***
Pagi Dara dimulai oleh omelan dari Omanya. Dara lupa menghubungi Oma kalau dia menginap di hotelnya tadi malam karena semua kejadian malam itu yang benar-benar menguras emosi Dara.
Di telepon, Omanya benar-benar marah karena sangat khawatir padanya, membuat Dara merasa tidak enak.
"Kan Oma sudah bilang buat tetap aktifin handphone kamu, Dara."
"Lagian kan Oma sudah minta kamu buat ditemenin bodyguard, " ucap Oma dengan perasaan campur aduk.
Dara menggigit bibirnya, "maaf Oma. Handphone Dara mati karena kehujanan tadi malam. Ini juga Dara pakai telepon hotel. Dan maaf juga karena Dara nggak menuruti kata Oma."
Oma terdengar menghembuskan napas panjang di seberang sana.
"Pokoknya Oma yang jemput kamu pagi ini. Kamu kan harus sekolah. Oma yang antar kamu supaya nggak terlambat."
Dara berusaha menolak dengan halus, tak mau merepotkan Omanya.
"Tapi Oma, disini kan banyak bus umum. Lagian baju kotor Dara juga masih di laundry hotel."
Omanya mendesak, "nggak ada tapi-tapian. Kamu harus turutin kata Oma kali ini. Untuk urusan pakaian, itu jadi tanggung jawab Bondo sama Woso."
Dara hanya bisa mengangguk pasrah, perkataan Omanya adalah mutlak. Dia paham, itu semua dilakukan demi kebaikannya juga.
"Baik Oma. Dara tunggu di lobi."
Dara kembali ingat sesuatu. "Oh iya, Oma punya nomor direktur hotel yang sedang Dara tempati? Dara mau ngomong sesuatu."
Telepon itu berakhir beberapa saat kemudian.
Dara segera turun ke parkiran hotel, mengambil pakaian darurat dari sana.
Setelah mengambil satu set pakaian sederhana dari mobilnya, Dara segera kembali ke kamarnya dibawah tatapan tajam sekuriti dan resepsionis.
Dara memutar bola matanya jengah, berkata jutek pada mbak-mbak resepsionis.
"Tenang, mbak. Saya nggak akan kabur kok."
Dara kembali berjalan cepat menuju kamarnya.
Cewek itu buru-buru mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Dara yang sudah siap dengan outfitnya, buru-buru menyambar ranselnya dan kembali turun ke lobi.
Baru saja Dara tiba di lobi, beberapa detik kemudian Oma datang dengan ditemani beberapa bodyguard.
Dara langsung berdiri, menyambut Oma yang datang dengan wajah cemas.
"Dara, nak. Kamu nggak apa-apa, kan?"
Dara menggeleng, menyunggingkan senyum lebar.
"Dara baik-baik saja kok, Oma."
Omanya mengangguk setelah mengecek apakah cucunya memang benar baik-baik saja.
"Baiklah. Sekarang kamu cepat ganti seragam sekolah." Oma menyerahkan paper bag yang sebelumnya dibawa oleh salah satu bodyguard.
"Iya Oma. Dara ke kamar mandi dulu buat ganti." Dara segera mengambil paper bag tersebut dan berlari menuju kamar mandi hotel.
Beberapa saat kemudian saat Dara baru saja keluar dari lorong kamar mandi, Omanya terlihat tengah bernegoisasi dengan resepsionis.
Dara segera berlari ke arah Omanya, penasaran apa yang sedang terjadi.
"Mbak, berarti check out atas nama Pradipta Adara Zachary sudah selesai, ya?" Oma melempar senyuman pada resepsionis di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEAR FAIRY [On Going]
ChickLitAku hanya ingin menghilangkan rasa takut dari trauma masa laluku yang kelam. Tapi kenapa ketakutan itu justru malah terus memenuhi mimpi-mimpi dalam tidurku? Aku hanya ingin membuat hubungan Ardian dan Gisella membaik karena mereka sahabatku. Tapi k...