9. Map Untuk Dara

240 45 8
                                    


****

"Lo sekarang harus selalu sama mereka, ya?" Gatha bertanya pada Dara, namun pandangannya tertuju pada dua orang bodyguard yang duduk tepat di belakang Dara untuk mengawasinya.

Dara mengangguk, "iya tuh. Oma yang kasih ide. Padahal gue udah berusaha nolak. Tapi Oma ngotot buat memperketat penjagaan gue. Jadilah gue sama mereka terus."

Dara kembali menyedot es americano-nya dengan sedikit hati-hati karena bibirnya masih terasa sakit.

Mereka berdua kini tengah menikmati sore yang cerah di salah satu kafe pinggir jalan yang terkenal di wilayah Jakarta.

Mereka berdua sengaja memilih duduk di luar karena angin yang berhembus lumayan sepoi-sepoi aduhai.

Dara kemudian kembali berkata, kali ini matanya tulus menatap Gatha.

"Makasih ya karena lo mau gue ajak keluar padahal gue tahu kalau lo sibuk buat bimbel demi mengejar  pelajaran yang tertinggal selama lo lomba."

Gatha sontak menggeleng sembari tersenyum lebar.

"Nggak apa-apa. Gue juga jenuh belajar mulu. Kebetulan banget lo ngajak gue keluar, jadi gue bisa sekalian refreshing."

Dan dalam hati Gatha menambahkan, "dan juga sekalian pdkt sama lo, hihi."

Tatapan Gatha tak sengaja mengarah ke ujung kiri bibir Dara yang masih memar.

"Bibir lo nggak apa-apa?"

Dara kembali menatap Gatha bingung. "Apa? Bibir gue?"

Dara refleks menyentuh bibirnya, sedetik kemudian cewek itu menggeleng canggung.

"Eh, udah nggak papa kok, nanti juga sembuh."

Tanpa mereka sadari, salah satu pengunjung kafe yang ramai tengah memperhatikan mereka sedari tadi.

Si penguntit tersebut berada tepat di jendela kafe, hingga bisa secara leluasa mengamati mereka berdua.

Cekrek.

"Satu foto lagi berhasil diambil." Katanya sembari tersenyum miring.

Matanya kembali memperhatikan keluar, menatap senyum menawan Dara yang saat ini masih asyik mengobrol dengan Gatha.

"Ternyata target bos saat ini lumayan cantik."

Katanya sembari mengirimkan gambar tersebut pada bosnya, si Sosok.

***

"Kita nggak mungkin lagi bisa persiapkan pesta ulang tahun Gisella, Ardian."

"Lo kan tahu sendiri sekarang hubungan gue sama Gisella sekarang lagi gimana."

Dara mengatakan hal itu di telepon sembari memakan cokelat yang siang ini ia bawa dari lokernya.

Ya, saat ini hanya ada cokelat dari si pengirim misterius ke lokernya. Tanpa ada postcard dan kartu ucapan lagi.

Angka di jam digitalnya menunjukkan pukul delapan malam.

Ardian hanya bisa menghela napas pasrah di seberang sana.

"Gue tahu saat ini situasinya luar biasa rumit. Gue juga masih shock saat ini. Kita lihat aja gimana nantinya."

Ardian tiba-tiba bertanya dengan nada serius.

"Eh, tapi gue ngeri juga. Kok bisa ya ada orang yang senekat itu fotoin kita lagi tidur cuma buat bahan gosip."

Dara juga ingat dengan fakta itu.

FEAR FAIRY [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang