Terjaring

0 0 0
                                    

Bunda, maaf aku sepertinya tidak bisa pulang untuk beberapa hari ini. Sebab keadaan sedang sangat kacau. Tapi tenang saja, anak mu lebih kuat dari yang terlihat kok. Aku juga sudah berhasil mengetahui nasib ayah.

Aku sudah tahu siapa ayah dan apa yang terjadi padanya. Nanti akan aku ceritakan apa yang aku dapatkan disini. Akan ku ceritakan segala hal tentang petualangan ku. Lagipula aku juga akan keluar dari organisasi ini, sebab aku ingin hidup normal lagi. Bersama bunda dan juga seorang gadis yang nanti akan ku kenalkan pada mu.

Tunggu kedatangan ku ya Bunda. Dan jangan lupa buatkan aku opor ayam kesukaan ku, karena aku sungguh rindu dengan masakan buatan mu yang satu itu.

Anak mu, langit.

"Untuk ibu mu ya?" Tanya Nadya saat sedang berjalan dipinggiran toko.

"Iya, aku sudah lama tidak memberi kabar padanya. Pasti ia sudah rindu". Jawab ku sambil memasukannya kedalam sebuah amplop.

"Lalu amplop satu lagi untuk apa?" Tanya nya sambil menunjuk amplop lain ditangan ku.

"Nanti juga kau akan tahu kok. Santai saja". Kata ku sambil memasang wajah menyebalkan.

Ia hanya tertawa melihat ku. Dari sore tadi, kami sibuk mencari penginapan. Sebab jika tidak, mau tidur dimana kami malam ini. Ditengah perjalanan, aku sengaja singgah sebentar untuk mengirim 2 buah surat tadi. Setelah selesai, segera kami lanjutkan pencarian kami.

"Pesan berapa kamar mas?" Tanya pelayan penginapan yang kala itu kami kunjungi.

"Dua mas, yang kecil saja". Kata ku memesan.

Kami berdua sama-sama menempati sebuah kamar seukuran 4 × 3 meter.

"Kita bermalam dulu disini, istirahatkan badan mu dulu. Aku mau keluar mencari makanan". Kata ku pada Nadya.

"Hati-hati Langit, langsung kembali jika telah selesai". Kata Nadya menasihati.

Aku pun segera keluar penginapan dan mencari makanan. Yang kucari adalah nasi goreng karena itulah makanan termudah yang dapat ditemukan dimalam hari. Saat tengah berjalan, kulihat sebuah kedai yang sepertinya menjual nasi goreng.

Namun baru saja ingin kuhampiri, keluar 2 orang berbadan tegap. Tidak salah lagi mereka adalah aparat yang baru selesai makan malam. Hanya dalam hitungan detik mereka langsung memperhatikan ku. Sial, mereka pasti sudah mengenali ku. Segera saja aku berjalan pelan menjauh dari sana.

Namun kedua orang langsung berlari mengejar ku. Aku pun segera melancarkan jurus langkah seribu. Namun siapa sangka, walau kedua orang ini besar badannya, kecepatan tidak bisa diremehkan. Aku pun sengaja mengambil gang-gang sempit untuk lolos dari mereka.

Namun tak kusangka, baru saja aku ingin berbelok ke gang kecil tersebut, salah satu dari mereka berhasil meringkus ku. Tenaga mereka sangat kuat, membuat badan ku tak bisa bergerak. Salah seorang lagi segera menutup mata dan mulut ku. Lalu mengecek kantong dan dompet ku. Beruntung mereka menemukan kartu identitas ku yang asli saat itu.

"Ya benar ia adalah Langit Chandrakusuma, Ketua demo tadi pagi". Kata seorang dari mereka.

"Perjalanan mu sudah usai kawan". Kata salah seorang lagi sambil menggotong ku masuk ke mobil mereka.

Entah saat itu aku dibawa kemana. Entah saat itu nasib teman-teman ku bagaimana....

Langit Yang MenangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang