4. Truth or Dare

12 2 0
                                    


Tidak peduli adalah satu – satunya cara ku menutupi perasaan ku

.

.

.

Ku lirik jam tangan ku yang suah menunjukkan jam 7 pas

"Oh sial telat lagi"

Aku segera masuk ke kelas ku, dan saat aku masuk jeng jeng jeng, guru tidak ada

"Kampret" umpatku

Aku berjalan secara santai menuju ke tempat dudukku, aku melihat Helios yang di kerumuni oleh dua orang gadis, ya siapa lagi kalau bukan Acha dan Sasya. Aku terus menatapnya, tapi kelihatannya dia sadar karena dia balik menatapku. Aku tersenyum sebentar dan duduk di bangku ku

"Ada apa?" tanyanya

"Tidak, hanya belum terbiasa saja" ujar ku seadanya lalu melihat lurus ke depan

"Santai banget buk" ujar Rani dari depan

Ku kibaskan rambut seolah mengatakan "iya lah"

"Main ToD yuk" ujar Rani lagi

Dasya yang duduk di sebelah Rani melihat ke arah Rani, oh iya apakah aku sudah bilang kalau kami itu duduk sendiri – sendiri

"Yuk" ujarnya seraya tersenyum

Dasya mendekat ke arah kami, Dasya terlihat agak risih, sebenarnya aku juga. Ada aura gelap di belakangku, jelas sekali bahwa Helios tidak suka dengan mereka bberdua yang terus berbicara dengan Helios, padahal dia tidak menyukainya. Dan Dasya sedikit lebih centil dari biasanya, dasar wanita. Rani mulai memutar botol yang sudah kosong, tadi sebelum ingin memutar dia meminumnya terlebih dahulu. Botol berhenti ke arah Dasya

"Yey, Dasya" Ujarku dan Rani kompak

"Dare aja deh"

"Ok, em, katakan pada David kalau Cia suka dengan nya"

"Hei!!!"

Aku menatap Rani tajam, ku ucap kan kata Hei dengan tegas seolah sedang mengatakan kata ya dalam bahasa Jepang

"Ups"

Kulirik ke sekitar, kemungkinan ada yang mmendengar 90% karena suara Rani terdengar jelas

"Ok, apa kau menerima tantangan nya?" tanyaku

"Ya"

Dasya tersenyum pada ku

"Thalita"

Aku melirik keluar, ternyata ada kak David disana. Aku segera keluar untuk menemuinya

"Ada rapat dengan tim inti basket tolong katakan juga dengan anggota basket yang lain, Rani sepertinya tidak memberitahu mu"

Kak David tersenyum sebentar lalu pergi

"Rani" teriak ku

Ku dekati Rani yang sudah mulai saling menghina dengan Acha dan Sasya

"Rani" ujra ku kini dengan nada lembut

"Ada apa Cia?"

"Hai Cia" sapa Sasya

Aku tersenyum pada Sasya lalu kembali melihat ke Rani

"Kok gak bilang kalau ada rapat?"

"Oh ya, aku lupa"

Rani segera bangkit dari duduknyadan menarik tanganku untuk menuju ke ruang osis

'lalu tim ku yang lain gimana?"

Ku lepas tangan Rani dan berlari keluar untuk memanggil 4 orang yang lain.

.

.

.

Rapat sudah usai, rapat berisi tentang lomba persahabatan antar kelas yang akan di laksanakan bulan depan. Aku juga sudah mengumumkan hasil rapat ke pada teman teman di kelas, sedangkan Rani sedang mengumumkannya ke kelas lain yang belum tau tentang ini. Pada saat lomba nanti, tim yang menang akan melawan tim inti, jadi pada saat final aku akan keluar dari tim kelas ku dan masuk ke tim inti.

"Bagaimana kita bisa menang jika Cia lawannya?" tanya Raul

"Gampang, tinggal berlatih untuk kalahkan Cia, dia juga manusia kan? Pasti bisa di kalahkan"

Aku melihat ke arah Danniel dan tersenyum

"Benar aku sendiri dan kalian ber-5 kalian akan menang, jika kalian kalah maka kalian lemah"

Seluruh orang bersorak

"Tunggu dulu, apa kau hanya sendiri yang wanita di tim inti?"

Ku tatap Helios dari depan kelas, seluruhnya juga menatap ke Helios

"Benar ada apa? Apa kau ingin mengajukan mamamu untuk menemanikuu?"

Kini seluruh kelas tertawa, kelas ini memang akan tertawa saat orang sedng di hina meskipun itu tidak lucu

"Saya mamanya"

Seluruh orang berhenti tertawa, di depan pintu terdapat buk Hana, guru paling garang di sekolah, sebenarnya dia tidak garang hanya saja dia gampang marah. Eh apa itu sama aja? Pokoknya aku gak peduli.

Ku dekati buk Hana

"Tante, anak tante ingn mengajukan tenta ke dalam tim basket apa tante terima?"

"Saya tidak tertarik dengan permainan tidak berguna itu"

Senyumku tak lagi tersungging, ku kepalkan tinjuku. Kata – kata "tidak berguna" itu sukses masuk ke dalam hatiku dengan mudah. Aku lihat wajah buk Hana yang tersenyum sinis penuh kemenangan, aku sadar, aku tidak akan kalah. Aku kembali tersenyum, lebih manis dari yang tadi, raut wajah buk Hana pun kembali berubah

"Ok'" ujar ku

Aku pergi dari sana menuju ke tempat Helios

"Mamamu tidak tertarik"

Seteah itu aku berjalan ke tempat duduk ku yang hanya berjarak 1 langkah derri tempat duduk Helios, saat sudah sampai, aku pun duduk di kursi

"Thalita, bersihkan papan tulis"

Ku lihat papan tulis yang penuh dengn tulisanku

"Yah" keluhku

Aku berjalan malas ke papan tulis dan dan membersihkan nya

Matahari Dan HujanWhere stories live. Discover now