Kau pandai menyembunyikan kesedihanmu. Kau teramat lihai menyembunyikan masalahmu.
Aku berusaha mencari sosok Livia. Ku stalk akun sosial medianya. Ku cari-cari akunnya di instagram dan akhirnya ketemu. Ternyata dia ngefollow Gavin dan sebaliknya. Tapi, tidak ada tanda-tanda mereka dekat. Di postingan Livia ada postingan yang ngetag Kak Inggrit. Kak Inggrit? Bukannya Kak Inggrit pacarnya Gavin? Apa Livia mata-matanya Kak Inggrit yah?
"Zavita kamu tau Livia Ananda?" Tanyaku pada Zavita.
"Ya tau lah Dev, dia kan sekelas sama kita." Jawabnya.
"Maksudnya kamu tau gak dia dari SMP mana, rumahnya dimana, pacarnya siapa. Gimana sih Zav?" Tanyaku.
"Haha, makanya kalau tanya yang jelas dong dev. Tau dev." Jawab Zavita.
"Ya udah jawab dong Zav!" Perintahku.
"Eh ngegas. Gak jelas lo Dev. Lo tanya ya gak minta dijawab. Gimana sih? Haha." Kata Zavita.
Zavita memang seperti itu. Dia sebenarnya pintar sih. Tapi kalau mau tanya harus yang jelas kalau gak jelas dia gak bakalan jawab. Lumayan pelit orangnya apalagi tentang pelajaran.
"Oke Zavita Teresa Putri yang cantik banget, Ladeva Marseli mau tanya Livia Ananda dari SMP mana yah?" Tanyaku.
"Mau? Ulangi!" Kata Zavita.
"Eh nyebelin lo ya Zav mending tanya ke yang lain." Kataku.
"Mereka nggak bakalan tau, kan gue yang serba tau apalagi tentang Livia Ananda auto gue tau semuanya terserah lo aja Dev." Kata Zavita.
"Serah lo Zav." Kataku.
Aku pun bertanya ke Vergia dan Ginara.
"Vergia lo tau gak Livia Ananda dari SMP mana?" Tanyaku.
"Dari SMP N 1 Yogyakarta Dev." Jawab Vergia.
"Rumahnya dimana Ver?"
"Gak paham aku Dev, tanya ke Zavita atau Gianara aja yang seSMP." Jawab Vergia.
"Oh oke. Makasih Ver."
Ternyata Zavita, Ginara dan Livia satu SMP, tapi kok gak deket yah?
"Ginara." Sapaku.
"Ya Dev." Kata Ginara.
"Aku mau tanya. Livia rumahnya dimana?"
"Gak paham Dev. Tanya ke Zavita aja Dev, dia kan dulu sohibnya Livia." Jawab Ginara.
"Oke."
Tiba-tiba ada pesan dari Zavita.
"Besok gue ceritain tentang Livia Dev. Lo tenang aja. Lo akan tau semuanya." Kata Zavita.
"Oke Zavita. Zavita baik deh."
---
Keesokan harinya tiba-tiba Livia menghampiriku.
"Hai Deva." Sapa Livia.
"Hello Livia." Sapaku.
"Lo udah mood?" Tanya Livia.
"Kenapa?" Tanyaku balik.
"Lo jawabnya seperti anak kecil aja. Haha. Lo pernah amnesia?" Tanya Livia.
"Pernah. Kenapa emangnya?" Jawabku.
"Gak. Ya udah." Jawabnya.
Dia pun berlalu pergi.
Jujur aku risih dengan sikap dia yang seolah-olah ingin tahu tentang hidupku.---
"Teman-teman ke kantin yuk." Ajak Ginara.
"Yuk. Oh ya Zav, jadi cerita gak nih?" Tanyaku.
"Lo pengin tau gak? Kalau lo kepo gue bakal ceritain Dev." Kata Zavita.
"Iya gue kepo." Kataku.
Kita pun sampai di kantin.
"Livia Ananda itu anaknya pengusaha yang kaya raya. Namun sayang, kini usahanya tinggal satu karena yang lainnya disita untuk membayar hutang. Rumahnya juga disita oleh BANK. Ketika kelas 8 orang tuanya meninggal karena kecelakaan. Dia tinggal dengan keluarganya Inggrit karena masih ada hubungan darah. Sekarang dia mengontrak. Dia sekolah disini yang membayar dia sendiri. Dia sekarang bekerja sebagai model dan melanjutkan usaha rumah makan orang tuanya untuk ngebiayain hidup." Kata Zavita.
"Kasihan banget harus banting tulang." Kata Vergia.
"Karena kecelakaan itu dia koma. Akhirnya dia sadar, tapi amnesia. Kelas 9 awal dia sembuh dari amnesianya. Dia memutuskan untuk tetap tinggal dengan keluarganya Inggrit. Padahal ada masalah dengan keluarganya Inggrit karena masalah itu keluarganya Livia kecelakaan." Jelas Zavita.
"Oh gitu yah. Kasihan." Kata Vergia.
"Masalah apa sih Zav?" Tanyaku.
"Itu privasi yah aku gak mau ngebocorin." Jawab Zavita.
"Sekarang Livia sama Inggrit deket gak?" Tanyaku.
"Enggak." Jawab Livia.
"Zavita kenapa lo sekarang jarang sama Livia?" Tanya Ginara.
"Ya pastinya ada suatu hal Gin. Dia itu sekarang jadi berubah. Kalau menurut gue dia masih agak amnesia. Dia gak pernah anggap gue ada. Dia juga selalu menjauh dari aku Gin. So, you do no my feeling." Jawab Zavita.
"Lo gak berusaha berteman sama dia?" Tanyaku.
"Gue selalu berusaha untuk berteman sama dia, menyemangati dia. Tapi, dia masih saja seperti itu. Seolah-olah gak ada semangat hidup. Mungkin, dia kecewa dengan orang-orang yang dia sayangi. Dia dulu periang sekali, tapi semenjak dia tau kenyataan hidup dia berubah." Jawab Zavita.
Aku sedih mendengar cerita ini. Dia yang hanya hidup sebatang kara saja sudah mandiri. Dia masih saja tegar, tersenyum, bahkan dia mampu mencari uang diusianya yang masih belia. Sedangkan aku hanya gara-gara cinta harus terperosok sampai sedalam ini. Padahal aku masih punya orang tua. Mencari uang sendiri saja belum bisa. Tapi penyakitku ini sangat menggangguku. Inilah yang membuatku semakin lemah. Intinya aku salut padamu Livia.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Menuntun [COMPLETE]
Teen FictionPerjalanan seorang gadis amnesia yang berusaha menjauh dari masa lalunya. Namun, bayangan itu selalu mengiringi setiap langkahnya. Akhirnya, dia pergi untuk menata hidup baru. Masalah pun menemani hidupnya. Akankah dia terbebas dari masalahnya? Sem...