Dia

0 0 0
                                    

Setelah resmi menjadi anggota Wiratra, ku fokuskan hidup ku didalamnya. Hampir tidak pernah terlihat lagi batang hidung ku di kampus, sebab bagi ku itu sudah tidak penting lagi. Aku juga memutuskan untuk pindah dan tinggal di markas Wiratra, sebab untuk apa juga ngekos jika aku bisa tinggal gratisan bersama teman. Segala hal dalam hidup ku ku pusatkan dalam Wiratra. Sehingga tak terasa, sudah setahun aku disana dan sudah tinggi pula kedudukan ku disana. Aku menjabat sebagai wakil ketua, yang mana Lucas adalah ketua nya. Disertai dengan Nadya yang menjabat sebagai sekertaris utama.

Saat itu sudah akhir tahun, dimana perekrutan anggota baru akan diadakan. Aku pun terlibat dan terpilih untuk menjadi panitia dalam menyeleksi siapa saja kah yang pantas untuk bisa bergabung disini.

"Lihat lah Langit, ini baru para anggota yang direkrut secara resmi". Kata Lucas nyengir.

"Lah, memang menurut mu siapa orang yang tiba-tiba menjadikan ku anggota tanpa perlu rapat atau sidang segala. Tidak juga memakai tes tes khusus seperti ini pula". Kata ku membalas.

"Hahaha... Sebab dulu insting ku mengatakan untuk segera merekrut mu". Jawab Lucas tak berdosa.

Acara perekrutan berjalan aman dan lancar. Total ada 9 anggota baru yang dianggap layak untuk berada di Wiratra. Salah satu nya adalah Tere Anggraeni. Jujur aku sudah terpukau saat kali pertama melihatnya. Ia tetap tenang dan santai saat menjalani tes, tetap memasang wajah penuh pesona nya kepada siapapun yang menatapnya.

Jujur aku senang melihatnya di terima, sebab aku masih ingin memandang wajah itu. Aku bukan lah lelaki penakut yang hanya berani memandangnya dari jauh. Setelah acara pengangkatan anggota secara resmi, segera ku ajak ia berkenalan. Tere sendiri ternyata mudah diajak bicara, apalagi bercanda. Ia seperti menerima segala omongan ku dengan penuh minat dan perhatian. Apakah mungkin ia juga merasakan apa yang kurasa pada dirinya?
Jika iya...
maka bagus lah...

"Hey, bengong aja anak muda" kata Lucas membuyarkan memori ku.

"Ahh mengganggu saja sih" jawab ku kesal.

"Hehe...sedang lihat apa sih? Jangan bilang kau sedang sibuk memerhatikan Tere ya? Wah apa kau berniat menembaknya? Atau bahkan melamarnya? Kasih tau dong mas Langit" Kata Lucas mengejek.

"Ah sialan kau, tentu saja tidak. Sudah ah jangan bahas Tere melulu". Kata ku semakin kesal.

"Iya deh iya maaf mas Langit". Sahut Lucas yang masih memancing ku.

Teringat suatu hal yang ingin sekali ku tanyakan sejak dulu pada Lucas.

"Hey Lucas, ada yang ingin kutanyakan pada mu". Ujar ku serius.

"Tanya apa sobat?" Kata Lucas kebingungan.

"Mengapa dulu kau rekrut aku dengan sembarang begitu. Darimana kau tahu aku bukan pengkhianat? Darimana kau tahu bahwa aku punya keberanian yang setara dengan mu? Jangan jawab dengan jawaban insting atau apalah itu. Aku ingin jawaban jujur dari bibir mu itu sekarang". Kata ku tegas.

"Huft.. kau benar-benar keras kepala ya". Kata Lucas menyerah.

"Baiklah, alasan mengapa aku berani berbuat segila itu adalah karena ada nama Chandrakusuma dibelakang nama mu"

Langit Yang MenangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang