Kuliah Pengantar Ilmu Pertanian pagi ini membuatku tidak bersemangat. Bukan karena dosennya. Pak Jerry adalah seorang dosen yang menyenangkan. Selain tegas, cara mengajarnya pun santai, selalu mengajak mahasiswa berinteraksi dan terkadang diselingi dengan hal-hal yang lucu. Itulah yang membuat mahasiswa tidak merasa bosan dan selalu bersemangat untuk mengikuti kuliah. Namun, semangatku sedikit padam hari ini karena aku masih sangat mengantuk. Aku baru tidur pukul tiga pagi.
Semalam, ayah menegurku dimeja makan. Dia bilang tindakanku sangat kurang ajar karena telah mempermalukan ayah dan Diandra. Apalagi video tersebut telah tersebar. Aku tidak bisa melawan karena ada ibu disampingku. Akhirnya, kuputuskan meminta maaf pada ayah, sambil meremas tangan Bang Arsya agar emosinya tidak meluap.
Namun, ayah tidak begitu mempedulikan permintaan maafku. Ayah terus saja mengoceh sampai akhirnya ibu angkat bicara.
"Bisa nggak, jangan bertengkar dimeja makan?" Kami semua diam. Ibu menatap ayah lekat-lekat lalu berbicara lagi dengan wajah tenang.
"Mas, Arsya sama Asia udah gede, yah? Nggak kerasa, waktu cepat banget berlalu. Mungkin sekarang udah punya pacar, terus besok-besok berencana buat menikah. Apa Mas pernah mikirin nggak, tanggapan calon besan kita tentang keluarga kita? Atau aku tanya sama kamu, mas. Bagaimana perasaan kamu kalau nanti Asia diselingkuhi sama suaminya. Apa nanti kamu bakal marah? Oh, enggak. Mas nggak berhak marah, karena Mas juga melakukan hal yang sama, kan?" Ayah hanya diam sambil memainkan sendok makanya. Sementara aku, hanya diam sambil tetap mengenggam tangan Bang Arsya.
"Mas, aku mohon sama kamu. Jangan pernah melimpahkan segala sesuatu yang kamu buat sama anak-anak. Cukup aku aja, Mas." Itu kalimat terakhir yang ibu ucapkan. Selanjutnya, ia melanjutkan makan seperti tidak terjadi apa-apa.
Suasana menjadi canggung sampai akhirnya ayah beranjak dari meja makan, menuju kamar dan kemudian keluar lagi dan pergi menggunakan mobilnya. Selanjutnya hanya keheningan diantara kami.
Untuk melupakan kejadian itu, ibu mengajakku untuk tidur bersama. Namun, Bang Arsya ngotot ingin bergabung. Ini bukan kali pertama kami tidur bersama. Dulu, kami selalu tidur berempat bersama ayah, namun semenjak ayah mempunyai wanita lain, ayah sudah tidak pernah lagi bergabung.
Aku dan Bang Arsya tidur memeluk ibu yang terus bercerita tentang masa kecil kami yang menyenangkan sampai akhirnya aku baru bisa terlelap sekitar pukul tiga pagi. Hampir saja aku terlambat kuliah pagi ini. Untung ada Daniel yang mengantarku.
Sebenarnya, aku meminta Bang Arsya yang mengantarku tapi motor Bang Arsya masih ada dibengkel. Belum selesai di service, katanya. Secara kebetulan, Daniel datang dan ingin menjemput Bang Arsya. Namun, karena Bang Arsya baru bangun tidur dan belum bersiap, akhirnya dia meminta Daniel untuk mengantarku dulu.
Berbicara tentang Daniel, aku bahkan belum mengucapkan terima kasih padanya. Akhirnya, kuputuskan menelponnya setelah Pak Jerry keluar dari kelas.
"Hallo, bang. Ini Asia. Lagi sibuk nggak? Lagi sama Bang Arsya?" Setelah telepon terhubung, Aku langsung bertanya memastikan, karena takut diganggu Bang Arsya nantinya.
"Aku nggak sibuk, kok. Arsya lagi konsultasi sama dosen pembimbingnya, Sia. Gimana?"
"Enggak, Bang. Aku cuman mau bilang makasih udah anterin aku. Tadi lupa bilang soalnya."
"Oh iya. Santai aja, Sia."
Selanjutnya, keheningan terjadi sejenak. Aku bingung mau berbicara apa.
"Tentang ajakan aku ke toko bunga milik mama aku, sebentar bisa nggak, Sia?" Tanya Daniel memecah keheningan.
"Kalau Bang Daniel enggak sibuk, aku mau aja. Tapi aku selesai kuliah jam dua."

KAMU SEDANG MEMBACA
ASIA.
Non-FictionBanyak yang bilang move on itu bukan tentang melupakan, tetapi mampu bersikap biasa saja jika mendengar namanya atau mengingat kenangannya. Setidaknya, itu yang dipikirkan Asia tentang perasaannya sendiri. Move on dari seseorang yang dicintainya sel...