▫️▫️▫️
Hinata diam, dirinya benar-benar bingung. Apa yang harus ia lakukan saat bertemu dengan calon suaminya nanti?
Apakah ia harus mengenakan kimono sutera terbaiknya? Apakah ia harus memakai kalung dan gelang dari emas? Atau kanzashi dari perak berhiaskan mutiara? Apakah ia harus berdandan menor agar Sasuke merasa terganggu dengan riasannya? Apakah ia harus berdandan jelek agar Sasuke membatalkan pernikahan ini?
Oh, tidak-tidak, mana bisa dibatalkan! Undangannya saja sudah disebar sampai Kumogakure.
"Kira-kira reaksi Naruto-kun bagaimana, ya?" monolog Hinata sambil menyisir rambutnya yang panjang.
Sepersekian detik kemudian, dirinya sadar bahwa ia adalah calon istri Uchiha Sasuke. Ia harus menutup hatinya untuk orang lain. Ia harus menerima suaminya kelak.
"Tidak tidak! Kau akan menjadi istri dari Uchiha Sasuke! Hinata yang sekarang adalah calon istri Uchiha Sasuke. Hinata yang sekarang harus melupakan Naruto dalam hidupnya," ucap Hinata dengan tegas.
Sudah cukup 11 tahun ia habiskan untuk mencintai laki-laki bebal tak berperasaan seperti Naruto. Yang ada dalam kepala kuningnya hanyalah Sakura, Sakura, Sakura. Hinata tidak benci dengan Sakura. Ia hanya merasa iri. Kenapa Sakura bisa mendapatkan hati Naruto dengan begitu mudah. Ingin sekali Hinata berpindah raga dengan Sakura agar Naruto mau meliriknya.
"Hinata, apakah Uchiha Sasuke kelak akan menerima dirimu dalam hidupnya?" Hinata bertanya pada dirinya sendiri. Ia masih ragu apakah keputusannya ini tepat atau malah sangat salah.
Ia masih tak percaya bila dirinya dijodohkan dengan mantan nuke-nin seperti Uchiha Sasuke. Kenapa dirinya tidak dijodohkan saja dengan Uzumaki Naruto. Dengan begitu, ia bisa bahagia dengan orang yang ia cintai, Sakura juga bisa bersama Uchiha Sasuke.
Katakan saja jika Hinata egois, dirinya tidak peduli. Semua orang memandangnya rendah dan lemah. Ia tidak punya siapapun untuk menitipkan cintanya. Tidak siapapun.
' Tok tok tok '
"Masuk!"
"Permisi Hinata-sama, Hiashi-sama menunggu Nona di ruangannya sekarang."
"Baiklah, terimakasih telah memberi tahu."
"Kalau begitu saya permisi dulu, Hinata-sama."
Hinata menganggukkan kepalanya. Segera ia berdiri dan berlalu menuju ruang ayahnya. Pasti ini tentang acara nanti malam. Pasti ini tentang acara makan malam dirinya dan Uchiha Sasuke.
Hinata mengambil napas panjang kemudian mengeluarkannya dengan perlahan. Ia siap diberi wejangan oleh ayahnya.
' Tok tok tok '
Hinata membuka pintu ruangan ayahnya. Dilihatnya sang ayah sedang menandatangani berbagai surat yang ia yakini adalah kontak kerja sama.
"Ada perlu apa Tou-sama memanggil Hinata?" tanya Hinata pelan setelah duduk dihadapan sang ayah.
"Kau ingat, kan nanti malam ada acara apa?" Hiashi bertanya tanpa memandang anak sulungnya tersebut. Melihat hal itu, Hinata hanya dapat tersenyum miris. Ayahnya bahkan tidak mau melihatnya saat berbicara.
"Hinata ingat, Tou-sama."
"Bagus, gunakan gaun terbaikmu, bersikaplah yang sopan, dan hilangkan nada gugup bicaramu itu."
"Akan Hinata usahakan, Tou-sama."
"Hmmm, kau boleh keluar sekarang."
Hinata tak menjawab, sekarang dirinya hanya berdiri kemudian menyingkir dari hadapan ayahnya sendiri. Ia sudah lelah menangis. Ia sudah lelah mengalami lara hati. Ia sudah lelah mencintai orang yang bahkan tidak mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red String [End]
Fiksi PenggemarWalaupun benang merah telah mengikat mereka berdua, kenapa kata 'terpisah' selalu mengintai hidup keduanya. Berawal dari perjodohan yang mengikat keduanya. Takdir mempermainkan hati dan perasaan mereka hingga perpisahan menjadi ujung perjuangan cint...