Agit

13 1 0
                                    

"Satu langkah, dua rasa, tiga jiwa, empat celaka."

🎭🏵🎭

Warning! Bertebaran kata-kata kasar.

Jalanan ibukota yang padat karena menjelang sore, kini menjadi pemandangan gadis itu saat ini. Sebuah helm kecil yang ia kenakan membuatnya terasa aman. Canggung. Kata itu yang dirasakan dari awal mereka keluar sekolah sampai sekarang.

Sedangkan lelaki di depannya masih fokus mengendarai sesekali menanyakan arah mana setelah jalanan yang mereka lewati. Gadis itu lalu mengambil ponselnya dari saku jas saat ponselnya berdering, membuka layar yang menampilkan panggilan telfon.

Raga is calling

Ia menggeser tombol hijau ke tengah.

"Halo?"

"..."

"Di jalan, kenapa?"

"..."

"Udah."

"..."

"Mau ngomong apa?"

"..."

Vrena, gadis cantik itu mendengus kesal lalu menepuk pelan bahu lelaki di depannya.

"Rafa, Raga nelfon terus pengen ngomong sama kamu," jelas Vrena sedikit mengencangkan suaranya.

"Hah?" tanya Rafa tak mendengar dengan jelas.

"Berhenti dulu! Raga pengen ngomong ditelfon sama kamu!" teriak Vrena lebih kencang.

Membuat Rafa mengangguk mengerti, lalu memelankan kecepatan motor yang ia kendarai. Dan menyingkir menuju pinggiran trotoar.

"Mana?" tanya Rafa yang kini menjulurkan tangannya untuk menerima ponsel yang masih menampilkan telfon dari Raga.

Vrena memberikan ponselnya. Lalu mulai turun dari motor besar milik Rafa. Menatap sekeliling, jika ia melangkah sebentar lagi mungkin ia sudah masuk ke dalam perumahannya. Manik matanya menatap penasaran apa yang Rafa dan Raga bicarakan.

"Baru juga mulai."

"..."

"Gile lo, ya kagak bangke, gue gak sekejam itu."

"..."

"Ah bangsat, kalo bukan Regan udah gue pukul anjir."

"..."

"Iya, iya!"

Rafa mendengus kesal, lalu memberikan kembali ponsel tersebut kepada Vrena. Lalu tersenyum manis.

"Yuk naik lagi," ujar Rafa yang kini memakai kembali helm fullface-nya.

Vrena masih terdiam.

"Na, ayok." Rafa menepuk jok belakang motornya yang masih kosong.

Vrena menggeleng pelan, "keknya Raga butuhin Rafa. Aku mau jalan aja, bentar lagi juga nyampe."

Vrena menunjuk sebuah gerbang perumahannya yang memang jaraknya tak jauh. Ia merasa tidak enak karena sedari istirahat terus-terusan merepotkan orang. Gadis itu tak mau memiliki beban untuk orang lain.

Rafa menggeleng cepat, "enggak. Udah Na ayook, Raga sih gampang."

Vrena kembali menggeleng cepat, lalu berpamitan kepada Rafa dan membalikkan badannya. Berjalan cepat menuju gerbang perumahan yang hanya berjarak sepuluh meter dari ia berdiri sekarang. Sedangkan Rafa mendengus lelah. Rasanya ingin sekali ia membaku hantam Regan sekarang juga. Ia tak suka jika diperintah-perintah begini.

My Time For RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang