🌙
Sakura duduk gelisah sambil memainkan jari tangannya di bawah meja. Sekarang, dia merasa seperti pencuri yang tengah diadili. Duduk sendirian dengan orang-orang yang menatapnya datar dan marah. Suasana seperti ini belum pernah ada dalam bayangan Sakura selama ini.
"Jadi--"
"Sasuke-san, sudahlah." Hinata memotong kalimat Sasuke secepat kilat. Tangannya sedari tadi sudah gemetar karena menahan lengan sang suami yang sepertinya akan mencekik leher Sakura hingga membiru.
Sasuke berdecak kesal. Seharian ini dia sudah menunggu Sakura hingga tersadar. Bahkan, dia sudah menyiapkan berbagai pertanyaan yang dapat memojokkan Sakura nantinya. Namun remasan tangan sang istri pada lengannya membuat pertanyaan itu hilang begitu saja.
"Baiklah, kau lolos kali ini, Sakura. Kita pulang nanti sore. Ada urusan yang harus aku selesaikan." Ucap Sasuke mutlak. Setelahnya, laki-laki itu berjalan pergi keluar dari penginapan. Meninggalkan Hinata, Sai, Naruto, dan Sakura yang masih duduk mengelilingi meja.
Naruto menghembus napas. Keringatnya menetes saat Sasuke akan memulai pembicaraan tadi. Namun beruntung Hinata segera menghentikannya. Mungkin jika Hinata tidak menghentikannya, Sakura sudah kehabisan kata-kata untuk membalas mulut pedas Sasuke.
"Sakura, kau tidak apa-apa?" Naruto bertanya pelan pada Sakura yang masih setia menundukkan kepalanya. Sekali terlintas di pikiran Naruto apakah leher Sakura tidak pegal sedari tadi terus menunduk.
"Kenapa?"
"Kenapa kalian membelaku? Kenapa kalian masih peduli padaku?"Kening Sai langsung berkerut saat telinganya mendengar ucapan Sakura. Jadi, Sakura ingin mereka tidak mempedulikannya, begitu?
"Karena kami masih memaafkan mu, Sakura-chan." Naruto berucap lembut. Tatapan matanya menatap sendu ke arah Sakura yang masih menunduk. Bahkan gadis itu sekarang tengah menangis.
Hinata terdiam, memandang surai pink Sakura yang terlihat lepek. Tadi, saat Sakura terbangun. Hal pertama yang ia teriakkan adalah nama suaminya, Uchiha Sasuke. Hinata penasaran, kenapa Sakura bisa begitu mencintai suaminya.
"Sakura-san, apa kau benar-benar mencintai Sasuke-san?"
Pertanyaan kecil dari mulut Hinata berhasil membuat kepala Sakura terangkat. Sai dan Naruto juga sukses menoleh dengan kompak.
"Jika aku tidak mencintainya, tidak mungkin aku bisa berubah kejam seperti ini." Balas Sakura pelan.
"Relakan Sasuke-san, Sakura-san. Jika cinta membuatmu kejam, maka sudah sedari dulu aku berubah kejam karena cinta." Hinata berucap tegas, sorot matanya memandang remeh Sakura. Sementara Sakura hanya diam membeku, tak mengeluarkan satu kalimat pun sebagai balasan.
"Dirimu yang sekarang sama seperti Sasuke yang dulu, kebencian membuatmu buta. Jika dulu aku memaafkan Sasuke, lalu kenapa dirimu tidak. Percayalah Hinata juga melakukannya hal yang sama." Kali ini Naruto yang berucap. Membuat bahu Sakura semakin bergetar karena menangis.
"Hiks hiks, gomenne minna. Aku terlalu mencintai Sasuke-kun hingga buta. Hinata, maafkan aku hiks, gomenasai gomenasai." Sakura berucap menyesal. Dirinya meremas ujung bajunya sebagai pelampiasan rasa bersalah.
Hinata menghela napas. Dia kemudian berdiri dan memutari meja, berjalan pelan ke arah Sakura lalu memeluknya erat.
"Bicaralah pada Sasuke-san, luruskan ikatan pertemanan kalian. Karena jujur, aku mulai mencintainya. Dan maaf, aku menghancurkan kebahagiaan mu." Bisik Hinata pelan.
Sakura hanya mengangguk. Hinata yang mengerti langsung melepas pelukan mereka dan menatap Sai serta Naruto bergantian. Sadar akan situasi, Sai dan Naruto segera berjalan keluar kamar penginapan bersama Hinata. Di luar, mereka bertemu Sasuke yang tengah berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada dengan mata terpejam.
"Sasuke-san, bicaralah pada Sakura-san. Aku akan memberi kalian waktu. Luruskan ikatan pertemanan kalian."
Hinata tersenyum tipis, dia kemudian mengangguk pada Sai dan Naruto. Ketiganya berjalan menjauhi Sasuke. Tak ingin mendengar percakapan apapun yang mereka berdua bicarakan.
' Sreeet '
Pintu shouji digeser oleh Sasuke. Membuat jantung Sakura berdetak kencang. Apalagi saat mendengar langkah kaki laki-laki tersebut yang mendekat. Jantungnya seolah sudah tidak dapat lagi dikontrol.
"Sasuke-kun." Panggil Sakura pelan.
Sasuke duduk dengan tenang di depan Sakura. Walupun dihalangi oleh meja, Sakura tetap saja merasa takut dan terancam.
"Sakura."
Sakura mendongak menatap sepasang iris mata beda warna milik Sasuke saat laki-laki itu memanggilnya. Dapat ia dengar nada bicara Sasuke yang datar dan tanpa emosi seperti biasa. Namun, sorot mata hitamnya memancarkan kebencian yang mendalam. Dan hal itu membuat hati Sakura sakit. Apakah setelah tidak mendapatkan cinta dari Sasuke, ia juga tidak akan menjadi temannya lagi. Dan, apakah ia malah akan mendapat kebencian darinya.
"Hinata memintaku memperbaiki hubungan denganmu. Setelah bersama Hinata dan Naruto, aku memutuskan untuk tidak lagi memutus hubungan seperti dulu. Aku belajar dari jalan hidup mereka. Dibenci namun memaafkan. Apa yang lebih buruk daripada tidak dianggap?
Hinata dan Naruto mengalami itu semua. Dan aku berterimakasih pada Kami-sama karena mempertemukan diriku dengan mereka. Jadi Sakura, jangan buat aku menyesal telah mengenalmu."
Sakura menangis, lagi, dengan lebih keras. Dirinya meraung, berteriak maaf, sambil meremas tangannya sendiri.
Dan hal itu tak luput dari penglihatan Sasuke. Ia berterimakasih jika Sakura telah sadar. Namun ia akan benar-benar mencekik leher Sakura jika gadis itu belum sadar betul.
"Gomenne, gomenne, gomenne Sasuke-kun. Huhuhuhu~"
"Aku, kau, dan Naruto tetaplah teman. Kuharap kau meminta maaf padanya. Dia sudah kecewa padamu."
Sakura mengangguk dalam tangisannya. Dia sadar, jika telah lama kalah. Sasuke tidak pernah sekalipun menunjukkan tanda jika dirinya menyukai Sakura. Namun, Sakura serasa ingin buta saat mengetahui bahwa Sasuke memang tidak mencintainya. Dia ingin egois, berharap Sasuke akan berpura-pura mencintainya.
"Naruto hiks, dia-- hiks hiks masih mencintaiku kan? Hiks hiks--"
Dan Sasuke diam membisu. Mungkin ini yang dinamakan terlambat. Saat Naruto sudah kecewa dan harapannya sudah pupus, kenapa Sakura baru menjawab iya. Sayang sekali, mungkin saat ini Naruto tengah mencintai gadis lain. Bukan sulit bagi pahlawan seperti Naruto untuk mendapat gadis seperti tipenya. Semua gadis memujanya. Bahkan Hinata pernah mencintainya.
"Berdoalah agar kenyataan tidak menamparmu." Sasuke berucap singkat kemudian berdiri dan meninggalkan Sakura yang ternyata semakin terisak hebat.
Gadis itu terguncang. Jadi Sasuke akan membiarkannya sendiri dulu. Ia akan menemui Naruto, Sai, dan tentunya sang istri yang mungkin berada di luar penginapan.
"Satu hal lagi dan aku akan memulai perjalanan panjang."
TBC
Maaf kalo jelek
Kritik dan saran dibutuhkan
Komen yang banyak supaya cepat updateMaafkan saya semua...
Jadwal padat merayap hingga meluap-luap. Saya cepetin ngetik supaya bisa update cepet.
Jadi maaf kalo kurang memuaskan. Nanti saya revisi sama tambah kalimatnya lagi. Bab ini cuma bagi kalian yang meneror saya dengan kata update thooor~
Author saying goodbye 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Red String [End]
Fiksi PenggemarWalaupun benang merah telah mengikat mereka berdua, kenapa kata 'terpisah' selalu mengintai hidup keduanya. Berawal dari perjodohan yang mengikat keduanya. Takdir mempermainkan hati dan perasaan mereka hingga perpisahan menjadi ujung perjuangan cint...