▫️▫️▫️
16 years later...
Tsukino Uchiha, berdiri menatap satu persatu temannya yang tengah berfoto bersama keluarganya. Hal seperti ini sudah biasa ia alami. Mengambil hasil ujian sendiri, memasak sendiri, berlatih sendiri, dan tidur sendiri.
Namun sialnya, hari ini adalah hari kelulusannya. Ada Bibi Hanabi, Paman Konohamaru, Rokudaime-sama, Kakeknya, bahkan Nanadaime-sama dan keluarganya berada di depan matanya. Mereka semua mengaku adalah keluarganya.
Tapi, dimana orang tuanya?
Tou-san?
Kaa-san?
"Tsukino, selamat ya. Kau menjadi murid akademi dengan nilai sempurna tahun ini. Kau bahkan mengalahkan nilai ayahmu, Sasuke. Hahahaha," ucap Naruto.
Tsukino tersenyum tipis. Bagaimanapun di hadapannya saat ini adalah seorang Hokage. Jadi bersikaplah dengan sopan.
"Terima kasih, Nanadaime-sama. Tapi Boruto juga saingan yang tidak dapat diremehkan," balas Tsukino sembari melirik ke arah Boruto yang nyengir kepadanya.
"Ah, ya, tentu saja. Aku melatihnya dengan keras selama ini."
' Dug '
"Ouch, Shion-chan! Kenapa kau memukul ku, sih?" ringis Naruto setelah istrinya menyikut pinggangnya.
Shion mendelik ke arah suaminya. Kemudian berbisik, "Kau membuat Tsukino bersedih, Naruto-kun."
Naruto melirik ke arah Tsukino yang menunduk sembari mengepalkan tangannya. Ia rasa, ia salah besar saat ini.
Keringat dingin menetes di pelipisnya. Manik birunya melirik ke arah Hanabi dan Hiashi-sama yang telah berada dalam kondisi Byakugan aktif. Bisa-bisa ia babak belur jika begini.
"Ah, mmm. Hiashi-sama, Hanabi, Konohamaru, Kakashi-sensei, mmm sebaiknya kami pulang. Tsukino, se--sekali lagi selamat ya. Ka--kami pulang dulu. Shion-chan sudah memasak banyak untuk merayakan kelulusan Boruto," ucap Naruto sembari tersenyum takut.
Sementara Boruto dan Shion hanya menghela napas berat. Kapan Naruto akan bersikap normal?
"Ho-ka-ge-sa-ma, sebaiknya Anda pulang! Sekaraaaaaang!!" teriak Hanabi.
"Aaaaaaaaa."
Naruto berlari ketakutan karena Hanabi sudah menatap tajam ke arahnya.
"Aaa, maafkan suami saya, Hyuuga-san. Dia memang, --hehehe. Anda tahu sendiri," Shion membungkuk meminta maaf pada keluarga Hyuuga.
"Tidak apa, Bibi. Nanadaime-sama benar, sebaiknya Anda pulang dan merayakan kelulusan Boruto. Dia pasti sedang kelaparan. Iya, kan, Boruto?"
"Hehehehe, kau memang mengerti aku, Tsukino. Ayo, Ibu, kita pulang," ucap Boruto.
Shion mengangguk kemudian membungkuk sekali lagi ke arah keluarga Hyuuga. Mengangkat tangannya ke atas kepala Tsukino yang tinggi badannya melebihi tinggi badannya sendiri dan mengacak surai legam tersebut dengan bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red String [End]
FanfictionWalaupun benang merah telah mengikat mereka berdua, kenapa kata 'terpisah' selalu mengintai hidup keduanya. Berawal dari perjodohan yang mengikat keduanya. Takdir mempermainkan hati dan perasaan mereka hingga perpisahan menjadi ujung perjuangan cint...