal sha. Nikmati harimu'. Aku berjalan keluar ruangan. Menuju ruangan bagian pajak. Aku ingin menyelesaikan ini secepatnya.

'pagi' ucapku memasuki ruangan yang langsung disambut oleh pak badrun.

'pagi buk sha, ada yang bisa dibantu buk?'

'pak, ini sudah mendekati akhir bulan. Pak Barsha sudah meminta laporan pajak. Sudah bisa saya lihat'

'ohh, sebentar disini bu' pak Badrun mengacak mejanya sebentar. Pak badrun adalah lelaki umur hampir 50 tahunan. Beliau sudah bekerja selama 5 tahun disini. Selama bekerja disini beliau tidak pernah melakukan kesalahan fatal dalam menghitung pajak.

'ini bu' beliau menyerahkan map hijau berisi laporan.

'terimakasih pak' aku langsung beranjak keluar ruangan. Memastikan semuanya pas dan sesuai keinginan Barsha.

***
'tidak makan siang lagi sha?' serena mendatangiku.

'sebentar lagi ser, aku masih mencari selisih laporan pajak. Benar benar menyebalkan. Pak badrun tidak pernah salah menghitung pajak. Aku yakin selisihnya ada di bagian keuangan' gerutu ku mulai memutat mutar pena di tanganku.

'kau tidak harus selalu sempurna setiap hari sha. Pikirkan kesehatanmu' serena mulai mengomel.

'kau terdengar seperti ibuku. Duluan saja ser, aku akan menyusul. Tidak lama lagi'

'yasudahlah. Kau memang keras kepala' gerutunya lalu pergi keluar kantor. Aku masih fokus menghitung laporanku. Mencari selisih adalah hal yang paling kubenci. Sungguh, hal hal seperti ini adalah kemampuan barsha. Selama bekerja dengannya. Dia sering membantu karyawannya yang kesulitan seperti ini. Dan dia selalu bisa diandalkan. Pantas saja ayahnya mempercayainya.

Aku benar bebar sudah tidak tau sudah berapa lama aku tetap melakukan hal yang sama berungkali.  Kantor mulai ramai lagi seusai makan siang. Dan aku akan rapat dengan Agam beserta anggotanya jam 2 nanti. Oh ya tentu saja aku akan pergi bersama kevin. Aku tidak sanggup menghadapinya sendiri.

'vin, kau ikut denganku rapat nanti' ucapku pada kevin yang sudah duduj di kubikelnya.

'okke mbak. Ada yang mau di siapkan?'

'laporan pertama kali yang diserahkan oleh pemasaran masih kau simpan?' kevin berpikir sejenak. Dia mulai mengotak ati komputernya.
Mencari berkas itu di mejanya.

'aku sepertinya lupa membuat salinannya mbak'

'astaga vin, kenapa kau ceroboh sekali' dia hanya menggigutmmit bibir bawahnya bingung. Sama bingungnya sepertiku. Jam berjalan sangat cepat rapat akan segera dimulai.

'yasudahlah. Kita coba bicarakan dulu' aku membereskan semua kebutuhan yang harus kubawa. Lalu beranjak keruang rapat.

'aeleasha' aku menoleh saat suara bass yang akhir akhir ini kukenali memanggil namaku.

'yaa' ucapku sopan.

'kau mau kemana'

'aku ada rapat dengan pemasaran untuk membicarakan laporan mereka.  Ada apa pak?' ya. Orang didepanku tak lain dan tak bukan adalah Barsha.

'ohhh baiklah. Setelah itu segera keruanganku' ucapnya lalu berjalan melaluiku. Aku sudah memperhatikan sedari tadi kami menjadi pusat perhatian. Jelas saja, seorang Barsha akan selalu menjadi pusat perhatian. Kurasa jika aku pacaran denganya aku akan keluar dari kantor ini. Apa? Yaampun apa yang kau pikirkan aeleasha. Bodohnya. Aku melanjutkan jalanku. Sudah ada sepuluh orang di dalam ruangan. Dan salah satunya lelaki yang berhasil menarik perhatianku. Bahkan dia terlihat sangat tampan dari jauh sini.

Sekitar satu jam akhirnya rapatku selesai. Dan aku telah mendapatkan apa yang ku butuhkan. Dan rasanya tidak buruk buruk sekali saat bertatapan kembali dengan Agam. Beradu pendapat kembali. Rasanya semuanya seperti baik baik saja.

'sha' aku mengangkat wajahku dari dokumen dokumen yang akan kubereskan. Dan hanya diam.

'kau masih terlihat menawan bahkan saat sudah bukan milikku lagi' ucapnya menatapku dalam. Aku membalas tatapannya lalau tersenyum.

'terima kasih, boleh minggir sedikit. Aku tidak punya banyak waktu untuk mendengar rayuan rayuanmu' ucapku sarkas lalu menghilangkan senyumku. Dia mendesah pelan. Pelan sekali. Namun terdengar sangat jelas di telingaku ketika aku melewatinya. Jujur saja rasanya masih sama saat dulu aku mendengar rayuan rayuan Agam. Hatiku masih senang. Tapi rasa senang itu dicampur kebencian dan muak. Ya seperti ingin muntah.

Aku bergegas naik ke kantor Barsha. Menanyakan apa yang lelaki itu butuhkan. Aku masuk keruangganya setelah mengetuk pintu dan dia mengijinkanku masuk.

'ada yang bisa saya bantu pak'

tanyaku begitu tiba di depan meja kerjanya. Dia terlihat sangat lelah. Lengan kemejanya dia gulung sampai pergelangan tangan. Jasnya sudah tergeletak di belakang sandaran kursinya. Dan sialnya dia terlihat sangat tampan seperti ini.

---------------------------------------------------------

Hyyyyyy!!!!!
Selamat membaca kembali. Apa kabar lebaran kalian. Aku kembali setelah cuti sebulan selama ramadhan.
Semoga otakku sudah dipenuhi ide ide menarik lainya untuk memuaskan kalian ya.
Semoga kalian suka.
Karena aku suka kalian.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya ❤❤❤❤

Peluk jauhhh 😍😍😍😍😍

ACASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang