HAPPY READING JANGAN LUPA KLIK VOTE DAN KOMEN YA
♥♥♥♥♥
Vino menghela nafasnya lelah. Telinganya sudah cukup panas sekarang. Jika saja telinga bisa menyemburkan api, Vino yakin sekarang telinganya akan menyemburkan api untuk membakar habis lelaki yang terus saja mengoceh disebelahnya.
Vino merutuki dirinya sendiri yang keceplosan bercerita soal gadis dengan senyuman indah yang ia temui di Cafe tadi malam. Jadilah sekarang Darel Abraham berceramah panjang lebar soal gadis yang sangat anti untuk Vino dekati.
"Vin, kalo menurut gw ya? Setelah teori yang gw jelasin tadi, kesimpulannya adalah lo jatuh cinta sama tu cewek. Fix, lo jatuh cinta." Darel sengaja mengucapkan kalimat terakhir dengan penuh penekanan.
"Yakin seorang Vino bisa jatuh cinta?" Tanya Zafran Pratama, lelaki yang duduk dihadapan Vino dan Darel.
Zafran, lelaki yang menjadi sahabat Vino dan Darel itu masih setia menatap barisan huruf dihadapannya. Tangannya bergerak cepat menyalin setiap huruf di buku Vino.
"Yakin lah! Vino kan juga masih punya hati! Iyakan, Aa' Vino?"
Vino menampol wajah Darel yang sengaja dibuat seimut mungkin. Darel kemudian mencibik sambil memegangi pipinya yang tertampol oleh Vino. Zafran tertawa geli melihat Darel yang kesakitan.
"Ngga usah sok imut lo!" Sarkas Vino.
"Tau tuh, muka-muka ngajak berantem ngga pantes di imut-imutin gitu!" Timpal Zafran.
"Jahat banget kalian jadi temen! Gw lagi kesakitan malah diketawain!"
"Emang kita temen?" Tanya Vino dan Zafran secara bersamaan.
Hal itu membuat Darel semakin dongkol dan Zafran semakin tertawa melihatnya. Vino juga tertawa melihat Darel yang sedang memarahi Zafran yang terus menertawakan dirinya.
"Awas aja kalo mau numpang main di rumah gw, ngga akan gw bukain pintu!" Ancam Darel yang masih merasa kesal.
"Kan bisa lewat jendela." Celetuk Vino yang langsung disetujui oleh Zafran.
Vino dan Zafran kembali tertawa saat melihat wajah datar milik Darel.
"Lagian ni ye, kalo di pikir-pikir bukannya elo yang sering numpang main di rumah gw?"
♥♥♥♥♥
Prisil memasuki kelasnya dengan senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya. Dia kemudian mendaratkan bokongnya disamping Puput, gadis yang beberapa hari lalu menjadi temannya.
"Selamat pagi, Put!" Sapa Prisil dengan nada riang.
Puput yang sedang membaca buku pelajarannya pun menoleh dan membalas sapaan Prisil dengan hangat.
"Pagi juga, Sil!" Puput tersenyum sebelum akhirnya melanjutkan bacaannya.
"Rajin banget pagi-pagi gini udah belajar," kata Prisil yang melihat Puput begitu serius dengan buku dihadapannya.
"Namanya juga anak beasiswa! Sekali nilainya turun, beasiswanya bakal dicabut! Dan impiannya buat sekolah di sekolah yang mahal ini bakal hancur. Gw suka cara lo mempertahankan posisi lo supaya tetep aman."
Prisil dan Puput sama-sama menoleh kearah Gladis dan geng nya yang berdiri diambang pintu kelas. Gladis berjalan dengan angkuh menuju meja Prisil dan Puput. Rani dan Tania yang berada dibelakangnya mengikuti Gladis dengan tak kalah angkuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cappucino Love
Teen FictionSiapa sangka kisah cinta kedua insan manusia bisa dimulai dari secangkir kopi Cappucino