14. Kecelakaan

54 8 2
                                    

***

Dara datang ke rumah sakit dengan ditemani oleh Gatha.

Cewek itu mengatupkan bibirnya dengan perasaan sedih begitu melihat keadaan Ardian yang kini hanya bisa terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Wajahnya sangat pucat.

Dara hampir meneteskan air mata begitu melihat Ardian yang sangat menyedihkan.

Wajah yang biasanya dipenuhi raut konyol kini hanya bisa terpejam datar di ruang rawat dengan alat-alat yang menempel di tubuhnya.

Kondisi Ardian belum juga membaik sejak kemarin malam. Dia belum menunjukkan tanda-tanda akan membuka matanya.

Gatha menepuk bahu Dara, berusaha menguatkan cewek itu.

Dara balas mengangguk, mengulas senyuman simpul pada temannya tersebut.

Gisella yang tertidur di samping Ardian dengan masih menggenggam erat tangan cowok itu, juga terlihat menyedihkan.

Ia pasti menemani Ardian semalam suntuk disini. Raut wajahnya terlihat sangat kelelahan dan kusut.

Sementara itu, ibu Ardian terpaksa pulang terlebih dahulu demi mengambil beberapa keperluan untuk mereka berdua selama di rumah sakit.

Dara berjalan pelan menghampiri ranjang Ardian, ia melirik Gisella yang masih jatuh tertidur karena kelelahan di tepi ranjang.

Dara tersenyum dan terus menatap mereka.

Kemudian cewek itu berjalan ke sisi lainnya, berbisik di telinga Ardian.

"Cepat sembuh Ardian. Kasihan putrimu terus menunggumu membuka mata."

Tiba-tiba jari Ardian bergerak, hal itu lumayan efektif untuk membuat Gisella terbangun.

Gadis itu masih setengah sadar, ia menatap linglung ke arah Dara dan Gatha sembari menunjukkan ekspresi kebingungan karena sebelum ia tertidur, tidak ada siapa-siapa di sini selain dirinya dan Ardian.

Gisella mengalihkan pandangannya ke arah genggaman tangannya yang masih terpaut erat dengan lengan Ardian, mengecek apakah gerakan tangan Ardian barusan memang nyata atau hanya halusinasinya saja.

Dara tersenyum pada Gisella, mengangguk meyakinkan kalau jari Ardian memang menunjukkan respon.

Dara kembali berjalan menghampiri Gisella, merangkul pundaknya untuk memberikan semangat.

Dara kemudian berkata pelan pada Gisella, "terimakasih kerena masih memilih setia untuk menunggui Ardian pada saat-saat genting seperti ini. Percayalah, dia akan segera sembuh."

Gisella mengangguk, gadis itu kembali menatap sedih wajah Ardian yang pucat pasi.

Gisella mati-matian menahan air matanya agar tidak keluar lagi, ia menggigit bibirnya kuat-kuat.

Dara menyunggingkan senyuman salutnya melihat pasangan itu, gadis itu berjalan keluar ruangan meninggalkan mereka berdua di dalam sana untuk memberikan privasi.

Dara menghela napas panjang, berkata pelan.

"Andai kami nggak bertukar roti, mungkin sekarang gue yang berada di posisi Ardian."

Dara yang secara tak sengaja melewati lorong rumah sakit yang panjang dan remang-remang, membuatnya teringat tentang salah satu ketakutan terbesarnya selama ini.

Tempat itu telah terlanjur diingat olehnya sebagai tempat dimana ia berada di titik terendah dalam hidupnya.

Pikirannya menerawang ke tragedi mengerikan enam tahun lalu itu lagi. Takdir kejam yang dengan teganya merampas sumber kebahagiaan terbesar dalam hidupnya.

FEAR FAIRY [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang