5. Pusara Papa Mama

317 63 11
                                    

***

"Dara! Tunggu!" Ardian terus memanggil Dara disepanjang jalan yang mereka yang lewati.

Semua orang yang tak sengaja berada di jalan yang mereka lalui, hanya bisa melongo, tanpa tau apa yang tengah terjadi diantara mereka berdua.

Tanpa Ardian sadari seseorang tengah terpaku, berusaha memahami apa yang barusan terjadi di depannya.

Cewek yang tengah sibuk membaca novel di koridor depan kelasnya itu langsung menoleh ketika suara yang tak asing terdengar tepat di depannya.

Dan cowok yang kini berstatus sebagai pacarnya itu hanya melewatinya begitu saja, tanpa menyadari kehadirannya.

Cewek itu terus memandangi punggung Ardian yang kini sudah menghilang dibalik tikungan di ujung koridor.

"Mereka berdua ngapain lagi sih? Ngerjain projek? Projek apa? Kenapa malah asyik main kejar-kejaran gitu?"

Cewek yang biasa dipanggil Gisella itu menunduk muram, mengabaikan novelnya yang basah karena tak sengaja menyentuh minuman dingin yang sengaja ia bawa dari rumah.

"Kenapa jadi gue yang merasa diabaikan diantara kami bertiga? Kenapa dada gue selalu sesak ketika Ardian berada didekat Dara? Bukankah mereka memang sudah berteman sejak kecil?" Ucap Gisella pada dirinya sendiri dengan perasaan campur aduk.

Gisella menghela napas panjang, ia berusaha untuk berpikir positif. Dia tidak mau kejadian lost control seperti kemarin terjadi lagi.

"Sabar, Gisella. Mungkin emang mereka ada projek pribadi yang nggak bisa lo ganggu gugat. Lo orang baru diantara mereka. Lo muncul tiga tahun setelah persahabatan mereka mulai terjalin. Lo harus sadar diri Gisella." Batin Gisella.

Cewek itu mencoba memaksakan senyum di bibirnya walaupun hatinya tetap saja merasa sakit melihat kedekatan mereka berdua.

Sementara itu, di tangga lantai tiga, Dara akhirnya berhenti di puncak tangga.

Cewek itu berbalik karena merasa tidak enak namanya dipanggil terus menerus di sepanjang koridor gedung kelas sebelas dan bisa saja para guru mendengarnya.

Bisa repot nanti kalau dewan guru sampai menyidang mereka berdua.

Dara berusaha mengatur napasnya yang masih ngos-ngosan, berkata patah-patah pada Ardian

Cowok itu ternyata ikut berhenti di tengah tangga, menatap dengan perasaan tak enak kearah Dara.

"Ardian, hentikan. Lo mau gue memulai persiapan pesta Gisella kan? Gue bisanya nanti malam. Kalau nanti sore gue nggak bisa." Ucap Dara putus-putus. Nafasnya belum genap mengisi seluruh paru-parunya saat ini.

Ardian menatap sahabatnya dengan tatapan bersalah, mengabaikan perkataan Dara sebelumnya.

"Maafin gue, Dara. Gue nggak bermaksud buat ngomong kasar ke lo. Gue cuma lagi stress mikirin masalah gue sama Gisella. Please, maafin gue ya, Ra." Ucap Ardian tulus.

Cowok itu memijat pelipisnya, keadaannya terlihat sangat kacau saat ini.

Dara melihatnya prihatin, ia berjalan pelan-pelan menuju sahabatnya.

Dara menepuk pundak Ardian penuh respek, tersenyum menenangkan.

"Tenang, Ar. Gisella pasti maafin lo kok."

Ardian masih menunduk, pandangannya terpaku pada tangga tempatnya berdiri.

"Bukan itu masalahnya, Ra. Gisella udah kehilangan kepercayaannya sama gue. Dan semua itu salah gue. Gue udah sia-siakan kepercayaan yang dia berikan."

FEAR FAIRY [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang