Happy Reading. Klik vote sebelum membaca ya. Semoga suka
♥♥♥♥♥
HUT SMA PANCASILA pun akhirnya tiba. Osis, sebagai organisasi tersibuk di sekolah mulai mondar-mandir memastikan acara berjalan dengan lancar. Dibanding menonton berbagai perlombaan yang tengah berlangsung, Prisil lebih suka menghirup udara segar di rooftop sekolahnya. Baginya, tempat itu sangat damai sehingga bisa memberikannya ketenangan.
Gadis itu berjalan menaiki tangga. Begitu ia mendorong pintu yang menjadi pembatas antara rooftop dengan ruangan sekolah, dirinya langsung melihat seorang lelaki duduk membelakangi dirinya.
"Kenapa kita selalu ketemu di rooftop?" Tanya Prisil setelah berdiri disamping lelaki itu. Lelaki itu, Vino. Vino Bagaskara. Lelaki yang membuatnya bahagia tadi malam. Lelaki yang mampu memberikan kenyamanan meskipun baru ia temui kemarin.
Vino menoleh ke arah Prisil tanpa perasaan terkejut. Wajahnya terlalu ganteng buat berekspresi kaget gaes.
"Ngga selalu di rooftop. Tadi kita ketemu dikantin, tadi malem di--"
"Ya... Bukan gitu maksud gw!" Potong Prisil.
Vino tersenyum simpul melihat eskpresi wajah Prisil yang menurutnya sangat lucu.
"Iya, gw paham maksud lo kok."
Prisil pun duduk disebelah Vino. Pandangan mereka sama-sama tertuju pada bangunan-bangunan yang berdiri dengan kokoh. Prisil menutup matanya dan menghirup udara sebelum akhirnya kembali membuka matanya.
"Vino."
"Hm?"
"Tadi pagi gw sarapan sama kedua orang tua gw. Gw juga dianter ke sekolah sama Papa gw. Gw bahagia banget hari ini." Kata Prisil sambil tersenyum bahagia.
Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutnya. Entah dorongan dari mana, tapi dia ingin sekali memberitahukan lelaki disebelahnya bahwa ia sangat bahagia.
"Banget?" Tanya Vino menatap mata Prisil lekat-lekat.
"Banget." Prisil balas menatap Vino dengan mata hazel nya.
"Keliatan si dari mata lo." Katanya lalu mengalihkan pandangannya ke depan.
"Mata? Kenapa bukan dari ekspresi wajah gw? Kenapa harus mata?"
"Ekspresi seseorang itu bisa aja bohong. Eskpresinya bahagia belum tentu hatinya juga bahagia. Kebanyakan orang pandai memasang topeng. Mereka tertawa seakan ngga ada beban dihidupnya. Tapi, mata ngga bisa bohong. Karena itu, mata juga disebut sebagai jendela hati."
Prisil menatap Vino dengan kagum.
"Wah, gw berani bertaruh kalo itu kata-kata terpanjang yang pernah lo ucapin. Iyakan?"
Vino tertawa. Tawa yang jarang ia tunjukan pada siapapun. Tawa yang terdengar sangat indah di telinga Prisil. Untuk sesaat, Prisil terpesona pada tawa seorang Vino Bagaskara.
♥♥♥♥♥
Darel memasang eskpresi datar saat mendengar teriakan membahana milik Zafran. Dia sangat kesal dengan ulah Zafran hari ini. Sangat-sangat kesal. Karena ulah lelaki itu, dirinya harus berakhir di lapangan basket dalam kondisi seperti ini.
Kepalanya beberapa kali mencoba menaikkan helm yang merosot ke bawah dan menutupi matanya. Entah helm siapa yang ia pakai, yang jelas itu sangat tidak nyaman karena terasa kebesaran di kepala Darel. Darel bisa saja memakai kedua tangannya jika saja kedua tangannya tidak diikat bersama kakinya dibawah. Posisinya ia berjongkok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cappucino Love
Fiksi RemajaSiapa sangka kisah cinta kedua insan manusia bisa dimulai dari secangkir kopi Cappucino