9. Tim Cia

3 1 0
                                    

Kau ingin ini, ku berikan ini. Kau ingin itu, ku berikan itu. Ketidak tahuan mu membuatku muak

.

.

.

{Author Pov}

"Kami ingin latihan basket izinkan dia ikut"

"Gak"

"Yah padahal dia tinggi, sayang kalau di buang"

"Dia gak pandai main basket"

"Yang lain juga, kelas ini yang terparah"

"Dia tidak suka main basket"

"Rata – rata yang ain juga, makanya mereka gak pandai main basket"

"Kau ini"

"Cantik"

"Pokoknya dia gak boleh main"

Cia bergelayut di tangan buk Hana. Buk Hana mendengus kecil, tidak ada yang lebih menyebalkan baginya daripada Cia dengan tekatnya

"Ok, tapi jangan paksa dia"

"Cia hanya mengangguk sambil tersenyum lalu turun dari tubuh buk Hana

"Ayo ke lapangan" teriak Cia

"Yeey"

Semuanya berlarian dari kelas ke lapangan yang jaraknya hanya beberapa langkah dari kelas. Sesampainya di lapangan mereka duduk sambil berbaris

"Aku tunjuk ya"

"Ya"

"Em tunggu"

Cia melihat – lihat orang yang tinggi, ada 7 orang tertinggi di kelas dan ternyata Helios ada di urutan ke enam. Tetapi tubuhnya yang bagus embuatnya terlihat lebih tinggi dari yang lain

"Felix, Will, Dhon, Daniel, dan Helios, ada yang protes?"

"Gak terserah mu saja"

"Hehe"

Cia berjalan ke tengah lapangan dan memanggil mereka semua

"Ada apa?" tanya Daniel

"Siapa di antara kalian yang dapat bermain basket?"

"Aku sepertinya bisa, tapi hanya dasar"

Cia menatap ke arah Felix lalu tersenyum, "mari kita tes". Cia celingak – celinguk melihat ke kerumunan anak SMA yang ingin pulang, lalu tersenyum licik

"Oi" pangilnya

Seorang pria melihat ke arah Cia dan berjalan mendekat

"Sekarang apa?" ujarnya bertanya

"Nih Felix, coba kau rebut bola dari nya"

"Aku bahkan tiak bilang ya"

"Kau menolak?"

"Aku hanya bilang, sini bolanya"

Mereka bermain bolaberdua dan, Felix dapat merebut bolanya

"Ok sekarang, coba kau pertahankan bola itu 15 menit, jangan sampai direbut" ujar Cia selagi merek bermain

Tak berapa lama, permainan selesai Felix dapat melakukan yang di suruh oleh Cia

"Dia bagus aku akan menariknya" ujar Cia "dan kau, kerja bagus, sekarang kau boleh pergi"

"Setiaknya berikan minum kek" ujar pria tadi lalu pergi dari sana

"Kau sangat suka menyuruh – nyuruhnya" hardik Dasya

Tidak banyak yang bisa di percaya"

"Hah itu lagi"

Cia menatap ke arah mereka berlima

"Sekarang, coba lawan aku, hanya aku, itu gampang"

"Kau bahkan tidak mengajari kami" ujar Daniel

"Tidak kah kau melihat caranya merebut dan bertahan?"

"Karena itu lah aku tidak termasuk dari orang – orang yang menyukainya" bisik Daniel kepada Helios

Mereka berlatih cukup keras, meski bola terus berakhir di tangan Cia. Selama 10 menit terakhir Cia sudah mengucapkan kata "ulang" sebanyak 10x. Mereka tidak sadar ada yang memperhatikan mereka dari ruang osis.

"Rani, ku kira kau ada rapat osis hari ini" ujar Cia melihat ke arah Rani

"Oh benar, dari mana kau tau?"

"Gampang saja, ada banyak orang di ruang osis termasuk buk Hana"

Rani segera berlari setelah mengumpatkan kata "sial"

"Yah, selalu seperti itu, ulang" ujar Cia

.

.

.

Rani segera berlari menuju ruang osis. Di sana orang sudah sudah memulai rapatnya

"Maaf aku terlambat" ujarnya

David menatap ke luar jendela, rapat terhenti karena kedatangan Rani

"Tidak masalah, silahkan duduk" ujar David setelahnya

Rapat kembali di lanjutkan, Rani segera duduk di kursi dan mendengar kan. Dia bosan di sana, akhir – akhir ini banyak sekali rapat yang di adakan oleh David, walau itu semua beralasan. Sebenarnya dulu Rani ikut Osis karena iseng ingin bolos jam pelajaran. Siapa sangka bisa jadi begini. Rapat sselesai kira – kira setelah 30 menit kedatangan Rani tadi. Seluruh orang berbndong – bondong ingin cepat pulang

"Tunggu kak" panggil Rani

Daviid melihat Rani dan tersenyum "ada apa?"

"Boleh aku bertanya?"

"Taya apa?"

"Kakak suka Cia atau gak?"

"Gak lah emangnya kenapa?"

"Menurut kakak, Cia itu gimana?"

"Kekanak – kanakan, terlalu polos, pemikirannya tidak seprti orang dewasa, dan..."

"Kekanak – kanakan?"

"Iya, kenapa?"

"Ok, kakak gak kenal Cia, jangan dekat – dekat dengan Cia, jangan ganggu Cia, aku gak mau kakak dekat – dekat dengan Cia, kakak gak pantas untuk Cia"

"Apa maksudmu?"

"Kakak pikir aku gak tau? Aku udah lama memperhatikannya, cara kakak bertingkah di depan Cia, sifat kakak, cara bicara kakak, seolah kakak suka dengan Cia. Tapi apa kakak tau kalau aku tau tentang kakak yang hanya meanfaatkan Cia? Jangan manfaatin Cia, mungkin sekarang dia gak tau karena seperti yang kau bilang tadi dia terlalu polos, tapi, saat dia tau tentang ini, kakak akan menjadi orang pertama yang dia benci, dan aku gak mau dia menumbuhkan kebbencian dalam dirinya. Jadi intinya menjauhlah dari Cia, dia masih kecil"

"Ok sekarang biar aku yang bertanya, Cia, dia suka dengan aku, kan?"

"Kan? Kau berbicara seolah kau yakin tentang itu, Cia tidak menyukai mu, seharusnya kau tau itu"

"Jujur"

"Tidak dan tidak akan pernah, sikap baiknya padamu, dan sikap sok baik mu padanya tidak akan mengubah fakta bahwa dia sama sekali tidak menyukai mu"

Rani pergi setelah puas menghakimi David. David menatap ke jendela, Cia tidak lagi bersama dengan mereka, Cia sudah berada di luar lapangan duduk di depan si anak baru

Matahari Dan HujanWhere stories live. Discover now