Cinta itu mudah, jalannya saja yang sulit. Ikuti alurnya maka kau akan paham
.
.
.
"Bodoh, bodoh jadi gak bisa belajarkan, padahal aku juga udah suka dengan orang"
"Hayoo loh, lagi mikirin adoi, kan?" ujar Rani datang tiba – tiba
"Adoy siapa?"
"Itu, ketos gantengnya Cia"
"Ih" kupukul kepala Rani
"Udah dong, jangan berantem mulu bosan tau" ujar Dasya mencoba melerai
Dasya selalu menjadi pelerai, dia yang paling tenang di antara kami bertiga, dia itu gadis idaman banget, jangan sampai kak David suka dengan Dasya
"Cia, Heli ganteng gak?"
Heli siapa? Kok bisa Dasya nanyain dia ke aku?
"Mana ku tau, Heli siapa? Helikopter? Heli guk guk guk? Siapa?"
"Helios Rain, si anak baru"
Aku pasang wajah menggdaku dan ku olek dia
"Cie Dasya kita udah puber"
"Apaan sih? Lagi pula aku udah lama puber"
"Gak nyangka sih Dasya sukanya dengan dia, tapi cukup ganteng kok, tapi ingat jangan kaya AS main nyosor aja" ujarku
AS biasanya kami sebut jika ingin menyinggung Acha dan Sasya yang suka banget dibilang Jalang. Entah dari mana mereka menemukan panggilan itu, menurutku mereka tidak seperti itu, hanya saja mereka genit. Sekarang saja mereka sedang mengerumuni Helios layaknya JJKP tapi kayanya Heliosnya gak peduli.
"Haah"
"Kenapa Sya?"
"Kalau di bandingin dengan mereka, kayanya aku akalan kalah"
Rasa sakit tiba – tiba menyerang waktu tau kalau Dasya benar – benar menyukainya, aku tidak tau kenapa itu bisa terjadi, rasanya kaya... entahlah
"Gak papa Sya, cinta ga musti harus memiliki, liat Cia santai aja walau tau dia punya saingan yang jauh lebih cantik dari dia, Lisa si primadona sekolah"
Aku terkejut mendengar penuturan Rani
"Kau bodoh ya? Ya jelas kalah saing lah, dia itu tenar dan juga cantik sedangkan kau, pintar, cantik, bijaksana, baik. Mereka pasti kalah lah apalagi mereka itu gak punya watak yang baik"
Benar sekarang aku yang mengalah, walau aku tidak tau mengalah untuk apa
"Ahaha benar, dan siapa bilang Cia kalah? Setidaknya Cia bisa menunjukkan bakat Cia. Seorang gadis lapangan, Cia juga terkenal, Cia pasti bisa di notis"
Aku tersenyum, Dasya memang beda
.
.
.
"Cia kau langsung pulang?"
"Ah Fidel? Tidak, ada apa? Kalau mau cari Rani, dia sedang di ruang osis"
"Oh, terima kasih" ujar Fidel
Fidel abangnya Rani, dia baik. Awalnya aku panggil dia dengan embel – embel kak, tapi dia bilang panggil nama aja, jadi embel – embel kak nya aku hilangkan. Dulu kami berteman dekat, tapi setelahnya tidak lagi karena Rani melarangnya. Katanya takut nanti aku jadi kakak iparnya.
Aku segara menuju ke lapangan basket. Dari sana aku dapat melihat Helios sedang menggayuh sepedanya menjauhi gerbang sekolah.
"David jadi gak?"
Mendengar nama itu aku segera menoleh ke arah datangnya suara. Hati ku sangat berdegup saat melihat dia tersenyum dan sekaligus panas saat tau bahwa orang yang di berikannya senyuman itu adalah kak Lisa
"Thalita"
Teriakan itu membuatku terkejut, tapi aku sembunyikan reaksi itu waktu tau yang memanggil adalah kak david.
"Ya?" ku pasang senyum ku yang sudah di kenal orang – orang
"Boleh aku latihan basket disini?"
"Hm? Maaf untuk apa dulu? Karena aku tidak bisa mengizinkannya kala acaranya di luar dari acara sekolah" ujarkuk
"Ahaha, darimana kau tau bahwa ini untuk lomba?"
"Kakak tadi bilang latihan"
"Oh, iya, ini untuk lomba persahabatan antar kelas yang akan di adakan bulan depan"
Aku kembali tersenyum, senang rasanya bisa bicara dengan kak David, tetapi aku harus profesional kalau masalah ini
"Ok, kalau udah tentukan timnya, aku akan langsung mulai"
Teman kak David yang dari tadi mendengar, menyenggol kak David. Sepertinya ada yang ingin di sampaikannya kepada ku
"Cia" teriakan itu mengalihkan pandanganku, begitu juga kak David dan temannya.
"Ada apa?" tanyaku
Disana terlihat jelas Rani melambai – lambai
"Aku pulang duluan ya, semangat"
Aku membelalakkan mataku. Aku bukannya tidak tau untuk apa dia mengatakan semangat itu. Lihat saja, jika sampai kak David tau, ku bunuh kau
"Nama mu Cia?" tanya kak David
Aku kembali melihat kak David
"Hah? Oh itu nama kecilku"
"oh, oh ya aku sudah dapat tim nya, tim ku melawan tim inti"
"Tunggu aku tanya mereka dulu"
Aku pergi ke arah tim ku untuk mendapat suara, setelah berunding akhirnya mereka setuju
"Ok kita mulai saja sekarang
Aku rebut bla yang sudah di lempr oleh wasit. Ku sunggingkan senyum ku pada kak David
'Marri kita saling berjuang" ujar ku
Tak berapa lama kemudian permainan usai tim kami menanng dengan telak
'Thalita terima kasih"
Hatiku rasanya berbunga bunga tanpa sebab
"David" panggil kak Lisa, sial "ini minuman"
"Hm? Thank you, Thalita untuk kamu aja aku udah ada minuman"
Ku lirik kak Lisa, dia menatap sinis kepada ku
"Makasih aku juga ada minuman kok"
"Cia"
Kulihat ke arah orang yang memanggil ku, Fidel lagi?
"Ini minuman mu" ujarnya
"Belum pulang? Rani udah pulang dari tadi" Ujarku sambil mengambil botol yang ada di tangan Fidel
"Beneran?"
Fidel berlari setelah memastikan, dia kenapa sih?
YOU ARE READING
Matahari Dan Hujan
Teen Fiction"Aku Cinta Kamu" Satu kata yang tak bisa mengacaukan perasaan Cia. Semua orang kecuali satu orang. Satu orang yang disukainya. Bagaimana bisa gadis yang selalu mengeluarkan keringat paling banyak ini menyukai pria yang bahkan tidak paling tam...