Jika aku tidak dapat mencintaimu, kenapa kau selalu hadir dalam hidupku seolah mempersilahkan ku masuk
.
.
.
"Hai semuanya, maaf telat" ujar Cia. Mereka semua melihat Cia tidak peduli "terserah, telat adalah keahlian mu"
"Hehe jangan gitu, tadi ada urusan sebentar, lagi pula kenapa kau ada di sini? Kau kan tidak ikut latihan" Cia mendekat ke arah Rni dan Dasya "gak boleh? Yaudah yuk Dasya kita pulang" Rni menarik lengan Dasy untuk berdiri. Tetapi Cia tidak peduli dia hanya melihat dengan wajah menantang
"Kau tidak berniat untuk menahan kami gitu?"
"Memangnya ini film? Lagipula untuk apa nahan orang yang pingin pulang?"
"Oh sial, kau tidak punya selera drama sekalipun"
"Ehehe, jadi kalian mau pulang atau tidak?" tanya Cia dengan wajah menyebalkan "tidak jadi"
Cia tersenyum senang "asha" ujarnya. Dia biasa mengatakan itu jika dia menang "kalau gitu selamat menikmati" ujar Cia lalu pergi dari sana.
"Dia sudah besar"
Rani melihat Dasya bingung lalu mengangguk, "jadi kau paham atau tidak?" tanya Dasya
"Iya aku mengerti, aku tidak sebodoh itu, kan?"
"Berhenti" teriak Cia ke seluruh orang yang sedang bermain di lapangan. Seluruhnya berhenti seperti yang di instruksikan oleh Cia. "Ku beri kelompok baru, Will bersama Helios, dan Dhon bersama Daniel"
"Lalu Felix?" tanya Will
"Felix sudah lulus, dia sudah mencetak 5 poin selama 3 jam, jadi ku ringankan ku lihat siapa yang akan bisa mengalahkan Felix, dan Helios jika kau terjatuh lagi atau apa, kau akan di keluarkan. Lagipula yang ku lihat dari mu itu hnya tubuhmu" Cia tertawa bak orang jahat lalu kembali diam "sekarang mulai"
Mereka mulai berlatih dengan keras, Daniel yang paling ingin segera mengalahkan Felix, Cia dapat melihat itu dan Cia cukup tertarik dengan siapa yang akan menyusul Felix nanti.
"Bum"
Cia terkejut, dilihatnya ke belakang, ada David dengan senyuman nya yang baru pertama kali dilihat-kan nya ke Cia
"O, ada apa? Tumben" Cia mencolek dagu David
"Apa?"
"Lupakan" Cia menepuk – nepuk rumput di sampingnya, mempersilahkan David duduk. "Kenapa kau ada disini?"
"Tidak boleh?"
"pertanyaan yang sangat klise, Rani tadi juga begitu"
"Yah, biasanya memang begitukan jawaban dari pertanyaan itu"
"Kenapa harus balik bertanya? Kau bisa langsung menjawabnya"
"Entahlah, lebih enak basa – basi dulu"
"Ahaha, terserahlah"
Cia mengalihkan pandangannya dari David ke lapangan. David melihat pakaian yang dikenakannya. Kaus putih bertulisan Heaven, kemeja yang dijadikan luaran dan tidak dikancing, celana lepis hitam polos semata kaki, lalu sepatu kets berwarna putih dan rambut yang di ikat asal.
YOU ARE READING
Matahari Dan Hujan
Teen Fiction"Aku Cinta Kamu" Satu kata yang tak bisa mengacaukan perasaan Cia. Semua orang kecuali satu orang. Satu orang yang disukainya. Bagaimana bisa gadis yang selalu mengeluarkan keringat paling banyak ini menyukai pria yang bahkan tidak paling tam...