"Tak perlu khawatir untuk dipikir, bau anyir tak terasa jika kamu tersihir menjadi butir pasir yang melindungi layaknya kincir yang menggilir."
🎭🏵🎭
Tubuhnya terus saja berjalan ke sana ke mari mencari cara agar pintu ruangan penyimpanan ini terbuka. Tentu saja siapa yang tidak merasa khawatir ketika gadis itu melihat perkelahian Regan dan Deran dari balkon yang selalu terbuka. Ia tahu bagaimana Deran sangatlah kejam. Vrena tahu bagaimana lelaki itu akan melakukan apa pun agar seseorang yang mengganggunya itu menghilang atau musnah dari hadapannya.
Dan entah apalagi cara yang bisa membuat pintu ini terbuka. Ia harus cepat-cepat membuat perkelahian itu terhenti. Vrena benci hal ini, perasaan khawatir yang kembali muncul pada seseorang. Cukup trauma untuk merasakannya kembali.
Beberapakali Vrena mencari sebuah alat agarpintu tersebut bisa dibuka. Matanya berbinar kala sebuah ide muncul, selimut putih yang sudah terlipat rapi kini tergeletak manis di atas sofa cokelat yang sempat ia jadikan tempat tidur. Vrena tersenyum, lantas melangkah cepat menuju balkon.
Mulai mengumpulkan cara, gadis itu dengan satu tangannya, mengikat selimut tersebut di pagar pembatas dengan kencang, dan beberapa kali memastikan bahwa selimut yang ia ikat di pagar pembatas tersebut sudah mampu menampung bobot tubuhnya. Walaupun selimut itu tak sampai membuat Vrena benar-benar bisa mencapai bawah, tapi setidaknya ia masih bisa melompat sedikit agar bisa mencapai dasar.
Setelah merasa aman, gadis itu mulai menurunkan kakinya, dengan satu tangan Vrena memegang selimut putih itu dengan kuat. Menuruninya perlahan, hingga akhirnya Vrena bisa merasakan bahwa tangannya sudah mencengkram di ujung selimut. Lalu melepaskan pegangannya. Nekat memang, tapi Vrena tidak peduli. Ia harus menghentikan perkelahian itu.
Cukup sekali saja rasa khawatir dulu berdampak membuatnya merasa begitu menyakitkan. Jangan lagi. Masih banyak jarak hingga ia bisa menyentuh rumput yang menghiasi hampir seluruh halaman belakang sekolah, setidaknya dengan begitu ia tidak begitu terasa sakit saat jatuh nanti.
Brukk
Vrena meringis kala ia terjatuh dengan punggungnya lebih dulu mendarat. Seharusnya tak sesakit ini. Sedikit lega karena bukan tangan yang sedang diperbanlah yang mendarat duluan.
Pelan Vrena bangkit dari jatuhnya itu. Lalu mengernyit bingung, sekarang bagaimana ia harus melewati dinding pembatas sekolah ini? Tak ada apa pun di sini yang bisa membantu Vrena.
"Vrena? Lo Vrena 'kan?" suara berat seseorang yang terdengar familiar sontak membuat Vrena terdiam.
Gadis itu melihat baju yang dirinya kenakan. Dan menghela napas lelah ketika menyadari bahwa baju pasien rumah sakit masih dikenakan dengan nyaman. Menggigit bibir, apa alasan yang harus ia berikan agar orang di belakangnya ini percaya?
Tangan besar itu menarik Vrena, membuat tubuh Vrena dengan mudah membalikkan badan. Meneguk saliva susah payah. Lelaki dengan wajah tenang yang begitu khas kini mengernyit heran. Memerhatikan Vrena dari ujung kaki sampai wajah mungil gadis itu. Melihat bahwa gadis di depannya masih menggunakan baju pasien rumah sakit.
"Lo ngapain di sini?" tanya Ragaㅡlelaki yang saat ini membawa sebuah plastik hitam.
Vrena menggarukkan tengkuknya bingung, entah apa yang harus ia lakukan atau ia jelaskan. Gadis itu juga tidak tahu apakah Raga tahu mengenai ruangan penyimpanan yang menjadi ruangan rahasia Regan. Tatapan Vrena yang acak membuat Raga tentu merasakan sebuah keganjalan. Pertama, Regan sempat mengatakan kepadanya bahwa Vrena di rumah sakit, tak mungkin 'kan Vrena menyusul Regan?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Time For Revenge
Teen Fiction(WARNING!) Typo bertebaran Banyak kata-kata kasar (jangan dicontoh tapi dinikmatin aja). My first story 🎭🏵🎭 CERITA YANG BERDIRI SENDIRI Rahasia Sebuah rahasia yang sampai saat ini dijadikan sebagai topik hangat oleh Blue Sky High School. Sebuah...