12. Racun

156 16 4
                                    

***

"Gue harap Gisella terkejut dengan kedatangan gue."

Ardian mengulas senyuman lebar sambil menatap rumah besar Gisella.

Cowok itu mengatur napasnya sejenak. Jantungnya mulai bertalu-talu karena siapa tahu ia secara tak sengaja bertemu dengan orang tua Gisella nanti.

Ardian melangkah keluar dari mobilnya dan segera memasuki halaman rumah Gisella yang cukup luas.

Cowok itu menaiki tangga menuju pintu masuk rumah Gisella dan menekan bel yang terlihat jarang sekali disentuh.

Ia menunggu seseorang membukakan pintu untuknya sembari melihat sekeliling.

Matanya tak sengaja melihat rumah di seberang sana, rumah milik Dara.

Rumah itu tampak sepi, sama seperti rumah-rumah mewah lainnya di kompleks ini.

Tiba-tiba seseorang membukakan pintu baginya, orang tersebut memakai masker dan topi hitam. Lengkap dengan jubah hitamnya.

Saat pandangan mereka bertemu, sosok tersebut secepat kilat menutup pintunya kembali.

Ardian hanya bisa melongo dan mematung di tempatnya.

Ribuan pertanyaan mengenai siapa sosok barusan sontak memenuhi benak Ardian.

Beberapa saat kemudian Gisella muncul dalam balutan baju santainya, sedikit terkejut dengan kedatangan Ardian yang tiba-tiba.

"Kamu kenapa mendadak kesini? Acara ulang tahunnya kan nanti malam."

Ardian memperbaiki raut mukanya yang sebelumnya kosong, buru-buru menatap Gisella dengan ceria.

"Yuk keluar sebentar."

Gisella mengerutkan dahinya heran, "mau ngapain? Aku kayaknya nggak bisa deh. Soalnya mau siap-siap dulu buat pesta nanti."

Ardian mengerucutkan bibirnya secara menggemaskan, tanda ia kecewa berat.

"Yah rencana kejutan aku buat kamu gagal dong. Kamunya nggak bisa datang."

Gisella tertawa geli melihat tingkah Ardian.

Baru saja cewek itu akan menjawab rengekan Ardian, Gisella terpaksa menutup mulutnya lagi karena tiba-tiba saja ayahnya berdiri tepat di belakangnya.

Ardian terkejut melihat kedatangan ayah Gisella, cowok tersebut merasakan jantungnya berdegup dua kali lebih cepat.

Ardian kemudian mengulas senyum sopan pada ayah Gisella dan berusaha menyapanya.

"Hai, Om. Om apa kabar?"

Ayah Gisella tersenyum hangat pada Ardian.

"Baik. Orang tuamu apa kabar?"

Ardian menjawab dengan gugup, karena walaupun keluarga mereka sudah lama bersahabat, namun hubungannya dengan keluarga Gisella tak sedekat dengan keluarga Dara.

"Mereka baik kok, Om."

Ayah Gisella manggut-manggut mendengarnya. Pria itu kemudian menatap Ardian dengan sedikit tajam.

"Kamu ada perlu apa kesini?"

"Mau ajak Gisella keluar sebentar, Om," jawab Ardian dengan agak canggung.

Ayah Gisella menatap putrinya sebentar, kemudian menimbang-nimbang.

Saat itu rasanya Ardian seperti tengah dieksekusi di meja hijau, menunggu sang hakim mengetuk palu untuk membacakan keputusannya.

Ayah Gisella kembali menatapnya, namun dengan sedikit aura menakutkan kali ini.

"Ardian, Gisella tidak boleh kemana-mana hari ini.  Keluarga kami mengkhususkan hari ini untuk berkumpul bersama, jadi sebaiknya mengajak Gisella nya besok-besok saja."

FEAR FAIRY [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang