Part 29: Fate

8.2K 607 37
                                    

▫️▫️▫️

Hinata memotong ujung benang wol merahnya menggunakan gunting. Kemudian melipat syal yang sudah seratus persen jadi tersebut membentuk sebuah persegi. Terakhir ia menaruhnya ke dalam sebuah kotak.

Dipandanginya syal tersebut dengan seutas senyuman. Kedua tangannya beranjak merapatkan jaket yang sedang ia kenakan. Meskipun telah di depan perapian, angin luar yang dingin tetap saja menerpa kulitnya.

Setelah hamil Hinata memang sedikit sensitif terhadap cuaca. Wanita tersebut mudah sekali kedinginan. Apalagi mengingat hujan salju yang akhir-akhir ini turun cukup lebat.

"Sasuke-san, putra kita akan lahir kurang dari dua minggu lagi. Aku sudah tidak sabar ingin menggendongnya," monolog Hinata.

"Astaga, Nee-sama! Apa yang kau bicarakan? Sasuke-nii tentu akan pulang cepat," teriak Hanabi.

Gadis berambut cokelat tersebut sudah menginap di Kediaman Uchiha sejak Sasuke pergi menjalani misi dalam waktu yang relatif lama. Ia sebenarnya ditugaskan oleh Hyuuga Hiashi. Namun mengaku memang ingin menginap dan tidur bersama kakaknya.

"Tentu saja! Sasuke-san kan mencintai ku," balas Hinata sambil menjulurkan lidahnya jahil. Dirinya memang suka menggoda sang adik akhir-akhir ini. Entahlah, wajahnya terlihat imut jika sedang kesal.

"Nee-sama! Kau meledekku, 'kan?"

"Aku tidak meledek mu, Hanabi. Hanya menggoda mu."

Hanabi merengut dan menghentakkan kakinya kesal. Dia berjalan sambil mengumpati sang kakak dengan segala sumpah serapahnya. Memutuskan duduk dan menonton televisi sambil memakan camilan keripik.

"Hanabi, kau merasakan sesuatu?" tanya Hinata dengan wajah serius.

"Aku merasa kesal dan marah saat ini," jawab Hanabi ketus.

Hinata kini terdiam sambil mengamati bulan dari jendela kaca rumahnya. Entah benar atau tidak, yang pasti ia merasakan seseorang sedang mengawasi rumahnya. Pikiran buruk mulai menguasai otaknya. Namun Hinata masih mencoba berpikir jernih.

Kembali Hinata arahkan pandangannya keluar rumah. Dan saat itu, matanya menangkap gumpalan salju yang terjatuh dari dahan pohon. Seolah baru saja ada yang sengaja menjatuhkannya.

"Hanabi, letakkan toples itu!" perintah Hinata dengan suara lirih.

"Kenapa aku harus melakukannya?" Hanabi bertanya dengan pandangan masih tertuju ke arah televisi. Membuat Hinata mendengus pelan namun tidak mengurangi kadar kewaspadaannya.

"Hanabi, menyingkir!"

' Tak '

' Duarr '

Sebuah kunai dengan untaian bom kertas menancap tepat di kaca televisi milik Hinata. Bom kertas tersebut langsung meledak dengan cepat. Beruntung Hinata dengan sigap mengeluarkan jurus benteng air miliknya. Jadi dirinya dan Hanabi tidak terluka sedikit pun.

' Tap tap tap '

' Set set set set set set '

Beberapa orang berpakaian hitam dengan penutup wajah mulai berdatangan dan mengepung Hinata bersama Hanabi. Mereka berada dalam jumlah banyak. Hingga Hinata tidak sempat menghitungnya. Akhirnya mereka berdua berlari keluar rumah.

Hinata yang pertama kali sampai di halaman depan rumahnya terkaget. Bahkan di luar rumahnya telah terdapat banyak orang berpakaian hitam lengkap dengan penutup wajah mereka.

Hanabi dalam posisi siaga langsung mengaktifkan Byakugan miliknya. Begitu pula dengan Hinata. Kedua perempuan tersebut telah saling memunggungi dan berhadapan dengan lawan masing-masing.

Red String [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang