Udah dua minggu aku ninggalin mas hakim sendirian dirumah. Baru kali ini mas hakim marah-marahin aku, sampe aku kesel dan pulang ke rumah mamah. Mereka kira aku mau lahiran di rumah mamah, aku bilang kalo mas hakim lagi ada kerjaan di luar kota, daripada dirumah sendirian apalagi kondisi ku hamil tua. Yaa, tinggal menghitung hari untuk lahiran pertama ku ini.
Rutinitas pagi ku makin produktif di rumah mamah, kata mamah lebih baik aktif saat hamil biar lebih mudah saat lahiran nanti.
Bangun pagi sholat subuh, lanjut jalan jalan pagi jam 6 di temenin mamah atau papah muterin komplek, lanjut belanja sayur dan bantuin mamah masak.
"Assalamu'alaikum" terdengar suara dari pintu utama
"Mamah aja yang buka pintu. Wa'alaikumussalam" mamah jalan ke pintu utama
Aku masih siapin sayuran untuk masak hari ini.
"Naak buatkan teh anget untuk tamu"
"Iya mah"
"Antarkan nanti ke depan yaaa" senyum lebar mamah, menepuk kedua lengan ku
"Yaaa" jawabku singkat
"Jangan lama lama, mamah ke depan dulu"
"Tumben ada tamu pagi-pagi"
Terdengar ramai obrolan ruang tamu sampe ke dapur. Mamah uda triak triak karna tehnya ngga datang-datang
Aku jalan ke ruang tamu membawa nampan dengan cangkir berisi teh hangat.
Tak disangka, tamu yang mamah maksud adalah mas hakim. Aku terdiam.
Tertegun melihat mas hakim pake topi menutupi rambutnya yang makin panjang, badan tak terurus, terlihat kurus.
"Kok bengong?" ucap papah
Aku jalan pelan menghampiri meja mas hakim dan menaruh teh hangat tepat di depan lututnya tanpa menatap nya
"Sini"
Aku duduk di sebelah mamah memangku nampan, papah duduk di kursi single nya
"Mamah tinggal dulu, mau lanjut masak. Papah tolong pasangin gas"
Papah jalan dibelakang mamah menuju ke dapur.
Aku, aku terdiam, tak berani menatap mas hakim yang duduk di depan ku.
"Kamu, apakabar?" ucap nya penuh keraguan
"Baik" jawab ku pelan sambil memainkan tepian nampan
Dalam hati ku meraung-raung, rindu sekali suara mas hakim
"Baby kita sehat?"
"He'em" aku mengangguk
"Na, boleh tatap mas sebentar?"
Aku menggeleng pelan
"Sebentaaaar saja na"
"Mas rindu" ucapnya mencondongkan badannya ke arahku dan tersenyum
Aku tersenyum tipis, menatap mas hakim yang masih tersenyum lebar
"Boleh mas duduk samping ana?"
Aku mengangguk
Aku rindu harum badan mas hakim, semakin mendekat semakin tercium parfum khas nya. Dalam hati semakin gelisah tak karuan, karna rindu yang belum ku ucapkan
Mas hakim duduk di sampingku
"Naa"
Aku menatap nya
"Heem"
"Maafin mas yaa na, mas kelepasan kemaren. Maaf uda buat kamu ngga nyaman di rumah. Mas janji ngga lagi-lagi marah sama kamu" mas hakim memegang punggung tanganku
KAMU SEDANG MEMBACA
Coretan Garis Merah
RomanceHari ini aku dan mas hakim liburan ke rumah embah ku untuk bersilaturahmi lebaran. Kebetulan mas hakim libur panjang jadi sekalian kita berlibur agak lama. Oiyaa kenalin, aku Ana istrinya mas Hakim. Kita kenal dari jamanny masih kuliah di Bandung, s...