#5.Arrest

69 6 0
                                    

Mika PoV

Setelah aku berkunjung ke Starbucks, Arven mengajakku ke Benteng Vredeburg, yang katanya banyak sejarah yang terukir di benteng itu.

Tiba-tiba ada yang menyapa ku, seorang laki-laki yang menggunakan celana jeans dan kemeja berwarna navy, dia memiliki hazel mata berwarna abu-abu, bulu matanya tebal, bibir yang tipis, tinggi sekitar 178 cm dan menggunakan sepatu converse hitam.

"Hai Mik?" Ucap laki-laki itu.

"Maaf siapa ya?"

"Kau tidak mengenaliku?"

"Kamu?"

"Iya, aku yang memberimu surat dan Carousel itu,"

Seketika tubuhku membeku dan jantungku berdegub kencang.

"Arrest," ucap laki-laki itu sambil mengajakku bersalaman.

"Mika," ucapku sambil membalas uluran tangan Arrest.

"Em, Mik ayo kesana.. eh siapa Mik?"

"Arrest, yang mengirimkan surat dan Carousel itu,"

"Arven, sepupu Mika,"

"Arrest,"

"Rumah lo Jogja?"

"Enggak sih kak, cuma kebetulan aku ada jadwal penerbangan ke Jogja hari ini, jadi mampir ke sini,"

"Oh, pilot?"

"Co-pilot,"

Semesta..
Benarkah ini dia?
Semesta, kau mengirimkan dia untukku?
Apakah ini hanya mimpi indah ku?
Bangun Mika...
Bangun...
Tidak!
Ini bukan mimpi Mika!

"Mik, kok bengong aja dari tadi,"

"Eh-iya maaf,"

"Rest, kalau lo pengen ngajak Mika jalan nggak apa-apa kok,"

"Tidak kak, hanya ingin bicara sebentar, boleh?"

"Boleh,"

"Aku tunggu di parkiran ya Mik,"

"Oke,"

Jantungku berdetak kencang, tubuhku membeku, lidahku kelu untuk mengatakan pada makhluk yang sedang berjalan di sampingku ini, Tuhan tolong aku,

"Kita duduk disana saja ya?"

Dia menunjuk pada kursi yang berada di bawah pepohonan yang rindang.

"Boleh,"

Setelah aku dan Arrest duduk, masih ada rasa canggung untuk memulai percakapan ini semua, terutama aku.

"Mika,"

"I-iya?"

"Bolehkah aku berharap agar waktu berhenti sejenak?"

"Untuk?"

"Untuk memperlama pertemuan ini Mika,"

Jantungku hampir tidak berdetak, semesta memporak-porandakan pikiranku, lidahku yang kelu tidak bisa menjawab pernyataan mu itu Ar...

"Bolehkah aku bertanya?"

"Boleh,"

"Bagaimana bisa kau mengenaliku?"

"Sudah aku pastikan aku belum mengenalimu Mika Adisty, sudah kah kamu membaca pesan yang ku kirim untukmu kemarin malam?"

"Bagaimana bisa Carousel dan surat itu sampai di rumahku?"

My Captain! ✈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang