JANGAN LUPA KLIK VOTE DAN KOMEN YA
HAPPY READING
♥♥♥♥♥
K
eadaan canggung mulai menyelimuti Vino dan Prisil. Keduanya hanya diam dan menatap senja yang memancarkan warna indahnya.
"Gw ganggu elo ya?" Tanya Vino secara tiba-tiba.
"Engga kok, engga sama sekali."
Vino melirik Prisil yang sedang memejamkan matanya menikmati angin yang menerpa sore itu. Pandangannya kemudian jatuh pada sebuah foto yang tergeletak di atas meja disamping secangkir hot strawberry milik Prisil.
"Itu... Foto keluarga lo?" Tanya Vino dengan hati-hati.
Prisil membuka matanya dan mengambil foto keluarganya. Foto yang selalu ia selipkan dalam dompetnya.
"Iya, keliatan bahagia kan?" Tanya Prisil sambil menatap sendu foto digenggamannya.
"Keliatannya si gitu."
Prisil menoleh dan menatap Vino dengan tatapan bingung. Vino meminum minumannya dan meletakkan cangkir tersebut di atas meja. Lelaki itu kemudian balas menatap Prisil.
"Ngga semua keluarga yang keliatan bahagia ternyata beneran bahagia kan?"
Prisil menunduk. Yang ditanyakan oleh Vino memang benar. Dan itulah yang sedang ia rasakan saat ini.
"Apa salah kalo gw pengen mereka tetep disamping gw? Nemenin gw, bukan malah sibuk sama dunia mereka sendiri."
Prisil sendiri tak mengerti kenapa mulutnya bisa berkata seperti itu. Sebelumnya dia tak pernah mengatakan masalahnya, bahkan dengan Puput yang notabennya adalah temannya. Tapi, sore ini, bersama lelaki yang baru dikenalnya beberapa menit, Prisil merasa dia ingin mengungkapkan keluh kesahnya.
"Gw yakin yang mereka lakuin pasti demi kebahagiaan elo."
"Yang bikin gw bahagia itu kehadiran mereka, bukan uang yang selalu mereka berikan!"
Vino menatap Prisil yang kini sedang menatap senja dengan sendu.
"Nanti pasti bakal ada saatnya lo bisa kumpul sama mereka lagi. Yang perlu lo lakuin cukup tunggu dan jalanin aja."
"Lo pernah ngrasain kaya gw?" Tanya Prisil pada Vino.
Vino sedikit terkejut dengan pertanyaan Prisil. Dia pun menghela nafas dan memandang matahari yang sudah hampir tenggelam.
"Ngga pernah. Yang pernah gw rasain cuma kehilangan bokap gw dan ngeliat nyokap gw terbaring koma di rumah sakit."
Prisil terkesiap mendengar jawaban Vino. Tidak ada kesedihan di wajah datar Vino tapi Prisil tau, didalam lubuk hati lelaki itu pasti merasakan sakit yang luar biasa. Ditinggalkan oleh orang tersayang memang mampu menciptakan luka yang begitu dalam.
"Gw turut berduka dan sorry udah lancang nanya gitu sama lo," kata Prisil yang sadar pertanyaannya justru membuka luka Vino.
Lelaki itu menoleh ke arah Prisil dan tersenyum.
"Nggak papa, lagian gw bersyukur seenggaknya gw masih bisa liat Mama gw dan gw juga masih punya Rafael, adik kecil gw."
"Gw selalu pengen punya adik cowok. Gw anak tunggal, jadi kadang ngerasa kesepian banget dirumah. Gw pengen ngrasain gimana rasanya main sama adik cowok."
Mendengar perkataan Prisil, Vino jadi teringat satu hal.
"Kebetulan nanti malam gw mau ketemu dia, lo mau ikut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cappucino Love
Fiksi RemajaSiapa sangka kisah cinta kedua insan manusia bisa dimulai dari secangkir kopi Cappucino