8

6.6K 52 0
                                    

Setelah liburan satu minggu di rumah eyang, kita kembali ke aktivitas biasanya. Mas hakim tidur nyenyak di samping ku. Aku kebangun, gatau kenapa akhir akhir ini sering ngrasain badan gampang pegel pegel. Gelisah ngga bisa tidur, miring kanan masih pegel, miring kiri kurang nyaman, sampe nungging nglurusin  kedua tangan tangan ke depan pun masih berasa pegel nya. Kasian mas hakim barusan tidur, takut ke ganggu. Akhirnya aku pindah ke kamar tamu, lebih leluasa gerak gerakin ni badan.

"Kenapa?" Mas hakim tbtb naik ke ranjang, peluk aku dari belakang

"Kok mas belum tidur?" Aku membalikkan badan menatap mas hakim

"Mas ngga bisa tidur sendiri.  Kamu kenapa pindah kamar tamu?"

"Gapapa mas"

"Badan kamu pegel lagi?"

"Iyaa" jawabku menelungkupkan muka ku di dada polos nya

"Pindah kamar lagi yuk. Mas pijitin" ajak nya melepaskan pelukan, lalu mengangkat aku dari kamar tamu ke kamar utama

"Minyak zaitun nya kamu taro mana?" Mas hakim merebahkan ku di ranjang kamar utama

Karna mual tiap mencium bau minyak urut, jadi kita ganti pake minyak zaitun

"Laci nakas" Mas hakim mengambil nya

Aku duduk membelakangi mas hakim. Mas hakim melepaskan baju tidurku dan  membiarkan aku telanjang dada. Kebetulan akhir akhir ini tiap tidur selalu lepas bra.

Mas hakim membalurkan minyak zaitun di seluruh punggung aku, mulai memijat dari pundakku pelan, suasana yang tenang, nyaman sampe sesekali keluar sendawa.

"Enakan?"

"Heem" jawab ku menikmati setiap pijatannya

"Badan kamu kok kurusan na, tapi payudara kamu makin berisi" ucap nya masih mijit pundakku

"Perasaan mas aja kali. Nah situ mas ughh enak" mataku merem melek keenakan

"Bulan lalu kamu belum dapet lho sayang"

"Iyaa mas. Tapi ramadhan taun lalu kan ana gini juga -heek"

"Besok coba deh, pake tespack"

"Heek. Iyaa, selesein ini dulu ah mas. Enakan ni"

"Udaah ah, masuk angin kamu ini. Mas kerokin aja yaa" Mas hakim turun ranjang ngambil koin di meja riasku

"Enggak. Ih mas, ngga mau dikerokin.  Dipijitin aja"

"Enggaak. Diem" Mas hakim maksain kerokin punggung aku, udaah siap bawa koin kuning 500 an. Aku terduduk pasrah. Menikmati sentuhan koin yang mas hakim gores dipunggung ku

"Tuu kan merah. Baru satu goresan"

"Aww mas geli" protes ku

"Diem. Masuk angin kamu ni" Mas hakim makin semangat liat warna merah di punggung aku

"Ih kenapa mas sekarang napsu kerokin aku si"

"Masya allah sayang merah banget"

"Udaah ah mas, mau nya di pi -heeeeek- jitin ajaa"

"Udaah diem aah. Dikerokin masih bawel"

"Aku mau kentut masss" Mas hakim tutup hidung. Mas hakim masih lanjut mengerok punggung aku merata dari pundak turun  sampe ke lengan, dari tulang punggung sampe samping payudara, kerokan pinggang sampe ke perut. Bener-bener merata

"Udaah sini, depan nya mas kerokin sekalian" Mas hakim membalikkan badan ku. Aku tanpa menutupi bagian depannya terpampang jelas payudara ku

"Kayaknya kamu hamil deh sayang. Tuu mas liat payudara kamu lebih berisi kan" Mas hakim mengamati bentuk payudara ku serius dan mensejajarkan muka nya di dada ku

Coretan Garis MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang