Bab III

23 1 0
                                    

Sudah hari ketiga aku disini. Rutinitas disini sangat membantu menenangkan ku. Aku tidak lagi fokus pada masalahku dengan Agam. Hanya beberapa hal saja masih terus membuatku mengenang ngenang. Benar benar tidak semudah itu melupakan lelaki itu. Lagi pula, aku memilih disini. Ditempat begitu banyak kenangan yang terjadi antata aku dana Agam. Seperti melihat matahari tenggelam, menghitung berapa bnyak sampan yang berlabu ke pinggir pantai. Menyusuri setiap jengkal pasir di pantai sampai lelah. Mengumpulkan kerang, dan begitu banyak hal hal yang terjadi disini antara aku dan Agam.

Kini aku berada di sebuah kafe di pinggir pantai. Tidak jauh dari penginapan ku. Dan aku bersama Sean. Katanya dia sedang libur hari ini. Jadi tidak keberatan untuk menemaniku berkeliling.

'lee' sean memanggilku. Menyadarkan ku dari lamunan panjangku.

'hmmm' aku hanya berdeham singkat. Mengaduk ngaduk vanilla latte di depanku. Tidak tertarik sama sekali meminumnya. Dulu jika aku sedang tidak mood seperti ini, Agam akan menghiburku dengan cerita cerita karangannya. Bahkan Agam pernah membeli coklat menggunakan ojek online untukku hanya karena aku sedang tidak senang hati.

'kau masih memikirkan lelaki itu?' Sean bertanya tanpa menatapku.

'menurutmu begitu?' aku menantang menatapnya. Tapi dia tidak mengalihkan pandangan ke arahku. Hanya diam.

'Agam hadir untuk waktu yang lama dalam hidupku Sean. Dia sangat mengerti bagaimana caranya membuat aku senang. Dia sangat tau hal hal apa yang membuat aku bahagia' jelasku.

'apa yang terjadi sehingga kau memutuskan berlari sejauh ini?'

'aku juga tidak mengerti Sean, yang kutau dia bersama wanita lain malam itu. Kupikir dia akan menjelaskan padaku apa yang terjadi. Tapi sampai sejauh ini dia tidak berniat mencari aku dmana'

'dia selingkuh?'

'mungkin begitu' Sean diam.

'kami 7 tahun bersama Sean. Aku sangat mengerti dia. Begitupun sebaliknya. Lalu beberapa bulan terakhir dia berubah. Aku tidak pernah berpikir macam macam. Aku selalu memikirkan hal yang baik baik saja. Setiap hari aku berharap semuanya baik baik saja. Beberapa kali aku melihat pesan pesan tidak wajar di handphonenya. Namun aku selalu memaksa pikiranku untuk selalu positif. Dia selalu berkilah dan berkata temannya meminjam handphonenya' tanpa sadar mataku kembali basah. Mengingat semua hal yang terjadi belakangan ini.

'puncaknya pada saat perayaan hari jadi kami yang ke tujuh kemarin. Aku mengetahui posisinya dari teman dekatnya. Dia ada di sebuah hotel. Awalnya aku tidak tau dia sedang apa di hotel dan dengan siapa. Aku saat itu sedang bahagia. Kami baik baik saja paginya. Dia tetap mengirimi ku bunga di hari itu. Hadiah hari jadi' aku menyesap vanilla latteku. Mengambil jeda untuk kembali bercerita.

'dan kau tau apa yang kudapat saat tiba disana. Awalnya aku ingin memberi kejutan. Tapi yang terjadi sebaliknya. Akulah yang lebih di kejutkan. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana cara Agam menyentuh wanita sialan itu. Aku melihat bagaimana Wanita itu menggoda Agam. Mereka berciuman di depan mataku. Saling bertukar cinta' aku hampir kehabisan suaraku di akhir cerita. Benar benar menguras tenaga membuka luka itu lagi.

'lee, Agam sangat bajingan untuk mendapatkan air matamu. Agam terlalu brengsek untuk tetap menjadi kekasihmu. Bersyukurlah kau mengetahui sifatnya saat masih menjadi pacar le. Belum tunangan ataupun suami' Sean mencoba menenangkan aku yang masih terisak. Sungguh saat ini aku malu sekali rasanya. Tapi air mataku tak mampu kubendung. Hatiku remuk. Rasanya seperti jiwa ini pergi dari tempatnya.

'Sean, menurutmu. Apa alasan Agam melakukan itu?' Sean tergagap mendengar pertanyaanku. Dia menggaruk tengkuknya.

'kalian berjalan sudah sangat lama. Mungkin dia jenuh dengan hubungan yang sedang kalian jalani. Dia mencoba mencari suasana baru saja'

ACASHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang