"Kembali mengamati memang terbaik, namun tanpa aksi tak membuat dia tertarik."
🎭🏵🎭
"Anjir kok bisa?"
"Gila sih nekat banget yang nempelin."
"Gue duga ini orang yang sama, sama pemegang akun BP."
Langkah Raga terhenti kala menyadari bahwa koridor menuju kantin saat ini dipenuhi oleh sebagian siswa dan siswi. Bukan hanya karena ingin pergi ke kantin. Alisnya mengernyit bingung, mading yang jarang digunakan, kini terlihat begitu ramai dikelilingi murid-murid. Entah apa yang terjadi.
"Kenapa lo?" tanya Revan.
Ya, saat ini Regan dan Revan mengajak Raga ke kantin untuk mengisi perut setelah beberapa menit lalu bel istirahat berbunyi. Tentu saja Revan bingung karena Raga tiba-tiba menghentikan langkahnya. Membuat Regan dan Revan otomatis ikut berhenti.
"Itu rame-rame apaan dah?" tanya Raga mulai ingin tahu.
Regan yang sedaritadi hanya diam, kini ikut menoleh dan mulai menyadari bahwa saat ini mading tengah dipenuhi oleh banyak murid. Lelaki itu ikut menatap bingung.
"Coba lo ke sana Ga," ujar Revan, lelaki itu mengedikkan dagunya ke arah kumpulan murid yang tengah mencari tahu apa yang tengah terjadi.
"Gak ada akhlak banget lo anjir," ujar Raga malas, namun lelaki itu akhirnya melangkah mendekat.
Mulai menerobos beberapa murid yang juga mencoba ingin melihat lebih dekat. Beberapa siswi yang menyadari kedatangan Raga, reflek menyingkir. Ada juga yang langsung tersenyum ketika lelaki itu mengucapkan kata 'misi,' atau semacamnya.
Tak butuh waktu lama bagi Raga untuk bisa berada di paling depan. Lelaki itu semakin mengernyit tak mengerti. Beberapa brosur berwarna biru tertempel di mading, menutupi poster atau informasi lain yang sebelumnya tertempel mengenai lomba atau beberapa pertandingan yang akan dilaksanakan bulan depan. Apalagi ini? Brosur yang tak begitu besar namun mengandung keanehan di dalamnya. Sebuah foto gadis dengan senyum cantiknya berada di brosur tersebut, tak lupa beberapa kalimat penjelasan di bawahnya.
Beberapa ucapan murid di sekitar Raga, terdengar begitu saja.
"Yakin gue yang nempelin ini, orang yang megang akun BP."
"Kok bisa gitu tuh orang nempelin brosurnya? Kan kaca mading jelas-jelas kekunci."
Dan dari banyaknya ucapan-ucapan murid lain. Hanya ada dua kalimat yang menjadi ikut dijadikan pertanyaan oleh Raga saat ini. Raga yang menjabat menjadi wakil ketua osis tentu saja tahu bagaimana susahnya menempelkan informasi di mading sekolah. Bukan cuman kaca mading yang terkunci, namun mereka juga harus memiliki izin terlebih dahulu agar informasi tersebut bisa ditempel di sana. Apalagi melihat brosur itu yang terlihat tidak pantas, sudah pasti yang melakukan ini menempelinya tanpa izin apa pun dari osis.
Raga lantas membalikkan tubuhnya dan keluar dari kerumunan tersebut. Setelah merasa sudah keluar, lelaki itu menghampiri Regan dan Revan yang menunggu. Entah menunggunya untuk lanjut ke kantin atau menunggu jawaban dari kerumunan murid.
"Gimana?" tanya Revan, ia juga merasa penasaran.
Jarang-jarang mading dikerumuni seperti itu. Pasti ada sesuatu hal yang penting sampai membuat murid berdatangan hanya untuk melihat.
"Nanti aja gue jelasin, lo bedua duluan ke kantinnya. Gue mau nelfon Rafa dulu, mau nanya sesuatu," jelas Raga merasa ia perlu mengetahui siapa yang beraninya membiarkan seseorang meminjamkan kunci mading dan menempelkan berita yang tidak pantas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Time For Revenge
Teen Fiction(WARNING!) Typo bertebaran Banyak kata-kata kasar (jangan dicontoh tapi dinikmatin aja). My first story 🎭🏵🎭 CERITA YANG BERDIRI SENDIRI Rahasia Sebuah rahasia yang sampai saat ini dijadikan sebagai topik hangat oleh Blue Sky High School. Sebuah...