Pagi itu Iqbaal tiba di kampus, saat di parkiran ia tidak melihat adanya mobil Sasha. Awalnya Iqbaal beranggapan kalau keadaan Sasha masih kurang baik jadi mungkin Sasha izin tidak masuk dan tidak ikut ospek hari ini. Namun saat Iqbaal masuk ke gedung kampus, Iqbaal melihat Sasha sedang tertawa bersama Yola di taman. Senyum Iqbaal mengembang melihat Sasha sudah lebih baik dari kemarin.
Ospek hari kedua diisi dengan kegiatan simulasi perkuliahan yang dipimpin oleh senior tingkat akhir. Materi yang dibahas hanya materi yang sangat dasar sesuai dengan jurusan masing-masing dan mahasiswa diperkenankan untuk melakukan sesi tanya jawab. Kegiatan tersebut dilakukan di ruangan kelas yang nantinya akan jadi kelas mereka saat perkuliahan sesungguhnya. Tentunya hal tersebut membuat beberapa panitia ospek tidak ada kegiatan termasuk Iqbaal. Ia duduk di ruang BEM sambil melihat-lihat data mahasiswa baru pada lembaran-lembaran yang ada di mejanya.
"Vanesha Rein Fahmi." Iqbaal menyebut nama Sasha sambil melihat lembaran biodata ditangannya
Diam-diam Iqbaal mencatat nomor telepon Sasha yang tertera disana, hal ini sudah direncanakan oleh Iqbaal pastinya. Padahal bisa saja Iqbaal meminta dari Yola atau bahkan langsung minta pada Sasha. Namun Iqbaal merasa terkesan 'modus' kalau meminta langsung pada Sasha, sedangkan kalau meminta dari Yola pasti Iqbaal akan dicengin habis-habisan.
Tak lama kemudian Rian datang membawa dua kaleng minuman. Dan Iqbaal langsung merapikan lembaran-lembaran yang berisi data mahasiswa, ia malas kalau nanti ditanya macam-macam oleh Rian.
"Gue udah tau lo lagi ngapain. Rian mengambil kursi dan duduk di samping Iqbaal sambil membuka minumannya
"Tau apaan sih, Yan? Gue cuma lagi rapihin ini."
"Lo lagi cari tau tentang Vanesha, bener ga?" Ucap Rian sambil sedikit mendekat dan berbisik pada Iqbaal
"Apaansi, sotoy lo! Udah yuk ah cabut, udah kelar kayanya simulasi."
"Tunggu bentar napasi, Baal! Udah jujur aja, gue tuh tau dari gerak gerik lo, lo itu naksir Vanesha. Waktu di kantin aja lo ga kedip liat dia, hahaha." Rian sangat yakin kalau sahabatnya itu tertarik pada Sasha.
"Jangan cerita ke Yola." Jawab Iqbaal singkat sambil bangun dari kursinya.
Iqbaal memang tidak menjawab iya atau tidak kepada Rian secara gamblang. Tetapi Rian sudah sangat mengenal sahabatnya itu, dengan jawaban tersebut sudah mewakili jawaban 'iya' dari Iqbaal. Iqbaal juga merasa tidak harus menyembunyikan hal itu dari sahabatnya.
Saat jam pulang tiba, Rian meminta tolong pada Iqbaal untuk mengantar Yola dan juga Sasha untuk pulang.
"Baal, anterin cewe-cewe balik ya. Gue harus ketemu Pak Doni." Ucap Rian
"Yola sama Sasha?"
"Iyalah masa Yola sama Sandra. Hahahaha. Tadi pagi juga Sasha berangkat bareng gue sama Yola. Seneng kan lo ngaterin Sasha pulang."
"Sssttt...ntar ada yang denger."
Benar saja, ada yang menguping obrolan mereka berdua.
"Ih rese banget sih tuh maba. Baru juga masuk sini udah mau rebut Iqbaal dari gue! Awas aja nanti!" Gerutu Sandra tak jauh dari Iqbaal dan Rian
Saat Iqbaal sedang berjalan menuju parkiran untuk menemui Yola dan Sasha, tiba-tiba Sandra menghampirinya dan pura-pura terjatuh dihadapan Iqbaal.
Bruuukk...
"Awww....duh...sakit banget kaki gue."
"Makanya ke kampus jangan pake heels." Tutur Iqbaal sambil membungkukkan badannya dan kini wajahnya sejajar dengan Sandra.

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Kita
RomanceCerita seorang laki-laki berparas tampan dan pintar lalu jatuh cinta pada seorang gadis cantik dari keluarga kaya raya. Gadis yang memiliki masa lalu pahit dengan kekasihnya sehingga membuat orang tuanya melarangnya untuk menjalin kasih selain denga...