Jatuh hati tidak pernah bisa memilih. Tuhan memilihkan. Kita hanyalah korban. Kecewa adalah konsekuensi, bahagia adalah bonus.
°FiersaBesari
"Jadi kapan kami dapat cucu, dari kalian berdua?" Tanya Bu Ajeng setelah mereka makan malam bersama.
"Tunggu aja, Bu. Kalau sudah rezeki nya pasti kami di beri kepercayaan untuk jadi orang tua" jawab Wahyu bijak, kalau di depan orang tua dan mertuanya mereka berlaku seperti pasangan suami-istri yang romantis.
"Umur Ibu sama Ayah mu ini sudah semakin tua, Wahyu. Kami juga pengen rasanya jadi kakek sama nenek"
"Mungkin kami diberi waktu buat berdua dulu, Bu. Seperti orang pacaran, kami kan kemarin langsung menikah. Iya kan, sayang?" Ucap Wahyu lembut kepada Asni, berbanding terbalik dengan sikapnya seperti hari-hari biasanya.
"Iya, Bang" jawab Asni, dia merasa bahagia dipanggil Wahyu, sayang. Walaupun hanya sandiwara.
"Ay, mana Bu. Dari tadi nggak kelihatan?" Tanya Wahyu yang tidak melihat keberadaan adik nya sedari tadi.
"Dia lagi di tempat temannya kerjakan tugas kuliah, mungkin juga dia nginap" jelas Bu Ajeng.
"Ibu sama ayah ke kamar dulu mau istirahat" lanjut Bu Ajeng, yang ingin segera ke kamar karena dia sudah mengantuk.
.
"Kamu, tidur di lantai!" Ucap Wahyu saat mereka berada di dalam kamar dengan melempar bantal ke arah Asni.
"Tapi, dingin Bang. Pinjam selimut nya boleh?" Tanya Asni.
"Saya nggak perduli. Untuk apa pakai selimut bikin banyak cucian bibi saja!" Tolak Wahyu.
"Pakaian kamu itu juga tebal, jadi nggak perlu pakai selimut!" Lanjut Wahyu langsung masuk ke kamar mandi dengan membanting pintu.
Asni hanya bisa bersabar atas perlakuan Wahyu terhadap nya, ia yakin Wahyu suatu saat nanti dapat berubah menjadi lebih baik terhadap dirinya.
Wahyu keluar dari kamar mandi melirik malas kepada Asni yang berbaring menggunakan bantal saja.
"Besok kita pulang" beritahu Wahyu singkat.
"Iya, Bang"
Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi antara mereka.
Wahyu yang berbaring telentang, sedangkan Asni yang berada di lantai berbaring membelakangi Wahyu, karena ia sedang menangis dan menahan dingin yang mulai terasa sebab Wahyu menyalakan AC.
****
"Ingat jangan beritahu orang tua saya, perilaku saya terhadap kamu" beritahu Wahyu sebelum mereka keluar kamar untuk sarapan.
"Iya, Bang" selain menurut apa lagi yang bisa Asni lakukan.
"Muka kamu kenapa pucat, As?" Tanya Bu Ajeng melihat wajah menantu nya yang pucat.
"Dia kurang enak badan, Bu" jawab Wahyu cepat.
"Maka nya Yu, punya istri itu harus diperhatikan biar dia nggak sakit" nasehat Bu Ajeng.
"Iya, Bu. Kami berdua mau pulang Bu selesai sarapan nanti" ujar Wahyu yang duduk di kursi makan, sedangkan Asni membantu bibi menyiapkan makanan.
"Kenapa nggak bermalam disini dulu beberapa hari lagi" kesal Bu Ajeng dengan keputusan Wahyu.
"Kerjaan banyak, Bu"
"Asni nya aja yang tinggal disini dulu" bujuk Bu Ajeng.
"Nanti aku siapa yang urus, Bu"
"Sudah Bu, biar aja mereka pulang. Nanti kapan-kapan kan mereka bisa kesini lagi" lerai Pak Ridwan.
"Ibu juga kan nggak bisa jauh-jauh dari bapak, sama kaya mereka berdua juga yang nggak bisa berjauhan" lanjut Pak Ridwan.
"Iya, Pak"
"Tapi ingat kalian harus sering-sering kesini nanti, dan bawakan ibu berita bahagia"
"Iya, Bu"
****
"Turun!" Perintah Wahyu setelah memberhentikan mobilnya di pinggir jalan.
"Tapi Bang..." Ucapan Asni terpotong oleh Wahyu.
"Turun sekarang saya bilang!" Seru Wahyu hampir berteriak.
"Iya, Bang" Asni segera turun dari mobil sebelum terkena semburan kemarahan Wahyu.
Setelah Asni turun dari mobil Wahyu segera melajukan mobil nya dengan cepat, sedangkan Asni meneruskan jalan pulang dengan berjalan kaki karena tidak mempunyai ongkos, padahal rumah mereka masih jauh jarak nya.
Di pertengahan jalan Asni bertemu dengan Ziza yang pulang dari cek kandungan nya yang sudah berjalan lima bulan.
"As, mau kemana?" Tanya Ziza setelah Adit memberhentikan mobil.
"Pulang, Zi"
"Jalan kaki?" Tanya Ziza tak percaya.
"Iya.." jawab Asni lirih.
"Ikut kami aja, ayo naik" ajak Ziza.
"Ehmm, iya. Zi" Asni menerima ajakan Ziza, karena tidak mungkin ia menolak, perjalanan menuju rumah nya masih jauh.
"Salim dulu dengan Tante Asni ya, adik kakak" suruh Ziza kepada kedua anaknya.
"Ote, Mah"
"Asalamualaikum, Tante Asni" Salam Bintang dengan mengulurkan tangannya untuk salim
"Waalaikumsalam.." jawab Asni dengan senyum tulus.
"Kamu, emang tadi darimana. As?" Tanya Ziza.
"Dari rumah mertua, Zi"
"Kenapa jalan kaki, kak Wahyu emang kemana?"
"Dia tadi ada urusan mendadak jadi terpaksa aku diturunin di jalan"
"Ohh... Begitu"
"Ante atu lho mau puya adik" bangga Surya.
"Wah, selamat ya Surya. Nanti mau dipanggil apa sama adik nya?"
"Pandil Abang tok"
"Kamu, baik-baik aja kan. As?" Tanya Ziza lagi sedangkan Adit hanya diam fokus menyetir.
"Alhamdulillah, baik Zi"
"Kamu kalau butuh bantuan bilang aja ke aku, As"
"Iya, Zi. Tapi kalau boleh aku mau kerja di tempat Bu Erin lagi, kalau nggak boleh nanti aku cari kerja di tempat lain aja"
"Boleh nggak, Mas?" Tanya Ziza kepada Adit.
"Boleh, Mama kan juga cocok sama kerjaan Asni" jawab Adit setuju.
"Boleh, As. Terserah kamu mau kerjanya kapan" ujar Ziza.
"Alhamdulillah... Kalau besok bisa, Zi?"
"Bisa..."
Asni merasa sangat beruntung memiliki teman seperti Ziza yang mau membantu nya dalam kesusahan.
Bersambung...
070520
Vote dan comment sangat berarti
Maaf alur yang nggak jelas & typo
KAMU SEDANG MEMBACA
TakdirKu?
Short StoryWahyu Iskandar (29) tahun, terpaksa menikahi Asni Nur Tiara (25) tahun. Karena desakan orang tua nya yang ingin melihat Wahyu memiliki pasangan dan memberikan mereka cucu. Ceritamainstream 040420 Alurnggakjelas