Apa yang kau ketahui tentang hari itu? Apa yang kau sembunyikan? Katakanlah sejujurnya!
Kami pun sampai di kelas.
"Anjar tolong cerita saat gue kecelakaan!" Pintaku.
"Buat apa Dev?" Kata Anjar.
"Ini tentang hidup gue Njar. Jadi, gue berhak tahu."
"Ya udah gak usah ngegas kali. Emang saat lo kecelakaan gue ada di situ apa? Jelasnya tidak. Gue denger-denger sih lo naik motor sama cowo. Di belakang ada mobil dan menabrak kalian. Akhirnya, kalian oleng, menabrak pembatas jalan, dan jatuh. Laki-laki itu parah. Kebetulan orang tuanya lewat situ. Otomatis laki-laki itu langsung dibawa ke rumah sakit. Lo harus tau Dev, yang ngebiayain rumah sakit lo itu uang orang tua laki-laki tersebut, bukan uang orang tua lo. Orang tua laki-laki itu minta agar publik tau yang bersama lo itu tukang ojek. Udah puas sekarang?" Tanya Anjar dengan nada tinggi.
"Lo bilang saat itu lo nggak di TKP, darimana lo tau tentang itu?Jangan-jangan lo udah tau siapa laki-laki itu?"
"Gue tau ini dari seseorang lah Dev. Terserah mau percaya atau gak. Ini kan tentang hidup lo, urusan lo. Sedangkan gue siapanya lo? Dianggap teman juga gak. So, buat apa gue ikut campur urusan lo." Jawab Anjar sambil berlalu pergi.
"Njar lo tau dari siapa?" Tanyaku sambil berteriak.
Tak ada jawaban dari Anjar.
Kenapa kamu berubah Njar? Apa yang kamu sembunyikan dariku? Apakah yang kamu ucapkan itu kenyataan?
"Ada apa sih Dev? Gak biasanya Anjar seperti itu. Kalian ada masalah?" Tanya Ginara.
"Dahlah gue males." Jawabku.
"Kejarlah Dev!" Saran Vergia.
"Gue ngejar dia? Males banget. Ntar dia juga balik lagi ke gue."
"PD banget lo Dev. Wanita di dunia ini bukan hanya lo. Apa jaminannya dia bakal balik ke lo?" Tanya Zavita.
"Dia pernah bilang kalau dia sayang sama gue. Dia ngomongnya belum lama kok." Jawabku dengan santai.
"Lah itu lo tau dia sayang sama lo. Harusnya lo jangan cuekin dia lah. Pertahanin dia! Jarang tau ada laki-laki seperti itu." Kata Vergia.
"Laki-laki itu mudah berubah Dev. Sekarang dia sayang sama lo, bisa jadi besok dia sangat membenci lo." Kata Ginara.
"Dev, gue yakin Anjar tau tentang laki-laki itu. Kuncinya ada di Anjar, lo harus tanya ke Anjar. Yang dia ucapin tadi agak mirip sama puisi yang lo tunjukkin ke gue." Kata Zavita.
"Iya mirip Zav. Gue harus cari Anjar." Kataku.
Aku pun bergegas mencari Anjar.
"Anjar."
"Eh ada manusia yang tidak bisa menghargai orang lain. " Kata Anjar.
"Yang bisanya hanya mencintai dia. Dia yang..." Kata Livia.
"Eh Livia, jangan bilang dulu ntar gak seru." Potong Anjar.
"Oh iya, untung gue belum ngomong. Kita pergi dari sini yuk!" Pinta Livia.
Mereka pun berlalu pergi.
Anjar aku datang ke sini untuk minta maaf agar kita tidak salah paham. Tetapi, mengapa kamu bicara seperti itu?
Aku pun pergi dari tempat ini.---
"Deva!" Sapa Gavin."Iya Gav." Kataku.
"Tadi pagi lo pingsan yah? Kenapa? Belum sarapan?"
"Iya Gav. Aku syok baca puisi yang ada di mading."
"Puisi yang mana?"
"Puisi karya R-D Gav.”
"Memangnya ada apa dengan puisi itu?" Tanya Gavin.
"Karena puisi itu sebagian kenangan di masa laluku terputar kembali walaupun masih samar. Hal itu membuatku pusing dan akhirnya pingsan. By the way puisi itu seperti menceritakan sepenggal kisahku." Jawabku.
"Sembarangan banget orang itu membuat puisi tentang lo. Seharusnya dia ngomong langsung ke lo." Kata Gavin.
Ternyata yang menolongku bukan Gavin. Lantas siapa? Aku mengira bahwa kamu akan selalu ada untukku Gav. Tetapi, kenapa kamu bicara seperti itu? Berarti nama dibalik pena R-D bukan Gavin. Lantas siapa lelaki tersebut?
"Dev ntar pulang sama gue ya!" Pinta Gavin.
"Iya Gav." Kataku.
---
Bel pulang sekolah berbunyi. Aku menunggu Gavin di depan gerbang.
"Dev lo nungguin Gavin yah?" Tanya Kak Stefhi.
"Iya kak." Jawabku.
"Percuma. Gavin ada urusan OSIS. Pulangnya sore, lo pulang duluan aja." Kata Kak Kevin.
"Iya kak. Makasih infonya."
Mereka pun berlalu pergi.
"Gue males mau jalan kaki. Mending nungguin Anjar. Lagipula dia belum kelihatan." Ucapku dalam hati.
Sudah sekitar 10 menit aku menunggu Anjar. Akhirnya, dia datang juga.
"Eh masih nungguin Gavin yah? Kasihan." Kata Anjar sambil berlalu pergi.
"Anjar tunggu!" Kataku.
Anjar pun menoleh ke arahku. Setelah itu, dia menancapkan gas motornya secepat mungkin.
"Gila." Satu kata buat Anjar.
"Gue gak nyangka dia berlau pergi begitu saja. Gue udah nunggu lama. Oke ini semua salah gue. Plis gak usah berharap sama orang lain." Kataku.
Maafkan aku Njar. Padahal aku berharap kamu akan mengantarkanku. Padahal aku masih sangat pusing. But, its ok I can do it! Akhirnya aku putuskan untuk pulang jalan kaki.
Sesampainya di rumah, ada pesan dari Gavin.
Ka Gavin Cintaa
Dev maaf ya aku gak jadi nganterin lo. Tadi mendadak ada urusan OSIS. Maaf y gue baru ngabarin. Lo pulang sama Anjar kan?
Iya kak gpp. Jalan kaki kak. Ini baru sampe.
Gue kira lo sama Anjar karena waktu itu Anjar nawarin lo. Syukurlah kalo lo baik2 saja.
Aku cuma ngeread pesan dari Gavin.Anjar sebenarnya kamu tahu tidak tentang insiden itu? Apa yang kamu sembunyikan dariku?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Menuntun [COMPLETE]
Fiksi RemajaPerjalanan seorang gadis amnesia yang berusaha menjauh dari masa lalunya. Namun, bayangan itu selalu mengiringi setiap langkahnya. Akhirnya, dia pergi untuk menata hidup baru. Masalah pun menemani hidupnya. Akankah dia terbebas dari masalahnya? Sem...