11.

3.7K 167 39
                                    

Maaf pendek & lama update nya;)

×××××

"Tapi aku enggak berselingkuh, Bang" elak Asni menyangkal tuduhan Wahyu.

"Gini nih mana ada maling yang mau ngaku sama kesalahannya" tuding Wahyu.

"Terserah aja Abang mau bilang apa tentang aku" pasrah Asni enggan memperpanjang masalah dengan Wahyu.

"Berarti benar kamu berselingkuh sama si supir itu" Asni tidak membalas ucapan Wahyu yang terus menuduh nya tanpa bukti yang jelas, dan tidak merasa menjadi orang yang bersalah karena terus dekat dengan perempuan lain, seperti saat ini Wahyu membawa Selvi ke rumah dan menyaksikan pertengkaran mereka.

Setelah Asni menuju kamar, di ruang tamu ada Wahyu dan Selvi yang duduk berdua dengan jarak cukup dekat.

"Jadi benarkan saran aku buat kamu cerai sama pembantu itu" ucap Selvi menghasut pikiran Wahyu.

"Iya, secepatnya saya menceraikan dia" setuju Wahyu.

"Kalau begitu jadikan kita jalan-jalan" Selvi mengingatkan rencana mereka yang sudah dari jauh-jauh hari.

"Kita berangkat sekarang aja, biar sampai nya enggak kemalaman" ajak Wahyu.

"Kamu enggak izin dulu sama pembantu itu, mas?" Tanya Selvi yang sekedar basa-basi.

"Enggak perlu, dia saja setiap pergi tidak pernah izin" sahut Wahyu yang sudah berjalan menuju pintu.

Asni melihat bagaimana Wahyu membukakan pintu mobil untuk Selvi yang sekalipun tidak pernah dilakukan untuk nya, dan mereka pergi yang Asni tidak tau kemana tujuannya.

Sedang tenggelam dalam pikiran Asni dikagetkan dengan telpon nya yang berbunyi.

Mas Andi

Nama yang tertera di layar handphone nya.

"Halo, assalamualaikum. Mas, ada apa ya?" salam Asni.

"Waalaikumsalam, As. Kamu bisa kan sekarang ke rumah tuan Adit"

"Bisa, emang kenapa ya. Mas?"

"Bu Erin baru saja berpulang, kamu di suruh tuan Adit buat jaga isterinya dan bantu-bantu di sana"

"Innalilahi wa inna illahi roji'un, baik mas aku siap-siap dulu" balas Asni dengan perasaan sedih mendengar majikan yang sudah lama ia bekerja walaupun sempat berhenti sesaat.

"Iya, As. Kalau begitu aku tutup dulu ya. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam.."

Asni segera menyiapkan barang yang dia perlukan untuk menginap di sana selama masa berduka.

***

Di tempat yang berbeda yaitu di rumah sakit dengan suasana duka yang mendalam.

Adit terus berdiri di samping jenazah mama nya yang terbujur kaku, menunggu Rivan mengurus administrasi untuk di bawa pulang nya jenazah Bu Erin.

Tidak lama setelah Rivan dan Andi datang Bu Erin menghembuskan nafas terakhir kalinya, sebelum meninggal Bu Erin sempat memberi beberapa nasehat untuk Adit dan adik nya, Gilang. Yang baru saja tiba sejak keberangkatannya subuh tadi untuk menghadiri acara tujuh bulanan Ziza hanya rencana yang ia dapat adalah kabar duka dari mama nya saat sampai di bandara, dan langsung menuju rumah sakit sedangkan istri dan anak nya menuju rumah utama keluarga Abraham.

"Mas Adit, ambulance sudah siap, kita bisa pulang sekarang" beritahu Rivan.

"Iya, Van"

Saat jenazah Bu Erin di bawa untuk menuju ambulance, Adit yang mengikuti dari belakang hanya dapat menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan kesedihannya, hal serupa juga yang dilakukan Gilang yang hanya dapat bertemu mama nya saat menghembuskan nafas terakhirnya, karena perusahaan warisan dari papa nya yang perlu diperhatikan.

****
Sedangkan di rumah keluarga Abraham, suasana duka makin terasa. Dekorasi yang menghias acara tadi di lepas dan kursi yang telah di rapikan digunakan kembali untuk tempat duduk para pelayat yang semakin banyak datang untuk melihat terakhir kalinya.

Ziza yang mengetahui mertuanya meninggal langsung terjatuh pingsan andai tidak ada adik ipar nya, Melani. Yang menahan dari belakang entah apa yang terjadi dengan kandungannya saat ini. Saat ini Ziza sedang berada di kamar di temani Melani dan Asni, sedangkan Surya dan Rafa, anak Gilang. Tertidur di kamar sebelah  akibat kebanyakan menangis mengetahui nenek mereka sudah tidak ada.

Saat ambulance yang membawa jenazah datang banyak pelayat bersedih mengingat kebaikan yang sudah mereka rasakan dari Bu Erin.

Jenazah Bu Erin di makamkan hari itu juga selepas shalat ashar, di makam keluarga bersebelahan dengan suami nya yang telah meninggal lima tahun lalu. Saat proses penguburan jenazah Bu Erin, Adit dan Gilang yang langsung turun ke dalam lubang kubur dengan di bantu Rivan.

Keluarga Asni yang dapat datang hanya Ayuni sedangkan kedua mertuanya berhalangan hadir karena masih berada di rumah keluarga, kalau Wahyu tidak tahu dimana keberadaannya, telpon nya pun tidak dapat di hubungi.

Saat pemakaman jenazah Bu Erin sama seperti suasana meninggalnya pak Yusuf diiringi dengan tangisan dari keluarga dan orang yang pernah mendapatkan bantuan dari Bu Erin semasa hidupnya.

Adit, Gilang, Rivan, serta Andi masih bertahan di samping kuburan Bu Erin setelah para pelayat sudah pulang satu persatu dan mengucapkan belasungkawa.

Bersambung...

210820

Vote dan comment sangat berarti

Maaf alur yang nggak jelas & typo

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TakdirKu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang