Part 03. Vino dan Puput

4 1 0
                                    

HAPPY READING JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA YA

♥♥♥♥♥


Prisil beberapa kali meringis merasakan nyeri pada perutnya akibat hari pertama datang bulan. Dalam hati dia berdoa supaya bel pulang sekolah segera berbunyi dan menghentikan Pak Didi yang sedang menjelaskan rumus-rumus trigonometri tanpa memperdulikan tatapan malas dari para muridnya.

"5 menit lagi, Sil. Sabar." Ucap Puput yang mengerti akan kegelisahan Prisil.

Prisil hanya tersenyum simpul. Yang ia inginkan sekarang hanyalah meminum hot strawberry dan tidur agar nyeri diperutnya tak terasa lagi.

Para ciwi-ciwi pasti tau nyeri nya datang bulan kek apa.

Pak Didi kemudian menghentikan aktivitas mengajarnya ketika bel pulang sekolah berbunyi. Semua murid langsung mengemasi barang-barang mereka. Setelah Pak Didi keluar, satu persatu para murid juga keluar.

"Put, gw pulang duluan ya? Nyeri banget perut gw."

Puput mengangguk. Jika biasanya Prisil akan berjalan bersama Puput ke gerbang, hari ini tidak karena perut Prisil yang terasa sangat nyeri. Prisil pun segera melangkah cepat keluar kelas.

Saat Puput akan beranjak pergi, Gladis beserta gengnya langsung mencegat dirinya. Puput sudah bisa menebak apa yang akan mereka lakukan.

"Buru-buru amat, anak beasiswa! Kenapa ngga temenin kita dulu disini?"

♥♥♥♥♥

Vino berjalan bersama Zafran dan Darel. Sesekali Vino dan Zafran tertawa karena candaan yang dilontarkan Darel. Namun, candaan serta tawa mereka terhenti ketika seorang gadis berdiri dihadapan mereka.

"Bisa ngomong sama Kak Vino? Secara empat mata?"

Zafran yang paham pun hanya berdehem dan menarik kerah leher seragam Darel untuk menjauh.

"Ya ngga usah pake narik-narik juga bambang! Lo kira gw kucing?!"

"Kalo ngga ditarik nanti mulut lo yang penuh azab itu nyemburin ocehan ngga guna!"

Sepeninggal Zafran dan Darel, Vino langsung memasang wajah datar. Matanya enggan menatap Putri, adik kelas yang berada dihadapannya.

"Ikut aku, kak. Kita perlu bicara sebentar."

Dengan berat hati, Vino mengikuti langkah kaki Putri yang ternyata berjalan menuju taman belakang yang sudah sepi.

Putri duduk disalah satu bangku yang ada di taman itu. Sedangkan Vino hanya berdiri memandangi kolam ikan dihadapannya.

"Kak, aku mau ngomong soal perasaan aku yang aku ungkapin beberapa bulan yang lalu."

Vino masih setia diam.

"Kak Vino, aku serius waktu aku bilang aku jatuh cinta sama kakak. Aku juga serius waktu bilang kalo aku pengen jadi pacar kakak. Hari ini, aku berharap kakak nerima aku jadi pacar kakak." Kata Putri dengan nada memohon.

Vino mendengus kesal. Belum cukup jelaskan kalimat penolakan yang ia lontarkan beberapa bulan yang lalu untuk adik kelasnya itu?

"Please kak, kasih aku kesempatan." Kini Putri berdiri menatap kakak kelas yang menjadi obsesinya.

"Sekali gw bilang engga, tetep engga."

Cappucino LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang