8 "Terluka"

713 73 13
                                    

Di kantor, Namjoon tidak henti-hentinya menghubungi Seokjin. Namun Seokjin sama sekali tidak menjawab panggilannya.

"Kau di mana, Jin?"

"Kenapa panggilanku selalu di alihkan?"

"Ah! Kau membuatku khawatir, Jin."

Namjoon juga mengirim pesan. Namun belum dijawab oleh sahabatnya.

Ia teringat akan kejadian kemarin. Ia takut, jika sahabatnya merasakan  sakit itu lagi.

Namjoon segera menggeleng. "Tidak-tidak."

"Seokjin kemarin pasti hanya kelelahan saja. Semoga saja yang aku pikirkan salah." gumamnya.

-
-
-

Hari menjelang malam.

Seokjin dan Kyungsoo kini tiba di rumah.  Ia merangkul pundak anaknya, seraya mengajaknya bercengkrama.

"Dari mana saja kalian?!" suara khas itu berasal dari Yoongi --- yang sejak tadi khawatir pada anaknya yang belum kunjung pulang ke rumah.

"Aku dan Jin hyung..." Kyungsoo ingin menjelaskan pada Yoongi, namun Kyungsoo terdiam ketika Yoongi menyela perkataannya, "Aku tidak bicara denganmu!" ketus Yoongi.

"Appa!" Seokjin meninggikan suaranya, dan kini ia menggenggam erat tangan anaknya. Ia tahu, jika Kyungsoo terluka akan bentakan Yoongi barusan.

Yoongi menatap datar. Ia acuh, lalu pergi.

Kyungsoo menundukkan kepalanya, ia berusaha menahan agar air matanya tidak tumpah.

"Kyungsoo..." ucap Seokjin.

Kyungsoo menatapnya dan tersenyum, "Aku baik-baik saja hyung" jawabnya.

Seokjin tahu jika sang anak berbohong padanya. Ia berusaha membalas senyumnya.

"Hyung tahu. Kau kuat." ucapnya.

"Eum. Aku akan terus bertahan dan menunggu --- hingga appa juga eomma mau menyayangiku."

Seandainya saja Seokjin memiliki keberanian itu. Ia akan mengatakan kebenarannya, walau ia harus melukai sang anak. Namun kenyataannya berbeda.

Seokjin merasa dirinya seorang pengecut. Jika saja bukan karena situasi yang mengharuskan dirinya mengambil keputusan berat itu --- mungkin ia akan kehilangan anaknya sejak dulu.

Seokjin memeluk Kyungsoo dengan erat, "Maafkan appa, nak. Bahkan appa tidak mampu membuatmu nyaman di rumah ini." batinnya. Ia menitikkan air mata.

"Hyung. Aku ngantuk." ucap Kyungsoo padanya.

Seokjin melepaskan pelukannya. Ia mengelus pipi anaknya, dan mengangguk mengiyakan permintaanya.

Seokjin mengajak Kyungsoo ke kamar. Di kamar, ia merapikan kasur sang anak sebelum Kyungsoo tidur.

"Kenapa hyung selalu merapikan tempat tidurku?" tanyanya.

"Karena hyung sayang padamu." jawabnya.

"Hyung..." ia memanggil Seokjin yang sedang menata selimut.

"Hm?" tanyanya,  dan ia menatap sang anak yang tampaknya ingin menangis. Kemudian ia mendekati Kyungsoo yang kedua matanya tampak memerah, "Jika kau ingin menangis,"

"Menangislah."

Kyungsoo menggelengkan kepalanya, "Aku tidak ingin menangis." ucapnya.

"Kau tidak bisa membohongiku."

"Jika aku menangis --- maka aku cengeng hyung."

Seokjin mengajak adiknya duduk di kasur yang telah ia rapikan, "Kau tahu... Semua orang boleh menangis."

"Secret and Tears" (BTS &EXO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang