▫️▫️▫️
Hinata mencoba beberapa kali memejamkan mata namun hasilnya nihil. Ia menjadi sulit tidur sekarang ini. Apakah ini karena ia tidur di atas ranjang Sasuke?
Bahkan ia ingin sekali tertawa saat ini. Seorang istri tidak bisa tidur di ranjang suami? Hah, lucu sekali!
Oh, atau ia mengalami insomnia? Hinata rasa tidak. Padahal sewaktu ia dirawat di rumah sakit selama satu minggu karena tulang punggungnya sedikit retak ia baik-baik saja. Ia makan dengan lahap, tidur juga nyenyak. Tapi kenapa sekarang ia malah tidak bisa memejamkan mata?
Bicara tentang ranjang Sasuke, Hinata jadi teringat suaminya tersebut. Suaminya belum pulang. Uchiha Sasuke belum pulang.
Hinata bangun, ia memutuskan memasak makanan untuk mengganjal perutnya yang tiba-tiba lapar. Kakinya ia langkahkan menuju dapur.
"Kurasa memasak nasi dan juga sedikit soba dengan tambahan unagi tak masalah."
Hinata mulai memasak nasi. Sambil menunggu nasi matang, dirinya menyiapkan bahan untuk memasak unagi dan juga soba. Dengan cekatan, dirinya memanggang belut sungai lalu memberinya saus manis dan juga taburan wijen.
Saat dirinya hendak mengambil toples berisi biji wijen. Tiba-tiba muncul kunai dari arah belakang dan menancap tepat di dinding depan matanya.
Sontak Hinata mengaktifkan byakugan, kini dirinya dalam mode siaga. Namun ketika dirinya melihat seseorang berjubah hitam tepat lima langkah di depannya, ia kembali menonaktifkan byakugan miliknya.
"Eh, Sasuke-san! Apa kau yang baru saja, emm melempar kunai ini pada--ku?"
"Kurasa kau tahu sendiri jawabannya," balas Sasuke terlampau datar. Laki-laki tersebut berjalan mendekati Hinata. Ia bisa mencium aroma wangi dari belut panggang di sebelah istrinya tersebut.
"Tapi, kenapa?"
Hinata sedikit menurunkan nada bicaranya di kata terakhir. Ia hanya tidak menyangka sang suami akan melukainya.
"Aku hanya ingin sedikit bermain denganmu." Kemudian Sasuke pergi berlalu. Spontan Hinata langsung memegang lengan suaminya, menahan agar tidak beranjak pergi.
"Ah,maaf!" pekik Hinata kecil dan melepaskan pegangannya pada lengan sang suami kemudian berucap,"setidaknya, cobalah makan masakan ku. Ku pikir kau belum makan malam."
Alis Sasuke terangkat. Dirinya sudah terbiasa mendengar ajakan seorang gadis agar makan bersamanya. Lagipula dirinya adalah seorang nuke-nin, melewatkan makan malam satu kali tidaklah membuat dirinya mati bukan? Namun, entah kenapa sekarang ia menjadi geli sendiri.
Seorang gadis di depannya ini adalah istrinya bukan? Lalu kenapa harus merasa aneh?
"Sa-Sasuke-san, makanlah se--dikit saja."
Akhirnya Sasuke mengalah. Lagipula ia cukup merasa lapar saat ini. Dirinya duduk di kursi meja makan dengan tenang. Sementara Hinata tengah menyajikan belut panggangnya dan soba beserta nasi.
"Umm, maaf Sasuke-san. Apa kau ingin teh?" Hinata bertanya saat dirinya selesai menata masakan di atas meja makan. Walaupun Sasuke tidak menjawab tawarannya langsung, tetapi dirinya sudah mengangguk mengiyakan.
Akhirnya dengan cepat Hinata kembali ke dapur dan membuat dua cangkir teh untuk dirinya dan Sasuke.
Hinata makan dengan tenang. Dirinya berusaha untuk tidak gugup sekalipun. Sementara Sasuke lebih memilih makan dengan lambat sambil mengamati gadis di seberangnya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red String [End]
FanfictionWalaupun benang merah telah mengikat mereka berdua, kenapa kata 'terpisah' selalu mengintai hidup keduanya. Berawal dari perjodohan yang mengikat keduanya. Takdir mempermainkan hati dan perasaan mereka hingga perpisahan menjadi ujung perjuangan cint...