amil

15 1 0
                                    

"Sebuah ragu yang tak tentu, menjadi rindu yang berlalu."

🎭🏵🎭

Langkahnya pelan menuju sebuah ruangan sekolah yang jarang sekali dikunjungi oleh banyak murid. Koridor saat ini begitu sepi diakibatkan pengumuman beberapa waktu lalu yang tak memperbolehkan para murid keluar dari kelas dan sekolah. Mungkin sampai saat ini sekolah masih menganggap bahwa tawuran itu sedang terjadi. Walaupun kenyataannya sebelum pertarungan dimulai dirinya sudah menghentikannya dengan cepat.

Kepalanya benar-benar pening saat pikirannya terus memikirkan semua kemungkinan-kemungkinan yang akan Deran lakukan untuk bertemu dengannya. Ingin menyesal, tapi jujur ia merasa berguna karena bisa menghentikan tawuran yang belum dimulai. Vrena, gadis itu tak bisa membayangkan bagaimana banyak teman-temannya memiliki banyak luka di sekujur tubuh setelah tawuran itu.

Langkahnya terhenti saat sebuah sepatu converse biru tiba-tiba berada di depannya yang kini sedang menunduk. Dengan cepat Vrena mendongak, melihat siapa yang menghadang jalannya.

Tatapan itu, terlihat begitu mengintimidasi. Tatapan elang yang begitu khas. Terkadang ia bertanya-tanya, apa tatapan elang itu akan hilang jika bibir di wajah itu melengkung manis? Kini lelaki dengan tatapan elangnya  menatapnya. Tak sekalipun berniat bergeser untuk memberikannya jalan. Tubuh orang itu yang tinggi membuat Vrena terus mendongak membalas tatapan, bingung dan penasaran. Juga ia memberikan tatapan yang menyiratkan untuk segera menyingkir dari hadapannya. Kepalanya sudah pening.

"Awas," ujar Vrena tak terdengar dingin namun memiliki penekanan intonasi.

Lelaki itu mengangkat satu alisnya. Lalu terkekeh geli, "cih, ikut gue!"

Regan, lelaki yang kini malah mencengkram pergelangan tangannya kencang dan menariknya. Tentu cengkraman Regan membuatnya meringis sakit. Benar-benar lelaki satu ini. Dan yang bisa Vrena lakukan hanya mencoba menyeimbangkan langkah besar dan cepat Regan yang berada di depannya. Lelaki itu membuka pintu cokelat dengan cepat. Vrena mendongakkan kepalanya melihat ruangan apa yang ia masuki.

Organisasi BS

Alisnya mengernyit bingung.

Regan menyalakan lampu ruangan tersebut dengan tangan kirinya yang bebas. Sedangkan tangan kanannya tak sekali pun berniat dilepas, seakan-akan Vrena akan menghilang jika ia tak mencengkramnya.

"Ka-kamu mau apa?" tanya Vrena saat lelaki di depannya mengunci pintu ruangan itu dari dalam.

Kedua alis lelaki itu mengernyit dengan tatapannya masih menatap Vrena yang kini berada di hadapannya. Regan sudah melepas cengkramannya saat lelaki itu mengunci pintu. Lalu sebuah senyuman tipis Regan yang begitu samar membuat Vrena tertegun sesaat.

"Kenapa?" tanya Regan yang kini melangkah mendekat.

Vrena yang merasa lelaki di depannya mendekat, mulai menatap curiga dan berjaga-jaga, yang bisa ia lakukan adalah mundur saat Regan melangkah mendekat. Vrena meneguk salivanya susah payah. Semakin takut saat merasa punggungnya telah menyentuh dinding dingin.

Regan menatap Vrena dingin. Lalu melangkah sampai lelaki itu benar-benar hanya berjarak tiga puluh centi meter dari ia berdiri. Satu tangan lelaki itu menempel pada dinding di sebelah kepalanya.

My Time For RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang