Terlalu Banyak Keceewa Terlalu Sering Disakiti. Hingga Saat Cerita Ini Kembali Terjadi
Tanpa sadar Aku Masih Bisa Dengan Mudahnya Tersenyum.• Felichia Putry Jonandha
Bughh"Berani-beraninya lo ngajak echa manjat pagar anjing"
Suasana kantin begitu ramai, kala Devan mengamuk memukul Kevin tanpa menjedanya, tanpa memberikan Kevin kesempatan untuk balas memukul nya.
Bugh
kembali suara pukulan itu terdengar, tapi itu adalah Kevin, ia memukul Devan dengan sangat kuat hingga orang berbadan kekar itu terhuyung ke belakang, Hilang sudah kesabaran Kevin menghadapi sifat kekanak-kanakan Devan. kali ini ia tidak akan mengalah lagi.
"bangsat!! Lo sendiri yang ninggalin Echa, lo sendiri yang buat dia di hukum kaya gitu, gatau malu lu anjing!!"
"KEVIN!!"
Tangan Kevin mengepal di udara dia berbalik mendengar suara yang ia sangat kenal itu.
"fell-"
Bugh bugh
Dua pukulan sukses membuat Kevin berada di bawah cengkraman Devan, laki laki itu kembali melayangkan pukulannya ke wajah kevin. Tidak ada yang berani melerai pertengkaran itu, Mereka semua tau jika Devan sudah marah tidak akan ada yang bisa menghentikannya, kecuali gadisnya sendiri.
"DEVAN STOPP!!"
felichia menghampiri mereka, membelah kerumunan murid, menghampiri dua orang yang kini sama-sama mengeluarkan darah dari wajah masing-masing, ia menahan tangan Devan yang sudah hampir mengenai muka Kevin.
Devan menghempaskan tangan felichia kasar, ia berdiri menendang kaki Kevin sehingga sang empunya meringis kesakitan.
"Devan udah pliss" Mohon felichia dengan mata berkaca-kaca, gadis itu berjongkok di hadapan Kevin membantu pria itu berdiri.
"Berdiri!" Suara devan mengintrupeksi felichia, ia menarik tangan felichia untuk berdiri namun felichia mencoba melepaskannya.
"lepasin aku mau bawa Kevin ke UKS" ujarnya sama sekali tidak menatap Devan, ia menghapus cepat air matanya yang jatuh begitu saja.
"Kevin lo gapapa?" tanyanya benar-benar khawatir akan keadaan Kevin, darah begitu banyak mengalir dari hidung mancung pria itu.
Kevin tersenyum "gue gapapa"
Devan menarik paksa tangan felichia membawa gadis itu pergi menjauh dari kantin, tanpa memperdulikan felichia yang memberontak.
"Van pliss sakitt" ujarnya dengan suara parau.
Devan membawa gadis itu ke dalam UKS, mengunci pintu UKS agar tidak ada yang mengganggu mereka.
"obatin" Seru Devan. Felichia nampak bingung dengan ucapan pria itu.
"nggak, aku mau ke kantin bantuin Kevin" ucap felichia melangkah kaki hendak keluar.
"aku bakal bunuh Kevin sekarang juga kalo kamu sampe buka kunci pintu itu" ujar Devan tenang namun menusuk. Ucapan Devan itu sukses menghentikan langkah felichia, Felichia takut ia benar-benar takut saat Devan seperti ini.
Devan tidak pernah main-main dengan apa yang dia ucapkan, ia takut jika Kevin benar-benar mati karna dirinya.Felichia menghela nafasnya, lalu berbalik kearah Devan menatap pria itu yang sudah dari tadi menatap nya.
"Devan-"
"obatin!"
Tidak ada jalan lain sekarang, ia harus mengobati Devan sekarang, jika tidak laki-laki itu akan kembali mengamuk.
ia berjalan kearah lemari obat-obatan, mencari kapas juga salep serta alkohol.
"shh sakit cha" ringis Devan saat kapas beralkohol itu menyentuh luka di sudut bibirnya.
"tahan" ujarnya tanpa memperdulikan tatapan Devan.
Gadis itu kembali mengobati Devan, sesekali devan tersenyum memperhatikan wajah serius felichia saat mengobati nya.
"Sayang" suara berat itu sukses menghentikan kegiatan felichia, ia melihat pria di hadapannya yang kini tengah tersenyum padanya.
"ekhem disni panas banget" ujar felichia menyimpan kapas itu lalu mengibaskan tangannya di depan wajahnya yang sudah memerah seperti tomat.
"lucu tau kalo kamu malu kaya gini" ucap Devan terkekeh melihat felichia yang gugup.
"Devan udah-"
ucapan felichia terhenti kala dengan menggenggam erat kedua tangan nya, lalu menciumnya dengan sangat lembut.
"Maaf"
satu kata itu sukses mengembalikan ingatan felichia akan kejadian pagi tadi.
Devan menatap felichia sangat dalam, ia tahu gadisnyaitu terluka karna dirinya, ia bahkan sangat paham tapi felichia berusaha menutupi nya, mengubur sedalam-dalamnya rasa kecewanya terhadap pria yang kini menggenggam erat tangannya.
"aku gapapa" ujar gadis itu menunduk. sakit sekali. Saat mulut mengatakan tidak tapi hati berkata iya. mencoba menutupi adalah yang terbaik untuk sekarang ini, sebab perdebatan hanya akan mengacaukan segalanya.
"aku sayang kamu" ucap Devan begitu tulus di telinga felichia
"aku tau" balasnya menatap manik mata Devan.
"kamu ga sayang aku?"
"sayang kok"
"terus kenapa ga bales ucapan aku"
felichia tersenyum? maybe,sangat tipis hingga Devan pun tak menyadari nya. "iya aku juga sayang sama kamu Devan."
Semua orang bisa saja minta maaf, Tapi tak semuanya benar-benar meminta maaf.
Tidak semua nya benar-benar menyadari kesalahan mereka.
Dan tak semuanya benar-benar menyesal.
Siapa sangka di balik tenangnya, ada gemuruh yang sedang berusaha di redam.
siapa sangka di balik senyumnya, ada kesedihan yang sedang berusaha di hapuskan.
sekuat itu ia bisa.
Felichia putry Jonandha
KAMU SEDANG MEMBACA
My Choice Is My Life ( Complete )
Teen FictionMencintai bukan perihal siapa yang lebih dulu memikat hati. Namun soal siapa yang dengan tulus tetap bertahan dan tak berniat untuk pergi. Mencintai juga bukan tentang siapa yang paling banyak berjuang melainkan bagaimana masing-masing hati mampu me...