#1.Bandara

342 16 5
                                    

"Mika, bangun... Hari ini kamu akan berangkat, segera siap-siap, ibu akan tunggu di meja makan," ucap ibu Mika.

"Iya Bu.." sahut Mika dengan mata yang masih berusaha untuk mendapatkan penerangan dan cahaya untuk memperjelas apa yang Mika lihat.

Mika segera mempersiapkan diri dan kopernya untuk menuju ke bandara, hari ini Mika berangkat ke Yogyakarta, tempat dimana Mika diterima di perkuliahan ternama di Yogyakarta.

Segera mungkin Mika menuju ke ruang makan untuk menemui ibunya.

"Selamat pagi.." sapa Mika sebagai ucapan yang menurut Mika sudah menjadi kebiasaannya.

"Pagi, Mika kamu sarapan dulu, sebelum kamu pergi ke Jogja, ibu mau bilangin kamu, kamu disana sama Om dan Tante kamu, jadi kamu jangan sampai lupa sama kewajiban kamu sebagai tamu, kamu juga harus bantu Tante biar nggak ngerepotin bener disana, kamu juga harus jaga shalat 5 waktu kamu, kalau pulang main dari rumah temen jangan larut malam, kalau disana udah ibu siapin satu motor buat kamu, bersikap lah kepada Om dan Tante seperti orang tua kamu Mika," ucap ibu Mika sambil melihat Mika memakan sarapan pagi ini.

Sarapan pagi ini akan menjadi reminisensi Mika pada tahun ini, mungkin ini yang terakhir, karena kemungkinan besar Mika akan kembali tahun depan.

Kali ini ibu memasak masakan favorit Mika, rendang dan sayur sop. Makanan yang menurut Mika seperti makanan surga. Padahal tidak, kata ibu hanya sebatas hiperbola Mika saja, selain itu Mika juga suka sensasi kopi, kata Mika walaupun kopi itu pahit, jika kalian minumnya beranggapan dan bersugesti itu manis, kopi itu akan manis. Konyol menurut ibu, mana mungkin kamu hanya membayangkan dan tidak bertindak apapun akan terjadi.

Kali ini setelah Mika mencuci piringnya, Mika bergegas menuju ke lantai dua untuk mengambil kopernya, karena pesawat akan terbang jam 09.00 pagi, ini masih jam 07.00, jadi Mika masih bisa melihat-lihat kamar kesayangannya sebelum Mika tinggalkan entah berapa hari bahkan beberapa bulan kedepannya.

Mika membuka laci meja yang ada di kamarnya, disana terdapat Carousel pemberian seseorang, entah Mika lupa dengan orangnya, tapi Mika ingat dengan tatapan yang sangat tidak bisa diartikan, tatapan yang teduh.

Mika memegang Carousel pink dengan kuda yang bergantungan, dia memutar kuncinya agar kuda-kuda tersebut berputar dan melantunkan nada.

"Aku tidak tau siapa yang memberikan Carousel ini, tapi aku hafal dengan mata teduhnya itu, aku yakin kita akan bertemu lagi," batin Mika.

Setelah Mika mengemasi barang-barang yang Mika anggap dibutuhkan, Mika langsung bergegas menuju ke bawah untuk segera berangkat menuju ke Bandara. Butuh waktu 30 menit untuk menuju ke Bandara. Tidak lupa Mika berpamitan dengan Ayah, Ibu, dan kedua kakak laki-laki nya itu. Ardan dan Arka, kedua laki-laki yang sangat Mika sayangi.

"Kak, aku berangkat dulu ya," ucap Mika sambil memeluk Ardan.

"Hati-hati dan jaga kesehatan, jangan mudah percaya dengan orang yang baru kau kenal," ucap Ardan membalas pelukan Mika.

"Kak, aku berangkat, jaga Kety," ucap Mika kepada Arka.

"Aku akan menjaga kucingmu itu Mika, akan aku pastikan dia tidak akan kelaparan, hati-hati disana, jaga kesehatan dan jangan terlalu capek mikirin kuliahmu, kalau ada apa-apa bilang ke kakak," ucap Ardhan sambil memeluk Mika.

Memang Ardhan adalah kakak Mika yang paling perhatian, Arkan juga sih, tapi kata Mika, Arkan sedikit kaku, dan tidak terlalu terbuka seperti Ardhan

"Jangan lupa kalau pulang bawa oleh-oleh," ucap Ardhan yang mengasal.

"Yee.... Berangkat aja belum, nyuruh bawa in oleh-oleh," ucap Mika sambil menggeleng-geleng kan kepalanya, memang Ardhan sangat aneh.

Setelah berpamitan dengan dua kakaknya, kini Ayah dan Ibu ikut mengantar Mika menuju ke bandara.

Saat diperjalanan menuju ke bandara, ibu berpesan,
"Jangan main-main kalau kuliah, jangan suka nitip absen, kuliah itu masa depanmu Mika," ucap Ibu dibalas dengan anggukan oleh Mika.

"Jangan lupa cari cowok Jogja ya Mik," ucap Ayah, dibalas dengan gelengan kepala dan senyuman.

"Aku masih ingin menemukan dia yah, yang aku belum tau pasti siapa dia, tapi dia yang Mika rindukan, dari tatapan matanya yang teduh, Mika yakin Yogyakarta adalah tempat dimana Mika akan temukan orang itu, orang yang penuh dengan teka-teki," batin Mika.

"Heh, kok senyum-senyum sendiri," ucap Ibu kepada Mika.

"Maaf bu," ucap Mika sambil tersenyum.

"Itu lo, kamu jangan lupa cari cowo gitu, kata Ayah, biar ada calon pendamping gitu," ucap Ibu

"Ah.. i-iya, akan Mika usahain," ucap Mika yang kehabisan kata-kata.

"Kita udah sampai," ucap Mang Jajang sopir di rumah Mika.

"Mang, tunggu di parkiran saja ya, kami akan menemani Mika sampai pesawat nya di panggil," ucap Ayah

"Iya tuan,"

Saat ini Mika berada di dalam Bandara, kalian tau mika suka dengan kopi?

Kali ini Mika berada di salah satu caffee yang ada di dalam Bandara, lebih tepatnya bukan caffee hanya tempat peristirahatan sementara untuk pengunjung maupun orang yang akan melakukan penerbangan.

Kali ini Mika sendirian ke caffee tersebut, karena Ayah dan Ibu menunggu di tempat tunggu, Mika hanya membeli kopi sebentar lalu kembali lagi, tidak untuk bersantai hari ini.

"Mas, Americano nya satu," ucap Mika kepada barista tersebut.

"Dengan nama?" tanya barista tersebut.

"Mika,"

"Silahkan ditunggu sekitar 3 menit ya," ucap barista tersebut kepada Mika lalu menyerahkan uang kembalian kepada Mika

"Iya," jawab Mika dengan sopan.

Setelah kurang lebih 2 sampai 3 menit pesanan kopi pun datang, lalu Mika bergegas menuju ruang tunggu, disana ada Ibu dan Ayah yang masih setia menunggu.

"Maaf Yah, lama ya?"

"Nggak kok,"

"Itu, pesawat kamu sudah dipanggil, hati-hati ya nak, jaga kesehatan, jangan lupa shalat 5 waktu," nasehat ibu dan ayah sangat membuat Mika tidak rela untuk berpisah dengan keduanya, Mika segera melepaskan pelukan dari Ibu dan Ayahnya, lalu melambaikan tangannya dan menuju ke tempat untuk melakukan boarding pass.

My Captain! ✈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang