Part 06. Rooftop

4 2 0
                                    

HAPPY READING JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA

♥♥♥♥♥

Lagu Attention milik Charlie Puth mengalun lewat speaker di mobil Prisil. Gadis itu juga menggerak-gerakan mulutnya, ikut bernyanyi. Kepalanya juga menggeleng-geleng mengikuti alunan musik. Sore ini, dia berencana untuk langsung pulang. Barangkali kedua orang tuanya sudah tiba dirumah.

Pandangan gadis itu kemudian terfokus pada ponsel yang bergetar menandakan ada pesan masuk. Dia pun segera membukanya. Ternyata itu pesan dari sang Mama.

Mama
Pulang sekolah jangan lupa makan. Mama sama Papa masih di kantor, kemungkinan nanti atau besok baru bisa pulang. Maaf, sayang. Disini lagi sibuk banget dan kerjaan kami ngga bisa ditinggal.

Prisil menatap nanar pesan dari Mama nya. Selalu seperti itu. Kedua orang tuanya selalu mengutamakan pekerjaannya dibanding anak mereka sendiri. Tidakkah mereka sadar kalau Prisil lebih butuh kehadiran mereka dibanding uang mereka?

Gadis bermata hazel itu mati-matian menahan air matanya yang terus mendesak ingin keluar. Prisil pun menghembuskan nafasnya, mencoba untuk tenang.

"Ngga usah pulang, antar saya ke Cafe Love, Pak."

♥♥♥♥♥

Vino berhenti disebuah Rumah Sakit elit di Jakarta. Setelah memarkirkan motornya, kaki lelaki itu melangkah dengan ringan memasuki rumah sakit tersebut.

Vino menulikan pendengarannya ketika mendengar para kaum hawa dibelakangnya sedang sibuk memuji-muji dirinya. Dia hanya berharap pintu lift ini cepat terbuka agar dirinya bisa cepat keluar dari situasi yang membuatnya tidak nyaman.

Vino akhirnya bisa bernafas lega saat pintu lift terbuka. Dia pun bergegas keluar dan berjalan mencari ruangan nomer 305 di lantai 4 tersebut. Senyumnya mengembang ketika melihat pintu nomer 305. Ia pun membuka pintu tersebut.

Terlihat seorang wanita tengah terbaring dengan peralatan medis yang menjadi alat penunjang kehidupannya. Mesin yang menampilkan garis bergelombang menandakan masih ada kehidupan di tubuh wanita tersebut.

Vino duduk dikursi sebelah wanita tersebut dan menggenggam tangannya yang di infus.

"Vino dateng, Ma."

Ya, dia adalah Ranti, Mama Vino yang terbaring koma selama 3 bulan.

"Mama cepet bangun, Vino kangen. Vino udah kehilangan Papa, Vino ngga mau kehilangan Mama juga."

Mata Vino terlihat berair. Air matanya siap turun kapan saja. Bisa dipastikan sekali ia berkedip, air matanya akan turun membasahi pipinya. Anggap saja dia lelaki yang cengeng, Vino tidak peduli.

"Ma, Vino ketemu sama seseorang. Senyumnya indah banget, kaya Mama, kaya dia juga. Namanya Prisil, anak kelas sebelah. Vino ngga berani ngajak dia kenalan, Vino tau nama dia dari temen Vino. Mama tau Darel kan? Itu lho yang suka nyicip masakan Mama dulu," Vino sedikit terkekeh ketika memori tentang masa lalunya kembali muncul.

Rasanya dulu ia sangat bahagia saat keluarganya masih lengkap. Mama nya yang mengomel, Papanya yang terus saja menggoda Mamanya, Rafael yang sibuk rewel dan dirinya yang hanya tersenyum melihat kelakuan sang Papa.


Kenangan itu sangat membekas dihatinya.

Ceklek..

Cappucino LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang