Baca selengkapnya di Karya Karsa: Wihelmina Miladi, sudah tamat di sana.Axcel POV
Hari ini seperti biasa aku berangkat kuliah dengan mobil merahku, tanpa sengaja aku bertemu dengan Angel di sana. Karena kami memang satu kampus, aku pikir setelah kemarin memutuskan hubunganku dengannya, membuat gadis itu mengerti. Tapi kenyataannya gadis itu masih saja mengejarku.
"Axcel, nanti kita pulang bareng yah." Angel bersikap seolah-olah kemarin tidak terjadi sesuatu.
"Tidak bisa, aku ada urusan!" jawabku malas dan seadanya.
"Ya sudah, nanti malam kita makan malam bersama yah. Aku ada rekomendasi restoran jepang yang baru buka, katanya makanan di sana enak banget." Nampaknya Angel masih tidak menyerah.
"Aku tidak bisa Angel, berhenti mengejarku seperti itu. Kita sudah tidak ada hubungan lagi, karena sejak awal hubungan kita itu palsu." Karena tidak mau lebih ribet lagi, aku kembali menegaskan status kami agar dia bisa faham dan berhenti menggangguku.
"Tapi aku gak mau putus Axcel, apa kurang nya aku? Aku cantik tidak kalah jauh dari Indira, bahkan saking cintanya sama kamu aku rela meniru dirinya asalkan hubungan kita jangan berakhir," pinta Angel memohon membuatku mengusap wajahku dengan kasar, bisa-bisanya Angel seobsesi itu padaku.
"Aku udah bilang Angel, dihatiku cuma ada Indira. Kamu gak akan bisa jadi dia, aku minta padamu jangan ganggu kehidupanku lagi!" ujarku tegas.
"Ta-tapi, aku gak mau putus. Aku mohon, Axcel, aku udah cinta banget sama kamu sejak lama. Lagian apa sih hebatnya Indira, sampai kamu cinta mati begini sama dia." Perkataan dari Angel membuat darahku mendidih, aku tak suka ada yang menjelek-jelekkan Indira.
"Diam! Jangan berani-berani nya lo jelek-jelekin perempuan yang gue cinta!" bentakku dengan penuh amarah membuat Angel mulai berkaca-kaca karena aku bentak tadi, bahkan kini aku sudah tidak menggunakan aku-kamu lagi padanya.
"A-aku hanya butuh kesempatan dari kamu," kini dia mulai terisak.
"Gue gak mau liat muka lo lagi dideket gue, jangan pernah gangguin gue lagi!" tegasku lagi dengan sinis lalu pergi meninggalkan Angel yang sedang menangis.
***
Setelah selesai kuliah aku pergi nongkrong bersama Ronald dan Feri, mereka berdua adalah sahabatku. Kami bersahabat sejak dari kami masih SMP, hanya saja setelah lulus ternyata kami beda SMA. Walau begitu kami masih berteman baik, hingga akhirnya sekarang kami satu kampus.
"Bro, gue turut sedih yah atas kandasnya hubungan lo sama Indira." Ronald merasa iba padaku.
"Hm, iya, makasih. Tapi gak usah bahas ini lagi yah, kita bahas hal lain aja," pintaku pada mereka, karena aku merasa sedih jika mengingat lagi tentang hal itu.
"Siap, Bro. Oh, iya dari pada sedih-sedih nanti malam kita ke club mau?" ajak Feri
Aku nampak berfikir sejenak, sudah lama sekali aku tidak pergi ke club malam. Walau aku ke sana hanya sekedar untuk bersenang-senang, tapi aku tidak pernah sekalipun bermain perempuan. Mabuk pun jarang, hanya sesekali saja minum.
"Oke lah, atur aja jadwalnya." Akhirnya aku menyanggupinya.
Lalu kami melanjutkan obrolan dengan membahas banyak hal, dari mulai membahas Ronald yang playboy sampai Feri yang sudah mengejar Diani sejak dari sekolah dasar tapi gak dapet-dapet.
"Gue pernah nemu cewek yang body nya dari belakang aduhai banget, rambutnya lurus sepantat, ya udah akhirnya gue godain dong. Eh, pas nengok buju buset, ternyata emak-emak yang dandanannya menor banget kaya abis makan orok." Ronald bercerita dengan heboh nya sehingga membuat kami tertawa.
"Lagian lo sih jelalatan banget, mampus kan lo kena zonk." Feri menoyor kepala Ronald yang sejak dulu selalu jelalatan sana sini, entah kapan dia akan taubat.
"Dih, mending gue lah, mantan gue banyak dimana-mana. Dan si Axcel yang dingin begini aja udah pernah pacaran lama sama Indira, lah sementara elo, jomblo terus sejak dari jaman embrio!" ejek Ronald membuatku tertawa geli mendengarnya.
"Dih, gue mah setia. Gue kan cuma mau ngejar princess Diani." Feri membela diri, dia tidak terima di ejek oleh Ronald si playboy.
"Tapi dari jaman bocah sampe tua begini gak dapet-dapet tuh," celetuk Ronald membuat suasana kembali penuh kekehan karena wajah kesal Feri.
Mereka memang paling bisa membuat oranglain tertawa, aku sering nongkrong dengan mereka walau kami dulu beda sekolah. Apalagi sekarang saat kami satu kampus, pasti kami semakin sering bersama.
"Eh, gue balik duluan yah, mau ke perusahaan bokap," kataku berpamitan.
Memang semenjak kuliah, aku juga bekerja di perusahaan papa Alex. Karena aku satu-satunya pewaris dan harus mulai terbiasa dengan bisnis mulai dari sekarang. Aku ingin menjadi pengusaha muda yang sukses menggantikan papaku.
"Iya-iya deh, Bos. Sibuk banget nih CEO muda kita!" ujar Feri dengan nada menyindirnya yang ala emak-emak, hal itu membuatku terkekeh.
Saat berjalan keparkiran aku bertemu dengan sahabat Clarissa, tapi entahlah belakangan ini aku tak pernah melihat dirinya lagi. Aku sedikit merindukannya. Astaga inget Axcel gak boleh, lo gak boleh jatuh cinta sama dia.
"Kak, ini ada titipan surat dari Clarissa sebelum dia pergi ke luar Negeri," kata gadis yang kalau tidak salah namanya Lala.
"Dia ke luar negeri?" tanyaku spontan, dan aku langsung merutuki kebodohanku, kenapa juga aku harus bertanya. Dia mau pergi kemana atau mau apa juga tidak ada urusannya denganku
"Iya, dia pindah. Udah yah, saya duluan." Lala berpamitan pergi meninggalkanku lalu menghampiri seseorang yang juga sahabatnya, kalau tidak salah namanya Chris.
Aku segera memasukan surat itu ke dalam saku celana, lalu aku bergegas masuk mobil bergegas ke rumah untuk berganti baju jas dan seragam formal untuk kekantor. Segera ku tancap gas mobilku menuju rumah.
Sesampainya di rumah, aku langsung bersiap mandi dan berganti pakaian. Tapi sebelum berangkat ke kantor aku mengingat tentang surat dari Clarissa yang di titipkan pada sahabatnya tadi. Dan karena aku penasaran, aku segera mengambil surat itu dari celana yang ku pakai tadi. Kemudian aku membuka surat itu dan membacanya.
Teruntuk: Kak Axcel yang pernah ada dihatiku.
Kak, aku sangat mencintaimu, bahkan sebelum kamu berubah manis dan mendekatiku.
Aku tau rasa ini tak seharusnya ada, aku mencintaimu bahkan saat kamu selalu mengerjai ku.
Sejujurnya aku merasa kesal dan marah karena semua perlakuanmu padaku saat kita baru bertemu. Kamu membuat aku selalu sengsara, tapi aku tidak pernah bisa marah padamu.
Karena saat itu aku sadar, itu semua kamu lakukan untuk membalas perbuatanku yang salah. Tapi aku tak pernah mengira kalau semua itu belum membuatmu puas, hingga kamu dan Kak Angel mempermainkan cinta tulusku padamu.
Kalian sangat berhasil membuat hidupku hancur. Aku marah, benci dan kecewa. Aku gak tau jika akibat yang harus aku bayar dari permainan konyol itu semahal ini, sesakit ini dan sehancur ini.
Jika dengan ke hancuranku bisa membuat kalian senang, dan membayar perbuatanku yang tak pernah aku sadari telah menjadi boomerang untukku sendiri dikemudian hari.
Biarlah aku hancur, biarlah luka ini aku rasakan sendiri. Asalkan kalian bahagia, dan aku minta maaf atas semua kesalahanku. Aku harap kak Axcel bisa menemukan kebahagiaan kakak.
Aku sangat mencintai dirimu Axcel Aditama Riguela. Bahkan mungkin walau saat ini aku sudah pergi jauh untuk melupakan semuanya, tapi akan sulit membuang rasa cintaku yang sudah begitu dalam ini. Aku harap kita tidak akan pernah bertemu lagi.
Dari yang mencintaimu,
Clarissa Shaffira
Axcel meremas surat itu, entah mengapa relung hatinya terluka. Ada sebuah kekosongan seperti kehilangan sesuatu yang membuat hatinya nampak hampa. Tapi dia meyakinkan dirinya sendiri untuk berhenti memikirkan itu semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE GAME (Repost)
Romance[Wajib follow dulu sebelum baca!] Sebuah permainan truth or dare berujung petaka, atau mungkin cinta? Kala itu Clarissa dan teman-temannya sedang bermain sebuah game yang ternyata mengubah seluruh kehidupan mereka semua yang merupakan para pemain-p...